Hari ini ada perbincangan menarik antara Aku dengan Hari, adikku. Kami membahas tentang kesulitan dari wartawan untuk mendapatkan berita. Mulai dari mencari berita, wawancara dengan narasumber hingga pengembangan berita.
Pertama sekali aku mengatakan kepada dia, bahwa kesulitan wartawan untuk mencari berita adalah kurangnya insting berita dan motivasi. Seorang wartawan yang tidak mempunyai insting berita, tentu tidak akan paham darimana berita-berita itu akan datang.
Tentu saja hal ini sangat berkaitan dengan pemahaman si wartawan tentang sumber-sumber berita. Mau tidak mau, pertamakali yang tergambar dalam pikiran seorang wartawan untuk mencari berita adalah tempat-tempat formal dimana berita itu biasa terjadi. Misalnya, jika kita seorang wartawan kriminal maka mau tidak mau kita harus paham tempat berita itu ada adalah di ps-pos polisi. Begitu juga kalau kita menjadi seorang wartawan politik atau nasional. Pasti yang tergambar di otak kita adalah Gedung DPR, Departemen-Departemen Negara dan juga acara diskusi yang menyertakan narasumber tertentu.
Motivasi, adalah nyawa dari seorang wartawan. Jika wartawan tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk mencari berita maka usaha untuk mencari berita akan selalu terhambat. Kita tahu bahwa pembentukan motivasi itu bukan terjadi secara alami, melainkan terjadi melalui proses yang panjang.
Amatlah wajar jika seorang wartawan baru mempunyai motivasi yang rendah dalam mencari berita. Mereka selalu terhambat dengan pikiran dan imajinasi mereka tentang sulitnya mencari berita. Untuk mengatasi hal tersebut, seorang wartawan butuh bimbingan dari pimpinan dimana mereka bekerja. Tidak heran jika saat ini banyak media massa baik cetak maupun elektronik selalu mengadakan pendampingan bagi wartawan baru mereka.
Kedua, masalah mengenai narasumber. Bagi seorang wartawan baru tentu sangatlah berat untuk bertemu dengan narasumber. Apalagi kalau narasumber itu adalah narasumber resmi yang mempunyai jabatan kelas tinggi. Contoh, seorang Presiden. Kalau tidak bertemu dalam acara resmi, sangat sulit sekali bagi seorang wartawan untuk menemui Presiden.
Lain lagi jika narasumbernya adalah seorang artis yang tengah bermasalah. Mau tidak mau artis tersebut pasti akan menghindar. Apalagi seorang wartawan baru, wartawan senior pun akan mengalami kesulitan yang sama.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya kerjasama antara pimpinan redaktur dengan wartawan. Pimpinan redaktur, sebagai orang yang mempunyai waktu lebih dan jam terbang tinggi tentu mempunyai relasi yang banyak. Ia tentu mempunyai ruang yang luas agar bisa mengadakan janji untuk bertemu dengan narasumber tertentu.
Setelah, pimpinan redaktur menemukan jalan maka sudah saatnya bagi seorang wartawan untuk bergerak. Hal ini menunjukkan bahwa narasumber bisa didekati melalui kerjasama sinergis antara unsur media massa.
Terakhir mengenai pengembangan berita. Kita tahu bahwa wartawan adalah orang-orang yang berpikir bebas. Mempunyai imajinasi yang tinggi dan penuh dengan informasi. Sayangnya, tidak banyak seorang wartawan yang memaksimalkan informasi-informasi yang ada untuk dijadikan suatu berita baru atau berita pengembangan.
Hal yang teramat penting untuk membuat suatu berita pengembangan adalah dengan adanya komunikasi yang aktif antar sesama wartawan atau dengan pimpinan redaksi. Komunikasi yang sehat tentu akan menghasilkan ide-ide yang segar untuk bahan berita.
No comments:
Post a Comment