Manusia selalu tersandung hanya karena kerikil, bukan batu besar. Sejak pertamakali membeli motor, aku selalu bangga karena motorku tidak pernah mengalami ban bocor. Namun, prestasi tanpa cacat selama 14 bulan itu lenyap sudah. Kemarin, ketika hendak pulang kantor, ku dapati ban belakangku bocor. Alhasil, aku terpaksa mendorong motorku untuk segera ditambal.
Alhamdulillah, di sebelah kantorku hanya berjarak 100 meter ada bengkel tambal ban. Aku pun tak perlu berkeringat lebih banyak seperti orang-orang lain yang merasa kepayahan jika tahu ban motornya bocor.
Di bengkel tambal ban itu aku hanya menghabiskan waktu selama 20 menit. Tak lama memang. Namun, aku sangat terperanjat ketika mengetahui penyebab bocornya ban belakang. Tukang tambal ban memperlihatkan beling kecil yang menempel di ban itu.
Astaga, beling itu jauh sama sekali dari dugaanku. Semula aku mengira akan mengalami bocor ban karena melindas paku-paku besar atau beling-beling besar. Tapi beling yang benar-benar kecil itu justru mematahkan semua itu.
Selintas aku teringat, beling itu adalah beling dari sebuah botol yang aku jatuhkan di malam ketika aku muntah-muntah. Karena terburu-buru ke kamar mandi, aku menjatuhkan botol itu di dapur. Karena malas, aku memang tidak sempat untuk membersihkan semua beling itu. Saat itu aku sama sekali tidak peduli kalau beling itu nantinya akan melukai orang yang lewat di dapur.
Memang akhirnya aku membersihkan juga. Seadanya, aku membuang beling-beling besar yang aku pikir akan mencederai orang yang lewat. Aku lupa bahwa beling-beling yang besar bisa dilihat oleh mata, sedangkan beling yang kecil sulit sekali kita raba. Hasilnya, karena sebuah beling kecil aku terpaksa mendorong dan menambal ban belakang motorku.
No comments:
Post a Comment