Wednesday, September 29, 2004

Sabar.. Sabar...

Sabar, kata-kata yang sering diucapkan ketika kita tengah marah. Sabar juga merupakan suatu kata yang masuk dalam kitab-kitab suci agama. Tidak ada satu agama yang tidak memerintahkan untuk bersabar. Posisi ini menempatkan sabar sebagai tempat yang paling mulia bagi orang yang bisa melakukannya.

Apa hubungan sabar dengan gue? Sejauh ini gue bukanlah orang yang sabar, gue tidak bisa menahan diri gue dengan sejuta kekesalan gue. Apa yang membuat gue marah dan tidak nyaman pasti akan membuat gue tidak sabar.

Namun, dalam hati, gue selalu ingin menjadi orang-orang yang sabar dan qonaah.


Tuesday, September 28, 2004

Obituari

Hari ini orang tua teman ku Wahyu Adji Jatmiko, meninggal dunia. Penyakit jantung telah membawa ayahnya pergi. Aku mengetahuinya sekitar jam 16.45 WIB. Adiknya temanku menelpon dan mengabarkan berita itu. Agak sedikit bimbang untuk meninggalkan pekerjaan. Aku mungkin masih berat sebelah soal duniawi. Namun, karena aku mengingat bahwa Wahyu adalah salah satu teman ku maka aku pun meninggalkan barang sebentar untuk berziarah.

Nabi Muhammad SAW pernah memberikan wejangan kepada para sahabat untuk banyak-banyak pergi berziarah dan melayat agar bisa mendapatkan pelajaran dalam kehidupan. Ku harap juga aku bisa mendapatkannya.

Ada sedikit pelajaran yang ku dapatkan di hari ini, dari mulut seorang adik temanku. Ia menanyakan kepada ku kenapa aku tidak menyalatkan jenazah. Dengan diplomatis aku menjawab bahwa dalam setiap gerak nafas ku aku telah salat kepada Allah. Aku tidak ingin terjebak kepada bentuk rutinitas shalat. Aku ingin menafsirkan makna ibadah dan munajat dalam pengertian gue sendiri. Sayangnya, itu hanya omongan belaka dan sekedar pelarian atas bekunya hati gue terhadap Allah.

Aku tidak menyadari bahwa hati ini tidak akan pernah bisa lari...

Monday, September 27, 2004

Mama

Kamu selalu berkeringat
BUkan hanya saat ini namun di awal kamu bernafas
Hingga akhir nanti
Kamu terus berkeringat

Adakah kebahagian di tengah peluh derita hidupmu
Setiap hembusan nafasmu
Adakah rasa bahagia tersembul disitu

Mama
Waktu demi waktu terus berlalu
Tiada yang pernah berubah dalam dirimu
Keringat, cucuran air mata selalu keluar dari tubuhmu

Mama..
Apakah pernah kau berikan kesempatan
Dalam hidup ini untuk sekedar menikmati


Mamaku selalu tidak pernah berhenti bekerja. Dulu, ketika aku masih kecil Mama menjadi tulang punggung bagi keluarga. Sedangkan Bapakku menunggu di rumah. Alhamdulillah, lima orang anaknya bisa berhasil menunaikan pendidikan. Namun, saat ini yang sulit ku bayangkan apakah 5 anak itu termasuk aku mampu membayar semua itu bagi Mama ku.

Kenangan-kenangan indah bersamanya, mampukah terbayar hanya dengan uang yang ku berikan..? Apakah bisa dengan sikap baik yang ku lakukan? Apapun yang akan ku lakukan tak akan pernah bisa membayar semua itu. Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang tiang.

Horoskop Game

Berapa teman yang paling banyak aku punya? Di bulletin friendster, ada permainan yang namanya Horoscope Game. Dari situ gue bisa melihat bahwa gue mempunyai teman baik sebanyak 9 orang. Untuk kategori close friend, gue rasa itu sangat lah banyak.

Sayangnya, sampai saat ini gue belum bisa mengerti dan mengetahui siapa kah teman-teman dekat gue. Ini pernah gue diskusikan dengan adik gue. Gue terlalu mudah melupakan teman-teman gue begitu saja.

Sebenarnya, anggapan ini terjadi karena gue menganggap bahwa hidup manusia ini sangat lah panjang dan bertahap. Dalam setiap tahapan hidup itu pasti gue akan mempunyai teman. Sayangnya, sesudah itu gue pasti akan melupakan mereka dan memulai tahapan baru itu lagi dan bertemu dengan teman-teman baru.

Inilah mungkin kesalahan terbesar gue. Menganggap teman adalah bagian kecil dari hidup manusia yang besar. Padahal, kalau gue sadar penghargaan terhadap diri sendiri dimulai ketika kita bisa menghargai orang lain atau teman kita.

Mudah-mudahan hari ini gue bisa menghargai betapa besar dan berartinya teman bagi diri kita.

Friends are like a star sometimes you don't see them but they always there...

Saturday, September 25, 2004

Libur-Libur...

Seperti biasa. enam hari menjelang kerja. Kita pasti diberikan satu bonus hari untuk libur. Lalu apa yang harus gue lakukan di hari libur ini. Bangun pagi lebih lama, ah itu mah membosankan. Badan ini seperti mayat saja, kalau harus bangun lebih lama. Pergi ke rumah pacar, terlalu membosankan. Balik lagi ke kantor, pake komputer dan main internet, menarik juga sih tapi yah beginilah agak memusingkan juga kalau balik ke kantor.

Namun, manusia memang membutuhkan waktu untuk istirahat. Setiap agama-agama di dunia pasti membutuhkan satu hari untuk membesarkan Tuhannya. Yahudi punya black Sabbath, Kristen mempunyai minggu ibadah, Islam tentu punya shalat Jum'at. Di waktu-waktu itu setiap orang menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Tuhannya. Nah, sekarang kenapa tidak kita menggunakan jatah hari libur ini untuk berkontemplasi kepada Tuhan YME. Lagian juga, manusia pasti mempunyai kebutuhan yang sangat mendesak akan Tuhan. Kebutuhan untuk mencari dan kebutuhan untuk menolak keberadaan Tuhan. Tapi dicari dan dicaci Tuhan selalu Agung dalam keadaannya.

Sukma Ayu meninggal Euy...

Wah, gila banget sih akhirnya Sukma Ayu meninggal dunia juga... Kasihan, masih muda tapi umurnya tidak bertahan lama... Mudah-mudahan bisa diterima di sisi-Nya.

Pekerjaan di kantor agak lumayan ringan, soalnya satu halaman koran diisi dengan berita Sukma. Kadang gue merasa sedih juga, gue bisa tersenyum jika ada berita buruk yang terjadi masyarakat. Inikah bedanya antara jurnalisme sastrawi dengan jurnalisme pragmatisme...?

Well, mudah-mudahan ketika gue tersenyum gue masih bisa berdoa dalam hati akan ketimpangan dunia ini... Ameen.

Friday, September 24, 2004

Hari ini adek gue, Hari balik dari Lampung. Datang jam 3 pagi dia langsung membangunkan gue sambil ngomong kalau SBY menang Pemilu. Gue kaget juga ngelihat dia pulang, soalnya biasanya kalau dia balik pasti gue yang jemput dia. Cuma kali ini tidak. Alhasil, dia kelaperan dan kebingungan mencari angkutan buat nyampe ke rumah. Untungnya saat itu ada ojek, jadi deh dia korbankan uang sebesar 10 ribu. Tapi selebihnya sangat menyenangkan melihat dia pulang.

Hari ini gue sial banget di KASKUS.COM, gue mosting berita tentang SUkma Ayu meninggal dunia. Eh, gak tahunya dia belum meninggal juga. Secara pribadi sih gue ingin SUkma meninggal, kasihan udah terlalu lama dia menderita dan kecapean selama dirawat. Tapi mungkin karena keluarganya gak mau ngelepas dia jadinya begitu deh. Seandainya Sukma bisa bicara pasti dia minta untuk direlain aja. KIta ini semua mahluk Tuhan, hanya dia yang bisa mengambil dan menghidupkan manusia. Usaha manusia hanyalah berusaha dengan wajar...


Pusing Berat

Gila tekanan kerja makin lama makin berat aja. Memahami bos gue yang satu ini musti nggak pake perasaan. Selalu aja ada yang salah di matanya. Selain itu, ia selalu menggunakan mulutnya daripada otaknya. Sial, gue kan yang kerja bukan dia. Dia tinggal asyik saja merintah kesana-kesini, sedangkan gue yang jadi korban perasaan..

Capek bener sih jadi wartawan, kapan gue bisa santai dan tenang. Sial, bener juga kata orang Wartawan itu selalu menyerempet bahaya. Bahaya yang paling utama adalah marahnya sang bos. Beda amat ama ceritanya Tin Tin.



Konser 50 Tahun Fender

[IMG]http://img.photobucket.com/albums/v318/wahyu_tua/strato.jpg[/IMG]

Gitar Fender Stratocaster memang tak asing lagi di blantika musik dunia. Fender yang menjadi ikon gitar musik rock dunia ini kini sedang memperingati hari jadinya ke-50. Peringatan itu juga ditandai dengan peluncuran gitar Fender Stratocaster edisi terbatas dan konser yang menampilkan sejumlah musisi kelas atas di Wembley Arena, London, Inggris, Jumat (24/9). lama setengah abad Fender Stratocaster telah menjadi gitar pilihan para musisi dunia, seperti sang legenda Jimi Hendrix, Eric Clapton, dan Stevie Ray Vaughn. Gitar ini pertama kali muncul pada 1954 ketika seorang tukang reparasi radio bernama Leo Fender menemukan ide rancangan gitar ini. Sementara kata Strat di belakang Fender adalah nama yang dibuat khusus untuk para pemesannya.Pada masa produksi awal, gitar rancangan Leo ini memiliki badan berlekuk dengan tiga tombol yang dapat dipergunakan untuk mengubah suara gitar. Kondisi ini dipertahankan selama lima dekade, meski sedikit ada perubahan di sana-sini. Memasuki tahun 60-an, produksinya sempat terhenti ketika perusahaan pembuatnya hendak menghentikan pembuatan model Stratocaster. Tapi, niat itu gagal setelah Jimi Hendrix mempopulerkan dan menjadikannya gitar ini sebagai ikon musik rock. Itulah sebabnya, gitar Fender menjadi barang koleksi bernilai tinggi dengan harga US$ 1 juta untuk gitar buatan tahun 50-an.

Pengen banget punya nih gitar, sayang kenapa sekarang gitaris-gitaris lainnya lebih memilih Ibanez yah...?

Thursday, September 23, 2004

Maaf

Maaf sebagai Komitmen

MEMOHON maaf adalah ekspresi peradaban yang sangat manusiawi dan mulia. Orang mohon dimaafkan karena telah alpa atau bersalah, baik sengaja maupun tidak. Dan, adalah ekspresi peradaban yang manusiawi dan mulia pula, apabila kepada orang yang memohon maaf diberikan maaf.

Presiden Megawati Soekarnoputri kemarin tampil di depan Sidang Tahunan MPR. Dalam pidato setebal 28 halaman, Megawati membeberkan apa saja yang sudah dan belum dikerjakan selama tiga tahun pemerintahannya. Secara runtun dan apa adanya disebutlah soal-soal yang masuk dalam kategori berhasil dikerjakan dan yang belum berhasil.

Di antara yang berhasil adalah peletakan dasar ekonomi makro yang stabil, pengukuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sempat terancam disintegrasi di awal reformasi, penataan fungsi dan tata hubungan antarlembaga tinggi negara, dan banyak lagi yang lain.
Sedangkan masalah besar yang tidak berhasil dilaksanakan adalah peningkatan lapangan kerja, dinamisasi sektor riil, peningkatan anggaran belanja sektor pendidikan serta pemberantasan korupsi.

Kita semua tahu bahwa krisis yang melanda Indonesia demikian hebatnya, sehingga tidak mungkin diselesaikan hanya oleh seorang presiden dalam waktu yang singkat. Di tengah guncangan persoalan yang demikian besar itu, tentu menjaga agar bangsa Indonesia tetap berada dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, merupakan hal terpenting. Karena tidak mungkin mengerjakan program apa pun bila Indonesia sebagai rumah bersama tidak ada.
Akan tetapi, represi yang dialami bangsa ini selama tiga dasawarsa Orde Baru dan krisis dahsyat yang muncul di tahun 1997, telah menyebabkan rakyat tidak sabar. Rakyat ingin semuanya berlangsung cepat. Sayangnya pemerintah tidak cukup membangun kesadaran kita semua untuk bersabar.

Di akhir masa jabatan periode pertama dan di tengah bayang-bayang kekalahan, Mega tetap tegar dan dingin berbicara di depan Sidang Umum MPR. Atas segala kekurangan Megawati memohon maaf kepada segenap bangsa Indonesia.

Tidak terucap sepatah kata pun dari Mega yang memohon pujian atas segala yang baik yang telah dikerjakan dalam tempo tiga tahun. Diminta atau tidak, sebagai rakyat yang tahu berterima kasih, kita tidak saja membuka pintu maaf, tetapi juga menghaturkan pujian kepadanya.

Kita sekarang memasuki sebuah tradisi baru, yaitu penggantian pemerintahan tanpa gejolak berarti. Megawati, dengan segala kewenangan sebagai presiden yang sedang berkuasa, menjaga dengan sepenuh hati agar pergantian pemimpin tertinggi nasional yang di masa lalu penuh dengan gejolak dan darah, menjadi pergantian yang aman dan damai dalam semangat demokrasi.

Reformasi telah membuka euforia bagi sebuah tradisi baru dalam pemerintahan. Yaitu, pemerintahan yang baru menyalahkan pemerintahan yang lama atas segala ketidakberesan.
Kebiasaan seperti itu hendaknya ditiadakan. Seseorang yang dengan tahu dan mau menjadi pemimpin negeri ini, harus tahu dan sadar untuk memikul semua tanggung jawab. Kalau hanya menyalahkan para pendahulu, maka kita akan terjebak dalam debat kusir yang tidak pernah akan menyelesaikan masalah.

Kita bersyukur bahwa calon Wakil Presiden Jusuf Kalla berjanji untuk tidak menyalahkan masa lalu bila dia dan Susilo Bambang Yudhoyono memimpin negeri ini mulai 20 Oktober mendatang. Semoga ucapan itu bisa dipegang teguh.(EDITORIAL-MEDIA INDONESIA,24/9/2004)

Gue bener-bener muak dengan pemilu, pertama gue ikutin pemilu tahap 2 dengan memilih Amien Rais, eh gagal pula. Terakhir gue nyoba ikutin lagi, soalnya gue ogah militer berkuasa, keparatnya ternyata si Megawati, gagal pula. Sial deh, gue udeh hopeless. Ke depan nanti gue sulit untuk berpikir akan mengikuti Pemilu, gue rasa stock pemimpin di Indonesia udah kehabisan, Amien Rais mulai masuk kampus, Megawati kayaknya udah lebih baik ngandang di rumah. So fuck, apakah si SBY ini akan kembali berkuasa. I don't like him, he just another presentation of Soeharto, sweet mouth and full of propaganda. Fuck Him....




-

Bom Bunuh diri seorang wanita

Hari-Hari Terakhir Zainab di Palestina

Zainab, kau janganlah pegang senjata itu..
Peganglah yang erat anakmu
Matanya terus memerah ketika melihat mu
Dengan rangkaian pemicu bom tertempel di tubuhmu

Zainab, ingat kah kamu
Bersama dengan anak mu
Kau terlihat gagah dengan senjata kalashnikov di tangan kananmu
Sedangkan di tangan kiri mu kau genggam erat anak mu..

Zainab, mata anak mu
Lewati dan menembus kekalutan di dalam diri ku
Namun, Zainab itu tidak akan mampu menghentikan diri mu
Meledakkan diri mu bersama yang lainnya

Mata anak mu Zainab
Terus berbayang di dalam hati ku
Menembus lorong-lorong kebekuan hati ku

Aku malu, Zainab
Aku sedih Zainab
Maafkan Aku Zainab
Aku hanya bisa terdiam terpaku Zainab

Zainab, Zainab, Anakmu
Tuhan lah yang mampu mengurus anak mu…
(mengenang kematian Zainab dalam aksi bom bunuh diri yang dilakukannya hari ini.)

Di Palestina, begitu anak laki-laki dan perempuan lahir, mereka memang menangis. Hingga mereka dewasa pun mereka terus menangis. Tak pernah mereka kenal rasa bahagia, nyaman, aman.

Sejak mereka terlahir, mereka tak pernah didampingi orang tua mereka. Bahkan jika mereka beruntung, yang ada hanya satu, ayah yang masih hidup atau ibunya. Mereka selalu sendirian, bahkan ditengah siang hari, mereka tidak bisa menyusu menuntaskan rasa dahaga. Ibu mereka terus memegang senjata.

24 September 2004

Kenapa hari demi hari selalu sama. Putaran waktu pasti akan terus berulang pada diri kita. Setiap ku bangun pagi, pasti aku melakukan hal yang sama dengan hari yang sebelumnya. Apakah ini suatu rutinitas keseharian orang yang bekerja? Jauh sekali berbeda dengan apa yang pernah ku alami ketika masa kuliah. Shit, gue jadi teringat apa yang teman-teman gue katakan, "Apa yang kita rasakan di hari nanti pasti akan lebih tidak enak jika dibandingkan hari-hari ini,". Bener mungkin, kita harus menikmati apa yang kita alami di hari ini. Setiap tarikan nafas kita ada harganya, ada kompensasinya.
Namun, di tengah semua perasaan itu aku tetaplah seorang budak rutinitas.