Waktu terus berputar, benar. Tahun akan berganti, pasti. Hidup terus berjalan, apalagi. Umur bertambah sejalan kematian yang makin mendekat, itu niscaya. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun pun terus terlewati, bak roda ia terus berputar. Repetisi, tanpa sebuah resolusi.
Apa sih arti Tahun Baru? Perputaran rotasi bumi yang nyatanya memang adalah sebuah realitas berubah menjadi mitos ketika masyarakat mengisinya dengan sebuah acara pesta. Terompet, klakson mobil yang memekakkan, kembang api yang meledak di atas angkasa, dan ketawa cekikian wanita gatal dalam pelukan pria, jadi sebuah ritual magis perayaan Tahun Baru.
Di tempat lain, semua orang berdoa, berzikir, bersumpah atau apalah yang mungkin dijadikan sebagai langkah awal baik untuk berharap. Di tempat-tempat megah ibadah itu menjadi mulia dalam kacamata mereka. Padahal toh tidak ada gunanya setelah itu. Sesudahnya mereka lupa dan kembali pada kemewahan dan kemegahan. Rentetan waktu membuat mereka lupa, bahwa doa adalah mulia.
Apa sih artinya bagi Tahun Baru? Keseimbangan kah, apakah ini memang semacam paradoks yang selalu berulang di malam tahun baru. Ada yang ingin berpesta di malam tahun baru, dan ada juga yang ingin mensucikan diri di malam tahun baru. Di tahun baru justru kita lupa akan keseimbangan alam yang lainnya. Di tengah kegembiraan pasti ada kesedihan. Kita lupa akan realita, bahwa kemiskinan dan kepedihan selalu terjadi di muka bumi ini.
Atau kita memang tidak pantas perduli. Toh, ini kan Cuma satu hari. Karena masih banyak hari lain untuk memikirkan hal itu. Well I hope we don’t do that. Happy New Year 2005.
No comments:
Post a Comment