Tuesday, November 23, 2004

Got The Life

Apa yang ku dapat dalam hidup ini. Hampir 24 tahun menjalani hidup aku belum mampu untuk mencari tujuan hidupku. Kadang terpikir dalam hati, bahwa tujuan hidup adalah dengan mendapatkan pekerjaan. Namun, itu toh bukan tujuan pasti. Pekerjaan bukan secara otomatis menjadi tujuan hidup.

Kini gue memang saat ini bingung menentukan akhir hidup gue. Apakah dengan pekerjaan ini gue akan mencapai garis akhir kehidupan? Atau berbalik arah mencoba lapangan yang lain. Aku berharap rasa malas ini bisa ku kikis dari hari per hari. Aku tidak mau menjadi orang yang malas dalam menghadapi kehidupan ini.

Let's say satu hari dalam hidup apa yang aku bisa untuk mengikis rasa malas ini. I hope i can develop it.

Wednesday, November 17, 2004

Persimpangan

Suasana pekerjaan makin lama makin gak mengenakkan buat gue. Gue saat ini merasa pimpinan-pimpinan gue makin lama makin gak memberikan gue kesempatan untuk berkembang. Gue sulit untuk memposisikan diri, sekarang. Sebab gue nggak pernah mau bekerja dengan malas-malasan.

Mungkin baik bagi gue jika gue harus mengerti batasan-batasan pekerjaan gue. Gue lebih baik diam dan menahan diri daripada membawa diri gue kepada masalah yang lebih sulit lagi. Kalau memang dia menginginkan untuk mengerjakan semuanya, silahkan saja. Gue harus sadar kalau gue memang adalah seorang asisten. Gue tidak boleh mengambil lingkup pekerjaan orang di atas gue.

Atau memang atasan gue merasa tersaingi dengan kemampuan gue. Geer lah.... Sedikitnya itu yang harus gue ambil manfaat dari masalah gue. Pokoknya low profile lah. Gue hanya bekerja jika ada yang tertinggal atau memang memerlukan bantuan gue.

Monday, November 15, 2004

Cape Banget

Sudah terlalu lelah badan ini untuk terus mengarungi hidup. Sudah tidak mampu lagi ini hati ini terus berharap. Kemanakah kayuh ini ku bawa, ke ujung dunia atau ke ujung harapan. Dimana tempat berdiam diri yang ku mau? Alur sungai hidup ini terasa melambat. Bayangan badan ku pun bisa terlihat. Percaya kah aku akan bayangan itu, dimana semuanya yang melambat pasti menipu.

Hari ini badan gue kok tidak enak banget.Mungkin ini karena terpengaruh aktivitas gue selama hari Idul Fitri kemarin. Mungkin juga karena aku terlalu lama tertidur. Yang pasti sih, gue gak cukup aja istirahat. Kebanyakan main Winning Eleven sampai pagi hari. Gila yah kok gue sampai segitu maniaknya main game ini. Wajar, karena gue gak punya teman untuk diajak menghabiskan malam.

Aneh juga, setiap bermain WE, emosi gue selalu meledak-ledak. Segala sumpah serapah aku keluarkan kalau aku mengalami kekalahan bahkan kalau seri pun mulut ku selalu nyerocos omongan yang kasar. Harusnya tidak begini, aku paling ogah untuk mengeluarkan kata-kata seperti itu.

Kalau gue berpikir yang menyebabkan kata-kata kasar itu keluar adalah karena sifat egois dari diri ku. Aku ingin menang, namun dengan cara yang mudah. Bahkan kalau perlu sesingkat-singkatnya. Alhasil aku tidak pernah bisa menerima kekalahan karena itu pasti menghambat keinginanku. Dan aku benci mengulang, karena aku tidak kuat menghadapi tantangan.

Kalau menyadari hal itu, justru aku adalah orang yang bodoh. Aku harus terbiasa mengalami tantangan ini. Tantangan justru akan membuat diriku semakin berkualitas. Bahkan batu yang jelek pun jika diasah terus maka akan menjadi pisau yang tajam. Mudah-mudahan aku bisa menyadari kelemahan ini. Catat dalam hati ku, aku tidak mau kalah dalam tantangan, dan sekalipun aku jatuh aku mau untuk mengulang.
When I Die, I'm The Only One Who Smile

Maybe god wants us to meet a few wrong peole before meeting the right one. So that when we finally meet the right person, we will know how grateful to be for that for that gift. When the door of happiness closes, another opens, but often times we look so long at the closed door that we don’t see the one that’s been open for so long. The best kind of friend is the kind that you kick with and never say a word, and walk away feeling like it was the best conversation you have ever had. It might be true that we don’t know what we will until we lost it. Also we don’t know what we have been missing until it arrives.Giving someone all your love is never an assurance that they will love you back. Don’t expect love in return, just wait for it to grow in their heart, but if it doesn’t, be sure it grows in yours. It takes only minute to get crush on someone, an hour to like someone, and a day to love someone, but it takes a lifetime to forget someone. Don’t always go for looks, they can deceive. Don’t go for money, even money fades away. Go for someone who makes you smile because it could only take a smile to make a dark day seen bright. You find that one person that makes you smile in your heart. There are moments in you life when you miss someone so much that you just want to pick then from your dream and hold them in your embrace. You could dream, go where you want to go, be what you want to be cause you only have one life and one chance to do everything that you want to.You may have enough happiness to make you sweet enough, strength to make you strong enough, sorrow to keep you happy. You should put your self in others shoes if you feel that it hurts you then it probably hurts them too. The happiest people don’t necessarily have to have the best of everything. They just make the best out of everything that comes their way. Happiness lies for those who cry, those who hurt, those who have tried, for they can appreciate the importance of people who have touched their lives.The brightest future will be based on forgotten past. You cant go on in life until you let go of your past failures and heartaches. Love begin with smile, grows with a kiss and ends with tear. When you have born, you were the one crying and everyone around you was smiling. You should life good so when you die, you are the one who smiling and everyone around you is crying.

Tuesday, November 09, 2004

Money is the root of all evil, tidak semuanya bisa dibeli dengan uang namun semuanya butuh uang. Uang merupakan dasar transaksi manusia dalam mempertahankan hidup. Dengan uang manusia bisa membeli semua kebutuhan hidup. Padahal, dulu jauh sebelum manusia mengenal uang, manusia masih bisa bertahan hidup dengan menggunakan sistem barter. Tapi sekarang sudah jauh berbeda. Kompleksitas dan modernitas hidup menuntut manusia untuk menyederhanakan sistem barter dengan menggunakan uang. Perlahan demi perlahan, uang pun mulai merenggut kebebasan manusia atas dirinya sendiri.

Manusia tidak bisa untuk menahan diri untuk tidak mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Sistem kapitalistik membuat manusia lebih memposisikan diri untuk money gathering. Hal yang sangat bertolak belakang dengan tipikal manusia jaman dahulu yang lebih konsen pada masalah food gathering.

Tidak heran jika atas dasar money gathering itu lah tingkat kebutuhan manusia akan uang saat ini begitu tinggi. Terjadilah korupsi, terjadilah pinjaman hutang uang yang begitu tinggi di masyarakat. Uang menjadi masalah utama dalam diri manusia. Bahkan mungkin bisa lebih penting daripada agama.

Sebagai orang yang bekerja, aku memang menginginkan uang. Aku sulit untuk menghabiskan uang yang telah ku hasilkan. Makanya, sulit bagiku menerima ketika mengetahui bahwa uang 100 ribu di dompet ku telah hilang. Uang telah merampas kesadaran ku untuk menyadari bahwa uang itu bukanlah untuk dikumpulkan melainkan untuk digunakan.

Aku tersadar, ketika Vera, mengatakan kepadaku bahwa aku memang orang yang terus-terusan mempermasalahkan soal uang. Aku kerap mengatakan kepadanya bahwa aku kekurangan uang. Mungkin ia memang bosan mendengar cerocosan uang itu.

Sulit memang bagiku untuk melupakan masalah uang. Dengan gajiku yang standar dan terhitung minim, memang membuat aku sulit untuk menjalani semua aktivitas dan memenuhi kebutuhan hidup. Namun, aku harus sadar bahwa saat ini aku termasuk orang yang beruntung karena masih bisa mendapatkan uang. Nikmati saja itu... cukup tidak perlu lagi aku pikirkan yang lainnya....

Wednesday, November 03, 2004

Pulang dari kantor, gue lihat mama sedang tertidur di kamar gue. Entah kenapa dia memisahkan dirinya untuk tidak tidur dengan Papa. Sadar kalau kamar gue dipakai, gue lebih memilih untuk tidur di depan televisi. Lumayan, memang gue mau menunggu Piala Champion. Walau sudah dimelek-melekin untuk nonton ternyata gue tetap aja ketiduran.

Yang masih jadi kepikiran buat gue adalah, ketika pas gue bangun Mama sudah pindah tempat tidur. Ia malah ikut tidur di sofa. Ia terus menyiksa dirinya sendiri.

Mama, sulit memang untuk mengerti dirimu. Padahal, sudah ribuan cara anak-anakmu mencoba untuk berusaha menyenangkan kamu tapi kenapa sulit sekali kamu untuk mengerti. Mama, kapan kah kau merasa nyaman di hari-hari terakhir mu ini. Maaf Mah, kalau aku memang tidak mampu menunjukkan kebahagiaan buat kamu.

Tuesday, November 02, 2004

Kambing, Mbeeeekkk..

Kelemahan terbesar dalam diri gue adalah gue selalu takut untuk mencoba hal yang baru. Kelemahan itu justru menjadi rasa takut yang diam-diam mengendap dalam diri gue. Entah kenapa, sulit bagi gue untuk mencabut seluruh perasaan itu. Tanpa ku ketahui rasa ketakutan itu justru menjadi penjara bagi diri gue.

Aku selalu menyalahkan keadaan yang ada. Mengkambinghitamkan semua persoalan yang sulit ku lalui.

Gue merasa heran, kenapa blog yang seharusnya gue tulis segala keseharian gue menjadi keluh kesah diri gue akan ketidakmampuan diri gue dalam menghadapi masalah hidup. Aku benar-benar ingin sekali menjadikan blog ini penuh dengan nilai-nilai hidup yang ku dapat dari keseharian gue. Namun, itu selalu tidak mungkin, aku selalu berkeluh kesah.

Aku memang mengeluh, aku menyesal, aku membenci semua yang terjadi dalam hidup ini. Aku mengeluh karena aku sendirian dalam hidup ini, tidak ada teman, yang ada hanya diriku sendiri. Tapi bukankah kesendirian adalah suatu kesenangan, atau kah karena memang aku tidak pernah bisa menghargai nikmat hidup yang ku jalani ini.