Wednesday, December 29, 2004

4 Tahun

Setelah empat tahun bersama dengannnya, entah kenapa mulai timbul jarak yang lebar. Sulit sekali berkomunikasi dengannya akhir-akhir ini. Entah, mungkin karena kesibukan kita atau mungkin karena memang ketidakpedulian kita berdua.

Terakhir bertemu dengannya dua minggu lalu. Kala itu dia sakit cacar. Aku sengaja datang ke rumahnya untuk melihat keadaannya sekaligus menunjukkan bahwa aku peduli. Sayangnya, harapan memang selalu jauh dari kenyataan. Mungkin karena sakit, ia tidak terlalu antusias melihat kedatanganku.

Padahal, saat itu bisa saja penyakit yang ia derita bisa menular kepadaku.

Setelah itu, aku berusaha mencoba untuk berkomunikasi dengannya. Namun, ternyata ia juga seakan tidak peduli. Ia terlihat cuek dan hanya menunggu pertanyaan dan menjawab seperlunya.

Setelah empat tahun, apakah ini semua akan berlalu. Masa-masa indah yang dulu pernah kualami bersamanya, apakah jadi tinggal kenangan.

--------

Sampai hari ini Aceh terus menangis. Sumbangan mengalir tapi masih sulit untuk sampai ke tangan-tangan korban bencana. Bayi-bayi yang kelaparan dan dihantui penyakit bisa jadi korban selanjutnya. Bukan karena keganasan alam, melainkan lambatnya bantuan datang.

Acara-acara kepedulian marak, semarak pesta perayaan tahun baru. Artis-artis berkumpul mengeluarkan air mata, semuanya bersedih. Elit politik berteriak sana-sini, semuanya minta masyarakat memperhatikan Aceh. Padahal tanpa disuruh pun kita pasti memperhatikan.

Sumbangan mengalir, ratusan miliar mungkin sudah ke Aceh. Sementara Sutinah, tetangga samping rumahku masih kelaparan. Aku terenyuh melihat karikatur Om Pasikom di Harian Kompas beberapa hari ini, Apakah dengan Penderitaan Seperti Ini kita merasa satu saudara?

Suatu hari kita akan lupa tanggal 26 Desember lalu adalah bencana nasional, begitu tahun baru menjelang Aceh pun dilupakan berganti dengan kesenangan.

Tuesday, December 28, 2004

Aceh

Tragedi gempa dan tsunami di Aceh menjadi headline setiap koran hari ini. Aceh kembali menjadi pusat perhatian nasional. Sekali lagi masalah tidak pernah pergi dari Aceh. Mulai dari masa pengoperasian DOM di era Soeharto, darurat militer melawan GAM, kini gempa jadi senjata pamungkas memporak-porandakan Aceh.
Derita itu mungkin memang tidak akan berakhir. Di depan mata masyarakat Aceh sudah terbentang tugas-tugas besar. Membangun kembali kampung halaman mereka yang tercinta.

Semua teman-teman wartawan hari ini juga berangkat ke Aceh. Daerah di ujung Sumatera itu memang selalu memberikan kesan yang sangat romantis bagi siapa saja. Temanku dari Detikcom, Rizal Maslan malah mengakui dia sangat ingin kembali ke Aceh. Kali ini dia memang tidak dapat giliran ke Aceh, tapi dia mungkin beruntung. Sebab kondisi kali ini sangat jauh lebih parah dibandingkan masa darurat militer.

Wartawan koran gue, Ahmad Yani juga berangkat ke sana. Dia berangkat hari ini bersama rombongan Pemda DKI Jakarta. Dijadwalkan, dia akan tinggal selama tiga hari di Aceh. Sesaat mendengar keinginannya untuk pergi, aku terbayangkan suasana yang kacau balau di Aceh. Listrik yang padam, air minum yang terbatas, dan sarana transportasi yang terbatas. Bahkan tidak ada hotel di Aceh. Dipastikan Yani akan mengalami lingkungan baru yang sangat keras disana.

Tapi aku sangat mendukungnya. Pergi ke Aceh adalah salah satu pengalaman dalam hidupku yang aku inginkan. Walaupun aku belum pernah menjejakkan kaki di tanah Rencong itu, pikiranku selalu ada disana.

Monday, December 27, 2004

Bisul di Kaki

Tuhan melarang kita untuk berlebih-lebihan. Hampir di segala bidang, Tuhan meminta kita untuk bersikap wajar dan selalu bersyukur terhadap apa yang kita punya. Peringatan itu memang benar adanya. Berlebih-lebihan membuat diri kita menjadi takabur, membuat kita lalai, bahkan berlebih-lebihan juga bisa membuat kita jadi orang yang rakus.

Memang tidak dilarang untuk mempunyai suatu kelebihan. Namun, tak selamanya mempunyai kelebihan itu mengenakkan. Bisa kita bayangkan perasaan seorang Spiderman yang hampir merasa bosan dengan kelebihannya. Ia merasa lepas dari jatidirinya sendiri.

Dua hari ini aku juga diberkati sebuah kelebihan, sebuah daging lebih nongol di kaki kananku. Bisul, tepatnya. Tiba-tiba saja bisul itu nongol dan membuat langkah kakiku jadi terasa berat. Semuanya serba tidak enak. Padahal bisul itu baru numbuh di kakiku? Bagaimana coba kalau bisul itu ada di tempat lain, misalnya pantatku. Pasti kerepotan kan?

Alhamdulillah, kelebihan yang satu ini tidak membuatku buta. Aku hanya berpikir, jika kelebihan bisa sesakit ini, maka tidak ada orang yang selalu berdoa untuk menjadi lebih bagi orang lainnya. Kecuali masalah keimanan mungkin.





Wednesday, December 22, 2004

Pernah kah kamu meragukan agama yang kamu anut. Sebagai manusia normal tentu kita pernah menanyakan apakah fungsi agama bagi hidup kita. Apakah agama itu dibuat hanya untuk membuat manusia jadi orang baik dan bermoral? Ataukah hanya menjadi sumber kehancuran dan pertikaian sesama manusia.

Pernah, di suatu saat ketika aku benar-benar tidak mengenal agama, aku hidup layaknya tidak punya arah tujuan. Hidup berjalan seperti biasa, namun tak pernah mempunyai nilai-nilai hidup. Saat itu aku tak pernah berpikir bahwa dalam setiap hidup kita, pasti ada nilai-nilai hidupnya. Dan disanalah kutemukan apa yang namanya Agama.

Agama membawa diriku untuk memahami bahwa apa yang kita lakukan benar-benar harus kita cermati dengan matang. Agama membawa ku pada pemahaman bahwa hidup manusia akan lebih bernilai dengan hal-hal yang bermanfaat.

Namun, sayang banyak pemuka agama sekarang melabeli konsep itu dengan jargon-jargon pahala dan siksa. Akhirnya semua orang yang beragama seperti main hitung-hitungan dengan Tuhannya. Mereka beribadah hanyalah untuk mengharapkan balasan dari Tuhannya.

Tadi malam aku merasa lucu dengan perkataan Hughes dalam acara Tali Kasih di RCTI. Dia mengatakan bahwa hidup adalah seperti menggendong ransel. Dalam setiap hidup kita harus beramal agar dapat mengisi ransel itu. Tujuannya kita merasa aman dan nyaman jika hidup di hari akhir nanti.

Tidak ada yang salah memang dengan kalimat-kalimat itu. Namun, aku tertawa dalam hati, kenapa hidup itu jadi seperti ransel yang harus kita isi dengan amalan ibadah. Yang nantinya akan digunakan oleh mereka sebagai deposito amal menuju surga.

Aku justru merasa hidup adalah ladang hidup kita. Kita menyemainya dengan seluruh amalan hidup kita. Baik atau buruk. Nantinya, kita sendiri yang akan memperoleh hasilnya. Bukan karena rasa hutang budi Tuhan kepada kita. Alangkah sombongnya manusia jika merasa seperti itu.

Tuesday, December 21, 2004

Masa Kecilku

Jalan hidupku memang tidak seindah dan semenarik jalan hidup orang lain. Jika diibaratkan dengan garis lurus, maka hidupku hanyalah sebuah garis horizontal. Datar, panjang dan melelahkan. Tak ada riak-riak kehidupan yang bisa membuat garis itu jadi gelombang atau jadi lembah yang curam.

Setiap manusia pasti mempunyai kenangan yang indah dalam hidupnya. Begitu juga aku, jika ditanyakan momen dimanakah yang paling teramat istimewa bagiku, mungkin aku akan mengatakan semuanya ada di masa-masa kecilku.

Masa-masa itu memang sangat istimewa bagiku. Semuanya selalu terlihat abu-abu dan terkesan lugu. Bahkan aku sulit untuk meraba jalan ceritanya. Masa-masa itu bagaikan malam yang kelam yang membuatku sulit untuk berjalan.

Aku hanya bisa mengetahui masa-masa kecilku melalui foto-foto album milik keluargaku. Ketika melihat foto-foto itu aku memang sulit untuk mengingatnya. Sulit untuk menerka dimana aku kala itu. Ataukah itu bukan aku dan orang lain yang menjadi aku. Tapi aku tahu kalau saat itu aku merasa bahagia.

Jiwaku saat itu bukanlah jiwa yang kupunya saat ini. Jiwa yang hanya melihat dunia dengan kacamata fantasi. Kacamata yang selalu membuatnya hanya mengenal tangis dan tawa. Tak ada rasa lain hanya itu. Kini dimanakah jiwa itu?

Aku mulai bisa meraba kenanganku ketika aku ada di sekolah dasar. Saat itu aku selalu menangis ketika ditinggal orang tua kala belajar. Disaat itu pula aku pertamakalinya mengenal rasa takut bagi seorang manusia normal. Bukan seorang anak-anak.

Aku merasa ketakutan karena jika tidak bisa menjadi rangking pertama di kelas. Jika gagal, aku merasa bahwa aku telah menggagalkan seluruh harapan orang tuaku. Oh, bisakah rasa itu kembali. Semuanya memang terasa ironis, dulu aku takut mengecewakan mereka kenapa kini aku malah membantahnya.

Aku tahu dari semua kenangan itu aku mulai mengerti. Manusia adalah bentuk dari proses panjang menuju kesempurnaan.

Ia selalu meninggalkan jiwa-jiwanya dalam setiap tahap kehidupan. Jiwa-jiwa itu terbang bebas menjadi kenangan. Serta menjadi sebuah jalan yang akan membawa kita pada kesempurnaan. Namun, terkadang jiwa itu selalu terbang dan tak pernah kembali jika kita tak pernah melihat ke belakang.

Jika aku melihat ke belakang saat ini. Di depan meja komputerku aku berpikir siapakah jiwa yang ada di tubuhku saat ini? Apakah aku sama dengan jiwa-jiwaku yang dulu?

Monday, December 20, 2004

Dongenganku

Tadi malam aku tidur dengan keponakanku, Batara. Aku sengaja untuk meminta ia untuk tidur denganku, karena memang aku ingin sekali berbicara dengan dia. Di umurnya yang baru 5 tahun ini, Batara memang jadi anak yang tergolong super nakal. Sebagai pamannya aku memang terusik, aku ingin sekali dia menjadi seorang anak yang baik dan patuh pada orang tua. Mungkin agak memaksakan, tapi memang setiap orang tua pasti ingin mempunyai anak yang patuh dan baik hati.

Sebelum ia tidur aku memang ingin memulai suatu kebiasaan baru yang tidak pernah dilakukan oleh orang tuanya. Aku ingin menceritakan kepadanya tentang dongeng sebelum tidur.

Aku percaya, bahwa budaya bertutur dan bercerita adalah cara yang paling baik untuk mempengaruhi seseorang. Cara ini lah yang aku coba untuk bisa mempengaruhi satu-satunya ponakan laki-laki ku itu.

Sebelum ia terlelap aku menceritakan sebuah kisah zaman dulu yang telah aku modifikasi. Saat aku bercerita ia memang tidak begitu memperhatikan, tapi ternyata dibalik ketidakpeduliannya ia sangat tertarik dengan ceritaku. Dengan seksama ia memperhatikan semua apa yang ku katakan. Bahkan setelah cerita itu selesai, ia meminta aku untuk bercerita lagi.

Kala itu ia meminta aku untuk bercerita tentang Dinosaurus. Ia memang sangat senang dengan Dinosaurus. Saat itu aku bingung apa yang aku ceritakan tentang Dinosaurus kepadanya. Menyadari kebingunganku, ia langsung mengeluarkan komiknya yang berjudul Dinosaurus. Ia memintaku untuk membacakannya. Saat aku membaca ia malah tampak lebih antusias mendengar daripada cerita yang pertama.

Akhirnya, ia memang tertidur. Tak terbayangkan, kalau aku bisa menceritakan sebuah cerita dongeng sebelum tidur untuk ponakanku. Mudah-mudahan aku bisa bercerita lagi untuknya di malam ini. Atau di malam-malam nanti.

Sedikit Mengenang

Dulu aku sering bertemu dengan Harry Roesli. Dalam setiap kesempatan liputan, aku selalu melihatnya berdiri tegak dengan baju hitam dan rok warna hitam. Mungkin itu kostum satu-satunya yang ia miliki.

Dia memang selalu berbeda dengan orang-orang lainnya. Posturnya yang tinggi besar membuat ia terlihat menonjol dibanding orang lainnya. Ia memang senang menjadi berbeda. Bahkan lagu-lagu yang ia hasilkan mencerminkan sifatnya yang mau berbeda itu.

Tapi bukan karena itu aku selalu senang melihat dirinya. Aku menyenanginya karena sifatnya yang blak-blak dan bebas. Ia mau berkata apa saja tanpa merasa terbatas. Bahkan jika ia bisa melawan gravitasi mungkin ia bisa terbang.

Ketika aku mendapati dirinya meninggal, jujur aku memang bahagia. Selain karena aku mendapat bahan untuk dijadikan berita, aku juga merasa bahagia karena dia telah abadi. Ya, seperti lagu-lagunya yang terus didendangkan, nama Harry Roesli selalu terekam dalam benak saya dan jutaan orang lainnya.

Aku teringat satu tahun yang lalu. Ketika ia manggung di News Café Kemang. Ia juga ada disitu bersama teman-teman Depot Kreasi Seni Bandung-nya. Dengan lagu masterpiece miliknya yang berjudul Politikus Busuk, ia terlihat sehat. Sama sekali tidak terlihat kalau ia menderita penyakit jantung kronis.

Kala itu aku mendapat kesempatan langsung untuk berbicara dengannya. Dengan teman-teman lain aku menanyakan kepada dirinya soal pemilu, calon presiden, bahkan soal KTP. Dari situ aku baru tahu kalau dia tidak ikut pemilu bukan karena tidak ada calon presiden. Ia tidak ikut pemilu karema ia memang tidak punya Kartu Tanda Penduduk.

Seusai wawancara aku dan teman-teman sengaja meminta untuk foto bersama. Padahal, jarang sekali aku mengajak seorang narasumber untuk foto bersama. Namun, kali ini lain aku memintanya. Mungkin karena ia istimewa, atau memang aku belum pernah punya foto orang terkenal.

Seperti foto yang merekam kejadian itu, tulisan ini aku tulis memang sengaja untuk mengingatnya. Aku ingin jadi bagian dari orang yang mengabadikan dirinya di dalam pikiranku. Salam kang Harry….

Sunday, December 19, 2004

Nama

Sabtu kemarin, ponakanku yang baru lahir. Saat lahir ia menangis, seperti jutaan bayi lainnya. Wajahnya putih dan rambutnya hitam. Kakakku amat bersyukur karena ia berhasil melewati proses yang amat menyakitkan itu.
Diantara semua kebahagiaan itu, saat ini semua keluargaku tengah sibuk-sibuknya mencari nama bagi ponakanku ini. Mama sibuk mencari nama-nama yang berbau batak. Sedangkan, kakak-kakakku yang lainnya juga kebingungan mencari nama. Bahkan mereka sudah merencanakan untuk membeli anting bagi bayi perempuan itu.
Saat mereka berdiskusi untuk memberikan sebuah nama. Aku justru merasa kebingungan. Nama itu sebenarnya harus cepat diberikan agar bisa dibawa pulang ke rumah kakakku.
Jujur, aku memang tidak terlalu memikirkan siapa nama ponakanku ini. Sama sekali tidak ada di pikiranku untuk memberikan sebuah nama kepada dia.
Aku hanya melihat bahwa nama hanyalah sekedar pemberian label kepada kita agar kita dengan manusia lainnya berbeda. Kamu bisa saja memanggil aku Brad Pitt tapi tetap saja orang mengetahui aku adalah aku.
Mudah-mudahan ponakanku baruku ini mepunyai hati yang seputih mukanya, dan mempunyai kekuatan semangat hidup sehitam warna rambutnya. AMin

Friday, December 17, 2004

Di Pagi Hari

Sudah tiga hari ini aku bisa mendisiplinkan diri untuk melakukan shalat subuh. Dan sehabis shalat biasanya aku langsung lari-lari pagi selama 30 menit. Lucunya, semakin hari kok semakin berkurang saja intensitasnya. Mungkin memang aku gak pernah terbiasa untuk itu. Aku terbiasa untuk menjalani hidup dengan santai, dan sulit untuk menghadapi hidup yang keras.

Hari pertama berlari mungkin adalah hari yang paling bagus. Sehabis, berlari aku menonton berita di televisi dan langsung membersihkan rumah. Setidak-tidaknya hari pertama berjalan seperti apa yang aku pikirkan. Esoknya, di hari kedua aku memang menambah jumlah putaran lari. Aku tetap menonton berita untuk menambah informasi, tapi setelah itu aku langsung tidur-tiduran. Aku lupa untuk membersihkan rumah dan mengepel lantai. Begitu terbangun, aku melihat Mamah sudah membersihkan rumah. Sedikit kecewa sih dengan tingkat disiplin yang gue punya.

Hari ini, jumlah lari berkurang. Sama seperti di hari pertama hanya dua putaran saja. Tapi masih bisa aku selingi dengan sekali-sekali melakukan tendangan-tendangan yang sempat aku pelajari di Tae Kwon Do. Namun, seperti biasa, aku ingin tidur di rumah. Tetap nonton televisi, tapi tetap tidur-tiduran. Untungnya, aku masih bisa bangun sebentar dan mencuci piring. Itu juga karena Bapak terus-terusan memanggil untuk membantunya memasukkan file di komputer.

Alhamdulillah, di hari ini aku sempat membaca buku, yang aku lupa siapa pengarangnya. Buku itu menceritakan tentang ibadah manusia dalam melunakkan hati. Tepatnya sih berperang melawan hati manusia yang punya segala macam praduga dan keinginan membabibuta.

Buku itu mengatakan bahwa segala amalan fisik yang dilakukan seribu kali tetap saja tidak berguna jika kita tidak bisa melunakkan hati kita terhadap Tuhan dan Manusia. Buku itu bahkan menjabarkan, bentuk-bentuk ketakaburan hati manusia terhadap Tuhan dan sesama manusia lainnya.

Berulangkali aku membaca ternyata ada bentuk-bentuk ketakaburan yang sesuai dengan hatiku. Sempat mengucap astaghfirullah, aku harus menyadari bahwa hati adalah gerbang pintu menuju Tuhan, maka ada baiknya aku menjaga itu semua dan memperbaikinya.

Oh iya, hari ini juga aku gagal untuk menjaga hawa nafsuku. Seperti biasa, aktivitas morning sickness kembali aku lakukan. Entah kenapa aku tiba-tiba saja teringat dengan Widia, anak IESP Unsoed Akt. 98. Mudah-mudahan aku bisa untuk mengendalikannya.



Sunday, December 12, 2004

Pollycarpus dan Lee Harvey Oswald

Banyak orang yang menduga bahwa salah satu pilot pesawat Garuda, Pollycarpus yang kebetulan berada satu pesawat dengan Munir, adalah pelaku pembunuhan aktivis pejuang HAM itu. Dugaan semakin kuat karena Pollycarpus lah yang mengajak Munir untuk bertukar kursi. Apalagi, saat ini berita terakhir mengatakan bahwa kaitan antara Pollycarpus dengan BIN, lembaga negara yang sering berseberangan dengan Munir, sangat erat.

Pollycarpus dikatakan mempunyai senpi yang memang khusus dikeluarkan oleh BIN. Apalagi Pollycarpus mempunyai latar belakang romantis bersama BIN. Ia kerap diperkerjakan oleh BIN, untuk mengevakuasi warga Indonesia dari Timor-Timur.

Keterlibatan Pollycapus dengan BIN serta tuduhan sebagai pembunuh Munir, sangat mirip dengan Lee Harvey Oswald. LHO, dituduh sebagai pembunuh Presiden Amerika, JFK. Padahal dari LHO, hanyalah bagian kecil dari suatu struktur besar yang membunuh JFK. Kita tahu ada tiga penembak ketika JFK tewas. Salah satunya bisa dibuktikan dalam film Interview With The Assasin, dimana David Ohlinger mengakui bahwa dia adalah the second shooter sedangkan LHO, sebagai penembak ketiga hanyalah jadi umpan.

Berdasarkan kejadian itu, mungkin Pollycarpus memang terlibat usaha pembunuhan Munir, namun pelaku sebenarnya dari pembunuhan itu bebas melenggang kemana saja. Pasti saja bisa berulang kan?

Tuesday, November 23, 2004

Got The Life

Apa yang ku dapat dalam hidup ini. Hampir 24 tahun menjalani hidup aku belum mampu untuk mencari tujuan hidupku. Kadang terpikir dalam hati, bahwa tujuan hidup adalah dengan mendapatkan pekerjaan. Namun, itu toh bukan tujuan pasti. Pekerjaan bukan secara otomatis menjadi tujuan hidup.

Kini gue memang saat ini bingung menentukan akhir hidup gue. Apakah dengan pekerjaan ini gue akan mencapai garis akhir kehidupan? Atau berbalik arah mencoba lapangan yang lain. Aku berharap rasa malas ini bisa ku kikis dari hari per hari. Aku tidak mau menjadi orang yang malas dalam menghadapi kehidupan ini.

Let's say satu hari dalam hidup apa yang aku bisa untuk mengikis rasa malas ini. I hope i can develop it.

Wednesday, November 17, 2004

Persimpangan

Suasana pekerjaan makin lama makin gak mengenakkan buat gue. Gue saat ini merasa pimpinan-pimpinan gue makin lama makin gak memberikan gue kesempatan untuk berkembang. Gue sulit untuk memposisikan diri, sekarang. Sebab gue nggak pernah mau bekerja dengan malas-malasan.

Mungkin baik bagi gue jika gue harus mengerti batasan-batasan pekerjaan gue. Gue lebih baik diam dan menahan diri daripada membawa diri gue kepada masalah yang lebih sulit lagi. Kalau memang dia menginginkan untuk mengerjakan semuanya, silahkan saja. Gue harus sadar kalau gue memang adalah seorang asisten. Gue tidak boleh mengambil lingkup pekerjaan orang di atas gue.

Atau memang atasan gue merasa tersaingi dengan kemampuan gue. Geer lah.... Sedikitnya itu yang harus gue ambil manfaat dari masalah gue. Pokoknya low profile lah. Gue hanya bekerja jika ada yang tertinggal atau memang memerlukan bantuan gue.

Monday, November 15, 2004

Cape Banget

Sudah terlalu lelah badan ini untuk terus mengarungi hidup. Sudah tidak mampu lagi ini hati ini terus berharap. Kemanakah kayuh ini ku bawa, ke ujung dunia atau ke ujung harapan. Dimana tempat berdiam diri yang ku mau? Alur sungai hidup ini terasa melambat. Bayangan badan ku pun bisa terlihat. Percaya kah aku akan bayangan itu, dimana semuanya yang melambat pasti menipu.

Hari ini badan gue kok tidak enak banget.Mungkin ini karena terpengaruh aktivitas gue selama hari Idul Fitri kemarin. Mungkin juga karena aku terlalu lama tertidur. Yang pasti sih, gue gak cukup aja istirahat. Kebanyakan main Winning Eleven sampai pagi hari. Gila yah kok gue sampai segitu maniaknya main game ini. Wajar, karena gue gak punya teman untuk diajak menghabiskan malam.

Aneh juga, setiap bermain WE, emosi gue selalu meledak-ledak. Segala sumpah serapah aku keluarkan kalau aku mengalami kekalahan bahkan kalau seri pun mulut ku selalu nyerocos omongan yang kasar. Harusnya tidak begini, aku paling ogah untuk mengeluarkan kata-kata seperti itu.

Kalau gue berpikir yang menyebabkan kata-kata kasar itu keluar adalah karena sifat egois dari diri ku. Aku ingin menang, namun dengan cara yang mudah. Bahkan kalau perlu sesingkat-singkatnya. Alhasil aku tidak pernah bisa menerima kekalahan karena itu pasti menghambat keinginanku. Dan aku benci mengulang, karena aku tidak kuat menghadapi tantangan.

Kalau menyadari hal itu, justru aku adalah orang yang bodoh. Aku harus terbiasa mengalami tantangan ini. Tantangan justru akan membuat diriku semakin berkualitas. Bahkan batu yang jelek pun jika diasah terus maka akan menjadi pisau yang tajam. Mudah-mudahan aku bisa menyadari kelemahan ini. Catat dalam hati ku, aku tidak mau kalah dalam tantangan, dan sekalipun aku jatuh aku mau untuk mengulang.
When I Die, I'm The Only One Who Smile

Maybe god wants us to meet a few wrong peole before meeting the right one. So that when we finally meet the right person, we will know how grateful to be for that for that gift. When the door of happiness closes, another opens, but often times we look so long at the closed door that we don’t see the one that’s been open for so long. The best kind of friend is the kind that you kick with and never say a word, and walk away feeling like it was the best conversation you have ever had. It might be true that we don’t know what we will until we lost it. Also we don’t know what we have been missing until it arrives.Giving someone all your love is never an assurance that they will love you back. Don’t expect love in return, just wait for it to grow in their heart, but if it doesn’t, be sure it grows in yours. It takes only minute to get crush on someone, an hour to like someone, and a day to love someone, but it takes a lifetime to forget someone. Don’t always go for looks, they can deceive. Don’t go for money, even money fades away. Go for someone who makes you smile because it could only take a smile to make a dark day seen bright. You find that one person that makes you smile in your heart. There are moments in you life when you miss someone so much that you just want to pick then from your dream and hold them in your embrace. You could dream, go where you want to go, be what you want to be cause you only have one life and one chance to do everything that you want to.You may have enough happiness to make you sweet enough, strength to make you strong enough, sorrow to keep you happy. You should put your self in others shoes if you feel that it hurts you then it probably hurts them too. The happiest people don’t necessarily have to have the best of everything. They just make the best out of everything that comes their way. Happiness lies for those who cry, those who hurt, those who have tried, for they can appreciate the importance of people who have touched their lives.The brightest future will be based on forgotten past. You cant go on in life until you let go of your past failures and heartaches. Love begin with smile, grows with a kiss and ends with tear. When you have born, you were the one crying and everyone around you was smiling. You should life good so when you die, you are the one who smiling and everyone around you is crying.

Tuesday, November 09, 2004

Money is the root of all evil, tidak semuanya bisa dibeli dengan uang namun semuanya butuh uang. Uang merupakan dasar transaksi manusia dalam mempertahankan hidup. Dengan uang manusia bisa membeli semua kebutuhan hidup. Padahal, dulu jauh sebelum manusia mengenal uang, manusia masih bisa bertahan hidup dengan menggunakan sistem barter. Tapi sekarang sudah jauh berbeda. Kompleksitas dan modernitas hidup menuntut manusia untuk menyederhanakan sistem barter dengan menggunakan uang. Perlahan demi perlahan, uang pun mulai merenggut kebebasan manusia atas dirinya sendiri.

Manusia tidak bisa untuk menahan diri untuk tidak mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Sistem kapitalistik membuat manusia lebih memposisikan diri untuk money gathering. Hal yang sangat bertolak belakang dengan tipikal manusia jaman dahulu yang lebih konsen pada masalah food gathering.

Tidak heran jika atas dasar money gathering itu lah tingkat kebutuhan manusia akan uang saat ini begitu tinggi. Terjadilah korupsi, terjadilah pinjaman hutang uang yang begitu tinggi di masyarakat. Uang menjadi masalah utama dalam diri manusia. Bahkan mungkin bisa lebih penting daripada agama.

Sebagai orang yang bekerja, aku memang menginginkan uang. Aku sulit untuk menghabiskan uang yang telah ku hasilkan. Makanya, sulit bagiku menerima ketika mengetahui bahwa uang 100 ribu di dompet ku telah hilang. Uang telah merampas kesadaran ku untuk menyadari bahwa uang itu bukanlah untuk dikumpulkan melainkan untuk digunakan.

Aku tersadar, ketika Vera, mengatakan kepadaku bahwa aku memang orang yang terus-terusan mempermasalahkan soal uang. Aku kerap mengatakan kepadanya bahwa aku kekurangan uang. Mungkin ia memang bosan mendengar cerocosan uang itu.

Sulit memang bagiku untuk melupakan masalah uang. Dengan gajiku yang standar dan terhitung minim, memang membuat aku sulit untuk menjalani semua aktivitas dan memenuhi kebutuhan hidup. Namun, aku harus sadar bahwa saat ini aku termasuk orang yang beruntung karena masih bisa mendapatkan uang. Nikmati saja itu... cukup tidak perlu lagi aku pikirkan yang lainnya....

Wednesday, November 03, 2004

Pulang dari kantor, gue lihat mama sedang tertidur di kamar gue. Entah kenapa dia memisahkan dirinya untuk tidak tidur dengan Papa. Sadar kalau kamar gue dipakai, gue lebih memilih untuk tidur di depan televisi. Lumayan, memang gue mau menunggu Piala Champion. Walau sudah dimelek-melekin untuk nonton ternyata gue tetap aja ketiduran.

Yang masih jadi kepikiran buat gue adalah, ketika pas gue bangun Mama sudah pindah tempat tidur. Ia malah ikut tidur di sofa. Ia terus menyiksa dirinya sendiri.

Mama, sulit memang untuk mengerti dirimu. Padahal, sudah ribuan cara anak-anakmu mencoba untuk berusaha menyenangkan kamu tapi kenapa sulit sekali kamu untuk mengerti. Mama, kapan kah kau merasa nyaman di hari-hari terakhir mu ini. Maaf Mah, kalau aku memang tidak mampu menunjukkan kebahagiaan buat kamu.

Tuesday, November 02, 2004

Kambing, Mbeeeekkk..

Kelemahan terbesar dalam diri gue adalah gue selalu takut untuk mencoba hal yang baru. Kelemahan itu justru menjadi rasa takut yang diam-diam mengendap dalam diri gue. Entah kenapa, sulit bagi gue untuk mencabut seluruh perasaan itu. Tanpa ku ketahui rasa ketakutan itu justru menjadi penjara bagi diri gue.

Aku selalu menyalahkan keadaan yang ada. Mengkambinghitamkan semua persoalan yang sulit ku lalui.

Gue merasa heran, kenapa blog yang seharusnya gue tulis segala keseharian gue menjadi keluh kesah diri gue akan ketidakmampuan diri gue dalam menghadapi masalah hidup. Aku benar-benar ingin sekali menjadikan blog ini penuh dengan nilai-nilai hidup yang ku dapat dari keseharian gue. Namun, itu selalu tidak mungkin, aku selalu berkeluh kesah.

Aku memang mengeluh, aku menyesal, aku membenci semua yang terjadi dalam hidup ini. Aku mengeluh karena aku sendirian dalam hidup ini, tidak ada teman, yang ada hanya diriku sendiri. Tapi bukankah kesendirian adalah suatu kesenangan, atau kah karena memang aku tidak pernah bisa menghargai nikmat hidup yang ku jalani ini.


Sunday, October 31, 2004

Kenangan Masa Lalu

Hari ini gue chatting ama Daud. Entah kenapa gue tiba-tiba teringat kenangan ketika gue dan dia membeli baju lebaran. Saat itu memang sudah lama, namun entah mengapa hal itu sangat berarti dalam banget buat Daud. Ketika itu gue memang menumpang mobil yang ia pakai, Suzuki Escudo warna putih. Mendengar hal itu Daud teringat ketika keadaan ekonominya yang saat itu sangat melimpah.

Dulu Daud, memang mempunyai segalanya. Mobilnya saja empat buah. Ia terbiasa dengan hidup yang enak-enak. Namun, semua itu sudah berubah. Entah kenapa tiba-tiba saja keluarga Daud mengalami perubahan. Ketika bapaknya berhenti bekerja semuanya memang tidak seperti dulu lagi. Perubahan yang drastis ini malah hampir membuat Daud putus asa. Ia tidak bisa untuk hidup enak. Masalahnya juga tidak berhenti di situ saja, keluarganya justru terpisah-pisah dan tidak pernah bertemu. Bahkan di hari lebaran pun mereka tidak pernah bertemu. Semua masalah ini membuat dia sulit untuk menghargai hidup atau bahkan mengakui bahwa hidup ini adalah suatu berkah terbesar dari Tuhan bagi manusia.

Daud my friend, masalah yang kamu hadapi memang susah, gak ada yang bisa gue lakukan buat lu selain mendoakan yang terbaik buat elu. Mungkin kita semua memang salah dalam hidup ini.




Wednesday, October 27, 2004

Bangun

Entah beberapa hari ini aku selalu senang untuk tidur-tiduran. Ketika malam sudah menjelang, aku kepingin banget tidur nyenyak. Bahkan ketika matahari sudah meninggi, gue lebih senang lagi untuk tidur kembali. Sulit rasanya membuat hati dan niat dalam diri untuk bergerak Bangun.

Saat ini, gue terbangun karena Mama tengah membersihkan kamar yang ada di sebelah kamar gue. Hentakan sapu yang keras di kamarnya membuat aku terbangun. Aku berpikir, kenapa aku yang masih muda ini lebih senang menghabiskan waktunya di kamar saja. Terkungkung dalam kesenangan diri sendiri. Bukankah masih banyak waktu yang bisa gue lakukan secara maksimal untuk diri gue dan orang lain, khususnya orang tua gue.

Aku pun langsung Bangun. Setibanya di lantai bawah, aku melihat keponakan-keponakan ku. Aku tidak melihat dimana bapak berada. Ternyata, ia sudah menjemput keponakan ku Ara. Aku berpikir, kok teganya gue yang masih muda ini membiarkan bapak gue menjemput ponakan. Kenapa aku tidak bangun dari tadi pagi....

Kenapa teramat sulit bagi gue untuk membangun seluruh kemauan yang ada di dalam diri gue. Waktu di dunia ini terlalu amat berharga untuk disia-siakan. Setiap perpindahan detik waktu harus ku manfaatkan secara maksimal. Ayo Wahyu, mari kita Bangun. Mulai saat ini, jangan hanya di dalam hati. Praktekkan semuanya seluruh teori, ingatlah semua waktu akan dipertanggungjawabkan oleh kamu di hadapan Tuhan.

Insya Allah, mulai hari ini aku Bangun. Bukan hanya dalam blog ini tapi dalam keseharian ku. Amin

Tuesday, October 26, 2004

Kehilangan Lagi

Entah kenapa begitu sulitnya hati untuk berketatapan.
Setiap asa tak pernah jadi kenyataan.
Walaupun aku selalu berkeinginan itu hanya tetap jadi keinginan.

Tuhan ajarkan aku cara memahami hati ini
Betapa keruhnya dunia ini tanpa ada Engkau disamping
Malam ini aku sendiri... Tuhan.

Sudah dua hari ini aku tidak melaksanakan kewajiban ku sebagai seorang muslim. Aku tidak lagi melaksanakan shalat lima waktu. Entah kenapa, keinginan gue untuk beribadah kepada Allah berubah setelah bulan puasa berjalan.
Mungkinkah karena memang gue sulit untuk menetapkan hati ini kepada Tuhan?

Kadang hati ini akan berubah ketika aku mendengarkan atau membaca tulisan-tulisan yang menggugah. Sayangnnya itu hanya bisa berlaku untuk sementara waktu saja. Aku ingin selamanya mengenal Allah. Menjalani keimanan ku tanpa keraguan dan tanpa kemunduran. Aku tidak pernah mau untuk melupakan-Nya. Sayangnya, keinginan itu semua hanya ada dalam hatiku saja. Tidak pernah ku curahkan semua rasa ini seutuhnya dan senyatanya hanya kepada-Nya.

Jikala malam ini hanyalah malah keimanan. Aku ingin merasakan nikmat bersama Mu. Membawa ke ridhaan jalan-Mu.

Wednesday, October 20, 2004

HIdup ini Kok Biasa Aja

Terbangung di pagi hari, Jam 8 pagi. Ah, begini-begini lagi hidup ini. Semuanya serba konstan, tidak ada perubahan. Rutinitas, yang selalu ku lakukan hampir setiap hari. Selama 365 hari gue hidup aktivitas seluruhnya hampir sama. What's wrong with my life?
Entah, kenapa hidup gue selalu biasa aja. Gue tidak pernah menjadikan hidup ini penuh warna. Apakah gue mengalami suatu kejenuhan?

Mandi pagi, langsung bekerja, ngantarin kakak gue ke kantor. Ah, lewat jalan-jalan itu lagi. Nyampai kantor, bue komputer, lihat berita dan lihat situs asyik. Semuanya mungkin terlihat normal, namun nyatanya semua jadi rutinitas yang membosankan.

Main blog, mencurahkan seluruh kehampaan hati gue tapi justru tidak berpengaruh apa-apa. Hanya sebuah coretan-coretan di dinding, yang nantinya hanya akan menjadi arsip. KIta bahkan tidak pernah bisa melihat itu lagi.

Apa yang salah dengan diriku? Mungkinkah aku tidak bisa mencari hidup yang lebih bervariasi dan bermakna dalam hidup ini. I've only got a low life. Bagaimanakah gue bisa merubah jalur hidup gue yang seperti rel kereta ini.

Aku mungkin harus bisa melihat hidup ini dengan merenungkannya. Aku harus bisa memahami semua ini. Hidup mungkin bisa jadi teramat bosan, jika kita tidak melihatnya dari sisi yang lain. Tapi bagaimana caranya? Aku sulit sekali melihat sisi-sisi lain dalam kehidupan ini. Please God, learn me how to bless your kindness.

Thursday, October 14, 2004

Marhaban Yaa Ramadhan

Berapa jam lagi bulan Ramadhan akan datang, sedetik ini juga aku terhempas dalam kenangan. Kenangan ketika betapa indahnya ku lalui bulan suci ini dulu. Ratusan orang berpeci dan bermukenah lalu lalang di muka ku. Betapa bahagianya aku menjadi salah satu bagian dari mereka. Betapa indahnya kenangan itu.

Sekejap ketika ku melakukan shalat Isya, ku tersadar akan indahnya pesona itu. Pesona yang mampu membawa diri ku kepada kesucian hati. Kerendahan hati bahkan kemuliaan diri. Indahnya bulan ini.

Indahnya suasana masjid Fatimah Azzahra, ketika hari-hari demi hari satu juz Qur'an didengungkan. Yang membuat ku tetap tersenyum adalah ketika betapa memaksanya diriku untuk tetap khusyu, padahal kaki ku benar-benar pegal. Indah, ketika rasa sakit dan ibadah berjadi satu. Mungkin ibadah itu benar melemahkan fisik kita sementara namun hati kita menjadi luas dan terpelihara.

Sekarang, bagaimana dengan bulan suci di tahun ini. Akankah aku mengulang kembali kenangan itu. Atau justru tenggelam dalam lumpur kesenangan duniawi ini. Bisa kah aku lebih maju dari kenangan-kenangan itu dulu.

Tuhan kau berikan aku tembok tinggi yang sulit ku lewati. Tembok itu adalah diriku sendiri.

Wednesday, October 13, 2004

Ramadhan

Ada yang hilang dari Ramadhan ini. Dua tahun aku bersamanya, dua tahun juga aku kehilangannya. Tidak ada nuansa eksotis akan kehadirannya. Tidak ada nuansa religi dan mistis ketika menghadapi hari ini. Bahkan satu hari menjelang, aku sama sekali enggan dan menganggapnya sebagai hari biasanya yang selalu terjadi selama perputaran dunia ini.

Apakah aku kehilangannya, atau kah memang aku sudah hilang perasaannya?

Aku terhenyak dengan kata-kata ku sendiri, ketika ku mengatakan kepada teman "Eh, besok puasa..gila yah" Bukan rasa takjub yang ada di mulutku, yang tersisa di perkataan ku adalah betapa takutnya aku akan bulan ini.
Bulan yang penuh dengan penyiksaan, selama 30 hari berpuasa, selama 30 hari menahan rasa amarah, dan nafsu yang ada dalam diri kita. Betapa sulitnya perjuangan itu.

Apakah aku memang takut atau malas untuk melaksanakan salah satu kewajiban ini?

Entah, sampai kapan aku terus berkubang dalam kegelapan ini. Badan ku sama lemahnya dengan niat ku untuk menggapai keilahian-Nya. Tubuh ku luluh akan nikmatnya dunia bukannya nikmat pelukan mistis-Nya.

Apakah aku malu untuk kembali atau kah memang aku lupa semua itu?

Sama sekali jauh berbeda ketika aku berada di Purwokerto. Semuanya serba ibadah, mulut ibadah, kaki ibadah, hampir seluruh tubuh ku adalah ibadah. Kini, apa yang tersisa?

Apakah aku terlarut dalam dunia ini. Atau kah memang aku terkurung dalam lumpur dunia ini?

Tuhan, jika kau mau selamat kan aku. Harus kah aku memohon kepada Mu?



Wednesday, October 06, 2004

Pengalaman

Anugerah terbesar bagi manusia dari Tuhan adalah hidup. Betapa indahnya hidup, jika kita lalui dengan pengalaman-pengalaman yang berharga. Betapa bermaknanya hidup jika kita mampu menyadari bahwa kita bisa melalui hidup ini dengan nilai.

Mungkin yang aku sesali dalam hidup ku adalah betapa muramnya hidup ini. Semuanya ku lalui tanpa banyak warna. Semuanya hitam putih dan monoton. Terkadang aku cemburu dengan orang lain yang mempunyai banyak pengalaman dalam hidupnya.
Dari pengalaman hidup akan tercipta banyak pengetahuan. Dari banyak pengetahuan akan tercipta iman. Dari semua itu akan tercipta suatu ultimate goal daripada manusia, yaitu manusia seutuhnya.

Kadang aku berpikir, aku adalah bagian terbesar dari dunia ini. Nyatanya, hidup ini amat lah luas. Masih banyak manusia yang super, manusia yang ganteng, manusia yang pintar, manusia yang lebih licik daripada aku. Walau sulit untuk mengakuinya aku memang harus tahu bahwa manusia di bumi ini bukan aku sendiri.

Dari itu semua aku selalu berpikir, bagaimana aku bisa menjadi seperti mereka. Bisa hebat seperti mereka? Aku mencari sebuah alat untuk mencapai semua itu, mungkin pelarian tepatnya. Sekali lagi aku menggunakan Tuhan untuk itu.

Otak licik ku berpikir, kalau aku memenangi perang akhirat maka aku termasuk orang yang beruntung dan mungkin berkualitas. Namun, itu bukannya membuat ku menjadi seorang yang kalah. Aku berlindung di balik kebesaran-Nya, layaknya seorang anak kecil menghindar dari gangguan anak-anak lain pada ayahnya.

Aku tidak mau begitu, aku ingin seutuh-utuhnya menjadi manusia. Aku ingin mencintai Tuhan ku seperti aku mencintai orang tua ku. Aku ingin menjadi hebat di dunia bukan untuk orang lain, namun untuk diri ku sendiri. Sebab dari semua itu, aku belajar untuk menjadi hebat bagi orang lain.

TUhan, di perempatan jalan ini.. Semuanya berhenti, mau kah Kau memberikan lampu hijau pada diriku?


Monday, October 04, 2004

HIdup BUkanlah Kartun

Mungkin hidup ini adalah sandiwara. Penuh dengan cerita, ironi, tawa, tangis dan sebagainya. Jadi sangat cocok lah mengapa hidup ini dikatakan sebuah sandiwara. Namun hidup bukanlah sebuah kartun.
Mungkin tidak pernah sekalipun terpikir dalam hidup kita bahwa film-film kartun justru mengajarkan kita kepada arti hidup yang sebenarnya. Betapa gagahnya seorang POwer Ranger menyelamatkan dunia. Bukannya berperang menghancurkan dunia ini.

Betapa cinta kasihnya seorang Candy-Candy. Bukannya saling mencaci seperti layaknya seorang politisi. Ini lah yang mempesona anak-anak kita dan juga bahkan kita sendiri.

Aku tersentuh ketika membaca sebuah komik DOraEmon. Dalam salah satu bagian cerita disebutkan Doraemon memberikan sebuah kaki bagi seorang putri duyung secara gratis. Kaki itu digunakan oleh Putri Duyung untuk mewujudkan cita-citanya menikah bersama seorang pangeran.

Mungkin kelihatan klise kalau kita tidak memerhatikan sebuah kata dari cerita tersebut. Gratis, ya kata-kata itu lah yang membuat aku terkesima. Bisakah sebuah kaki diberikan secara gratis. Sampai kapanpun kaki-kaki palsu tidak akan pernah gratis.

Betapa hidupnya nilai-nilai yang ditawarkan oleh cerita-cerita tersebut. Betapa parahnya dunia ini menjadi sebuah dunia yang hampa tanpa rasa kasih sayang dan yang hanya dipikirkan adalah materi.

Terlebih dari semua itu betapa kita lupa bahwa kita adalah manusia yang harusnya senantiasa bersyukur atas setiap karunianya.

Friday, October 01, 2004

Ku Rindu

Tulisan ini adalah untuk Mu
Lepaskan rasa dahaga atas kebesaran Mu
Membawa diriku terbang dalam kesunyian ini.

Dalam hening ku sendiri
Mencoba lari dari rasa ini...

Tuhan kenapa ku selalu berlari dari mu
Lepas kan tanggung jawab ini
Mau tak mau pasti selalu..

Tuhan maafkan aku..

Wednesday, September 29, 2004

Sabar.. Sabar...

Sabar, kata-kata yang sering diucapkan ketika kita tengah marah. Sabar juga merupakan suatu kata yang masuk dalam kitab-kitab suci agama. Tidak ada satu agama yang tidak memerintahkan untuk bersabar. Posisi ini menempatkan sabar sebagai tempat yang paling mulia bagi orang yang bisa melakukannya.

Apa hubungan sabar dengan gue? Sejauh ini gue bukanlah orang yang sabar, gue tidak bisa menahan diri gue dengan sejuta kekesalan gue. Apa yang membuat gue marah dan tidak nyaman pasti akan membuat gue tidak sabar.

Namun, dalam hati, gue selalu ingin menjadi orang-orang yang sabar dan qonaah.


Tuesday, September 28, 2004

Obituari

Hari ini orang tua teman ku Wahyu Adji Jatmiko, meninggal dunia. Penyakit jantung telah membawa ayahnya pergi. Aku mengetahuinya sekitar jam 16.45 WIB. Adiknya temanku menelpon dan mengabarkan berita itu. Agak sedikit bimbang untuk meninggalkan pekerjaan. Aku mungkin masih berat sebelah soal duniawi. Namun, karena aku mengingat bahwa Wahyu adalah salah satu teman ku maka aku pun meninggalkan barang sebentar untuk berziarah.

Nabi Muhammad SAW pernah memberikan wejangan kepada para sahabat untuk banyak-banyak pergi berziarah dan melayat agar bisa mendapatkan pelajaran dalam kehidupan. Ku harap juga aku bisa mendapatkannya.

Ada sedikit pelajaran yang ku dapatkan di hari ini, dari mulut seorang adik temanku. Ia menanyakan kepada ku kenapa aku tidak menyalatkan jenazah. Dengan diplomatis aku menjawab bahwa dalam setiap gerak nafas ku aku telah salat kepada Allah. Aku tidak ingin terjebak kepada bentuk rutinitas shalat. Aku ingin menafsirkan makna ibadah dan munajat dalam pengertian gue sendiri. Sayangnya, itu hanya omongan belaka dan sekedar pelarian atas bekunya hati gue terhadap Allah.

Aku tidak menyadari bahwa hati ini tidak akan pernah bisa lari...

Monday, September 27, 2004

Mama

Kamu selalu berkeringat
BUkan hanya saat ini namun di awal kamu bernafas
Hingga akhir nanti
Kamu terus berkeringat

Adakah kebahagian di tengah peluh derita hidupmu
Setiap hembusan nafasmu
Adakah rasa bahagia tersembul disitu

Mama
Waktu demi waktu terus berlalu
Tiada yang pernah berubah dalam dirimu
Keringat, cucuran air mata selalu keluar dari tubuhmu

Mama..
Apakah pernah kau berikan kesempatan
Dalam hidup ini untuk sekedar menikmati


Mamaku selalu tidak pernah berhenti bekerja. Dulu, ketika aku masih kecil Mama menjadi tulang punggung bagi keluarga. Sedangkan Bapakku menunggu di rumah. Alhamdulillah, lima orang anaknya bisa berhasil menunaikan pendidikan. Namun, saat ini yang sulit ku bayangkan apakah 5 anak itu termasuk aku mampu membayar semua itu bagi Mama ku.

Kenangan-kenangan indah bersamanya, mampukah terbayar hanya dengan uang yang ku berikan..? Apakah bisa dengan sikap baik yang ku lakukan? Apapun yang akan ku lakukan tak akan pernah bisa membayar semua itu. Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang tiang.

Horoskop Game

Berapa teman yang paling banyak aku punya? Di bulletin friendster, ada permainan yang namanya Horoscope Game. Dari situ gue bisa melihat bahwa gue mempunyai teman baik sebanyak 9 orang. Untuk kategori close friend, gue rasa itu sangat lah banyak.

Sayangnya, sampai saat ini gue belum bisa mengerti dan mengetahui siapa kah teman-teman dekat gue. Ini pernah gue diskusikan dengan adik gue. Gue terlalu mudah melupakan teman-teman gue begitu saja.

Sebenarnya, anggapan ini terjadi karena gue menganggap bahwa hidup manusia ini sangat lah panjang dan bertahap. Dalam setiap tahapan hidup itu pasti gue akan mempunyai teman. Sayangnya, sesudah itu gue pasti akan melupakan mereka dan memulai tahapan baru itu lagi dan bertemu dengan teman-teman baru.

Inilah mungkin kesalahan terbesar gue. Menganggap teman adalah bagian kecil dari hidup manusia yang besar. Padahal, kalau gue sadar penghargaan terhadap diri sendiri dimulai ketika kita bisa menghargai orang lain atau teman kita.

Mudah-mudahan hari ini gue bisa menghargai betapa besar dan berartinya teman bagi diri kita.

Friends are like a star sometimes you don't see them but they always there...

Saturday, September 25, 2004

Libur-Libur...

Seperti biasa. enam hari menjelang kerja. Kita pasti diberikan satu bonus hari untuk libur. Lalu apa yang harus gue lakukan di hari libur ini. Bangun pagi lebih lama, ah itu mah membosankan. Badan ini seperti mayat saja, kalau harus bangun lebih lama. Pergi ke rumah pacar, terlalu membosankan. Balik lagi ke kantor, pake komputer dan main internet, menarik juga sih tapi yah beginilah agak memusingkan juga kalau balik ke kantor.

Namun, manusia memang membutuhkan waktu untuk istirahat. Setiap agama-agama di dunia pasti membutuhkan satu hari untuk membesarkan Tuhannya. Yahudi punya black Sabbath, Kristen mempunyai minggu ibadah, Islam tentu punya shalat Jum'at. Di waktu-waktu itu setiap orang menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Tuhannya. Nah, sekarang kenapa tidak kita menggunakan jatah hari libur ini untuk berkontemplasi kepada Tuhan YME. Lagian juga, manusia pasti mempunyai kebutuhan yang sangat mendesak akan Tuhan. Kebutuhan untuk mencari dan kebutuhan untuk menolak keberadaan Tuhan. Tapi dicari dan dicaci Tuhan selalu Agung dalam keadaannya.

Sukma Ayu meninggal Euy...

Wah, gila banget sih akhirnya Sukma Ayu meninggal dunia juga... Kasihan, masih muda tapi umurnya tidak bertahan lama... Mudah-mudahan bisa diterima di sisi-Nya.

Pekerjaan di kantor agak lumayan ringan, soalnya satu halaman koran diisi dengan berita Sukma. Kadang gue merasa sedih juga, gue bisa tersenyum jika ada berita buruk yang terjadi masyarakat. Inikah bedanya antara jurnalisme sastrawi dengan jurnalisme pragmatisme...?

Well, mudah-mudahan ketika gue tersenyum gue masih bisa berdoa dalam hati akan ketimpangan dunia ini... Ameen.

Friday, September 24, 2004

Hari ini adek gue, Hari balik dari Lampung. Datang jam 3 pagi dia langsung membangunkan gue sambil ngomong kalau SBY menang Pemilu. Gue kaget juga ngelihat dia pulang, soalnya biasanya kalau dia balik pasti gue yang jemput dia. Cuma kali ini tidak. Alhasil, dia kelaperan dan kebingungan mencari angkutan buat nyampe ke rumah. Untungnya saat itu ada ojek, jadi deh dia korbankan uang sebesar 10 ribu. Tapi selebihnya sangat menyenangkan melihat dia pulang.

Hari ini gue sial banget di KASKUS.COM, gue mosting berita tentang SUkma Ayu meninggal dunia. Eh, gak tahunya dia belum meninggal juga. Secara pribadi sih gue ingin SUkma meninggal, kasihan udah terlalu lama dia menderita dan kecapean selama dirawat. Tapi mungkin karena keluarganya gak mau ngelepas dia jadinya begitu deh. Seandainya Sukma bisa bicara pasti dia minta untuk direlain aja. KIta ini semua mahluk Tuhan, hanya dia yang bisa mengambil dan menghidupkan manusia. Usaha manusia hanyalah berusaha dengan wajar...


Pusing Berat

Gila tekanan kerja makin lama makin berat aja. Memahami bos gue yang satu ini musti nggak pake perasaan. Selalu aja ada yang salah di matanya. Selain itu, ia selalu menggunakan mulutnya daripada otaknya. Sial, gue kan yang kerja bukan dia. Dia tinggal asyik saja merintah kesana-kesini, sedangkan gue yang jadi korban perasaan..

Capek bener sih jadi wartawan, kapan gue bisa santai dan tenang. Sial, bener juga kata orang Wartawan itu selalu menyerempet bahaya. Bahaya yang paling utama adalah marahnya sang bos. Beda amat ama ceritanya Tin Tin.



Konser 50 Tahun Fender

[IMG]http://img.photobucket.com/albums/v318/wahyu_tua/strato.jpg[/IMG]

Gitar Fender Stratocaster memang tak asing lagi di blantika musik dunia. Fender yang menjadi ikon gitar musik rock dunia ini kini sedang memperingati hari jadinya ke-50. Peringatan itu juga ditandai dengan peluncuran gitar Fender Stratocaster edisi terbatas dan konser yang menampilkan sejumlah musisi kelas atas di Wembley Arena, London, Inggris, Jumat (24/9). lama setengah abad Fender Stratocaster telah menjadi gitar pilihan para musisi dunia, seperti sang legenda Jimi Hendrix, Eric Clapton, dan Stevie Ray Vaughn. Gitar ini pertama kali muncul pada 1954 ketika seorang tukang reparasi radio bernama Leo Fender menemukan ide rancangan gitar ini. Sementara kata Strat di belakang Fender adalah nama yang dibuat khusus untuk para pemesannya.Pada masa produksi awal, gitar rancangan Leo ini memiliki badan berlekuk dengan tiga tombol yang dapat dipergunakan untuk mengubah suara gitar. Kondisi ini dipertahankan selama lima dekade, meski sedikit ada perubahan di sana-sini. Memasuki tahun 60-an, produksinya sempat terhenti ketika perusahaan pembuatnya hendak menghentikan pembuatan model Stratocaster. Tapi, niat itu gagal setelah Jimi Hendrix mempopulerkan dan menjadikannya gitar ini sebagai ikon musik rock. Itulah sebabnya, gitar Fender menjadi barang koleksi bernilai tinggi dengan harga US$ 1 juta untuk gitar buatan tahun 50-an.

Pengen banget punya nih gitar, sayang kenapa sekarang gitaris-gitaris lainnya lebih memilih Ibanez yah...?

Thursday, September 23, 2004

Maaf

Maaf sebagai Komitmen

MEMOHON maaf adalah ekspresi peradaban yang sangat manusiawi dan mulia. Orang mohon dimaafkan karena telah alpa atau bersalah, baik sengaja maupun tidak. Dan, adalah ekspresi peradaban yang manusiawi dan mulia pula, apabila kepada orang yang memohon maaf diberikan maaf.

Presiden Megawati Soekarnoputri kemarin tampil di depan Sidang Tahunan MPR. Dalam pidato setebal 28 halaman, Megawati membeberkan apa saja yang sudah dan belum dikerjakan selama tiga tahun pemerintahannya. Secara runtun dan apa adanya disebutlah soal-soal yang masuk dalam kategori berhasil dikerjakan dan yang belum berhasil.

Di antara yang berhasil adalah peletakan dasar ekonomi makro yang stabil, pengukuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sempat terancam disintegrasi di awal reformasi, penataan fungsi dan tata hubungan antarlembaga tinggi negara, dan banyak lagi yang lain.
Sedangkan masalah besar yang tidak berhasil dilaksanakan adalah peningkatan lapangan kerja, dinamisasi sektor riil, peningkatan anggaran belanja sektor pendidikan serta pemberantasan korupsi.

Kita semua tahu bahwa krisis yang melanda Indonesia demikian hebatnya, sehingga tidak mungkin diselesaikan hanya oleh seorang presiden dalam waktu yang singkat. Di tengah guncangan persoalan yang demikian besar itu, tentu menjaga agar bangsa Indonesia tetap berada dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, merupakan hal terpenting. Karena tidak mungkin mengerjakan program apa pun bila Indonesia sebagai rumah bersama tidak ada.
Akan tetapi, represi yang dialami bangsa ini selama tiga dasawarsa Orde Baru dan krisis dahsyat yang muncul di tahun 1997, telah menyebabkan rakyat tidak sabar. Rakyat ingin semuanya berlangsung cepat. Sayangnya pemerintah tidak cukup membangun kesadaran kita semua untuk bersabar.

Di akhir masa jabatan periode pertama dan di tengah bayang-bayang kekalahan, Mega tetap tegar dan dingin berbicara di depan Sidang Umum MPR. Atas segala kekurangan Megawati memohon maaf kepada segenap bangsa Indonesia.

Tidak terucap sepatah kata pun dari Mega yang memohon pujian atas segala yang baik yang telah dikerjakan dalam tempo tiga tahun. Diminta atau tidak, sebagai rakyat yang tahu berterima kasih, kita tidak saja membuka pintu maaf, tetapi juga menghaturkan pujian kepadanya.

Kita sekarang memasuki sebuah tradisi baru, yaitu penggantian pemerintahan tanpa gejolak berarti. Megawati, dengan segala kewenangan sebagai presiden yang sedang berkuasa, menjaga dengan sepenuh hati agar pergantian pemimpin tertinggi nasional yang di masa lalu penuh dengan gejolak dan darah, menjadi pergantian yang aman dan damai dalam semangat demokrasi.

Reformasi telah membuka euforia bagi sebuah tradisi baru dalam pemerintahan. Yaitu, pemerintahan yang baru menyalahkan pemerintahan yang lama atas segala ketidakberesan.
Kebiasaan seperti itu hendaknya ditiadakan. Seseorang yang dengan tahu dan mau menjadi pemimpin negeri ini, harus tahu dan sadar untuk memikul semua tanggung jawab. Kalau hanya menyalahkan para pendahulu, maka kita akan terjebak dalam debat kusir yang tidak pernah akan menyelesaikan masalah.

Kita bersyukur bahwa calon Wakil Presiden Jusuf Kalla berjanji untuk tidak menyalahkan masa lalu bila dia dan Susilo Bambang Yudhoyono memimpin negeri ini mulai 20 Oktober mendatang. Semoga ucapan itu bisa dipegang teguh.(EDITORIAL-MEDIA INDONESIA,24/9/2004)

Gue bener-bener muak dengan pemilu, pertama gue ikutin pemilu tahap 2 dengan memilih Amien Rais, eh gagal pula. Terakhir gue nyoba ikutin lagi, soalnya gue ogah militer berkuasa, keparatnya ternyata si Megawati, gagal pula. Sial deh, gue udeh hopeless. Ke depan nanti gue sulit untuk berpikir akan mengikuti Pemilu, gue rasa stock pemimpin di Indonesia udah kehabisan, Amien Rais mulai masuk kampus, Megawati kayaknya udah lebih baik ngandang di rumah. So fuck, apakah si SBY ini akan kembali berkuasa. I don't like him, he just another presentation of Soeharto, sweet mouth and full of propaganda. Fuck Him....




-

Bom Bunuh diri seorang wanita

Hari-Hari Terakhir Zainab di Palestina

Zainab, kau janganlah pegang senjata itu..
Peganglah yang erat anakmu
Matanya terus memerah ketika melihat mu
Dengan rangkaian pemicu bom tertempel di tubuhmu

Zainab, ingat kah kamu
Bersama dengan anak mu
Kau terlihat gagah dengan senjata kalashnikov di tangan kananmu
Sedangkan di tangan kiri mu kau genggam erat anak mu..

Zainab, mata anak mu
Lewati dan menembus kekalutan di dalam diri ku
Namun, Zainab itu tidak akan mampu menghentikan diri mu
Meledakkan diri mu bersama yang lainnya

Mata anak mu Zainab
Terus berbayang di dalam hati ku
Menembus lorong-lorong kebekuan hati ku

Aku malu, Zainab
Aku sedih Zainab
Maafkan Aku Zainab
Aku hanya bisa terdiam terpaku Zainab

Zainab, Zainab, Anakmu
Tuhan lah yang mampu mengurus anak mu…
(mengenang kematian Zainab dalam aksi bom bunuh diri yang dilakukannya hari ini.)

Di Palestina, begitu anak laki-laki dan perempuan lahir, mereka memang menangis. Hingga mereka dewasa pun mereka terus menangis. Tak pernah mereka kenal rasa bahagia, nyaman, aman.

Sejak mereka terlahir, mereka tak pernah didampingi orang tua mereka. Bahkan jika mereka beruntung, yang ada hanya satu, ayah yang masih hidup atau ibunya. Mereka selalu sendirian, bahkan ditengah siang hari, mereka tidak bisa menyusu menuntaskan rasa dahaga. Ibu mereka terus memegang senjata.

24 September 2004

Kenapa hari demi hari selalu sama. Putaran waktu pasti akan terus berulang pada diri kita. Setiap ku bangun pagi, pasti aku melakukan hal yang sama dengan hari yang sebelumnya. Apakah ini suatu rutinitas keseharian orang yang bekerja? Jauh sekali berbeda dengan apa yang pernah ku alami ketika masa kuliah. Shit, gue jadi teringat apa yang teman-teman gue katakan, "Apa yang kita rasakan di hari nanti pasti akan lebih tidak enak jika dibandingkan hari-hari ini,". Bener mungkin, kita harus menikmati apa yang kita alami di hari ini. Setiap tarikan nafas kita ada harganya, ada kompensasinya.
Namun, di tengah semua perasaan itu aku tetaplah seorang budak rutinitas.