Thursday, February 09, 2006

Perjalanan Ke Hati Manusia

Image hosting by Photobucket

Judul : The Road Home
Sutradara : Zhang Yimou
Pemain : Zhang Ziyi, Hao Zheng

Kemarin secara tidak sengaja gue mampir ke Taman Ismail Marzuki. Rencananya mau menghadiri operet Tolak Beras Impor yang digagas Rieke Diah Pitaloka.

Namun, begitu sampai di depan pelataran TIM, gue langsung tertarik sama poster besar di depan papan iklan bioskop TIM 21. Di teater 1 tertulis poster ArtCinema dengan latar belakang Tugu Monas.

Awalnya, gue berpikir bahwa ini pasti film dokumenter yang sengaja dipublish sama anak-anak Institut Kesenian Jakarta. Soalnya, banyak banget film yang mereka hasilin ditayangin di TIM 21.

Karena rasa penasaran yang tinggi akhirnya begitu motor gue parkir, gue langsung membelokkan langkah kaki. Awalnya sih mau ke teater kecil, tapi akhirnya gue langsung menuju ke TIM 21.

Begitu sampai ke TIM 21, gue langsung terkesiap, ternyata ArtCinema itu bukanlah film yang dihasilkan anak-anak IKJ. ArtCinema itu adalah rangkaian penayangan film-film yang dihasilkan oleh sutradara-sutradara kenamaan asal Hong Kong seperti Zhang Yimou dan Chen Kaige.

Namun, film-film yang ditayangkan di ArtCinema ini bukanlah film-film tahun ini yang mereka hasilkan seperti halnya The Promise dan Crouching Tiger Hidden Dragon. Film-film yang ditayangkan di ajang ini adalah film-film art dan romantic garapan kedua sutradara handal tersebut. Contohnya, film fenomenal berjudul Farewell My Concubine milik Chen Kaige dan Road Home milik sutradara Zhang Yimou.

Kebetulan karena memang penasaran dengan film-film mereka gue pun langsung berusaha memesan tiket. Sayangnya, pemesanan tiket tersebut bukan lewat jalur TIM21. Di papan pengumuman ada contact person bernama Putri yang harus kita hubungi kalau-kalau mau nonton.

Sialnya, setelah gue hubungi ternyata pemutaran film tersebut dimulai jam 9 malam. Semakin parah, karena gue udah ada di TIM jam 5 sore.

Karena ngotot untuk nonton, akhirnya gue berusaha menghabiskan waktu dengan nonton film di TIM 21. Awalnya, udah kepikiran mau nonton Underworld Evolution. Soalnya, di kantor gue ekspektasi teman-teman akan film ini sepertinya luar biasa banget. Jadi tertarik untuk membuktikan.

Parahnya, gue sial lagi. Film yang diperani Kate Beckinsale itu udah mulai lama. Akhirnya, dengan sedikit terpaksa akhirnya gue memilih nonton film Aeon Flux (gue bacanya A-e-on tahu-tahunya dibaca Iyon,hehehe) untuk mengisi waktu.

Piliha Secara di film itu pemeran utamanya adalah Charlize Theron. Jujur, waktu mau nonton film Aeon Flux bayang-bayang di otak gue sudah tercetak akting gila-gilaan Theron seperti di film Monster dan akting yang mengharu biru layaknya di North Country.

Namun, harapan gue jauh banget dari kenyataan. Gue hampir ternganga ketika melihat credit title film yang langsung memajang nama MTV Production. Yah sudahlah gue enggak perlu berlama-lama menjelaskan film yang hampir mirip The Matrix dan Mission Impossible ini.

Setelah selesai nonton Aeon Flux, gue pun langsung bergegas masuk ke studio 1. Soalnya, ArtCinema sudah mau mulai.

Kali ini film yang digelar adalah Road Home milik Zhang Yimou. Bagi para penggemar Zhang Ziyi, kayaknya nih film harus ditonton. Di film ini Zhang Ziyi tampil tanpa dandanan norak kayak di film-film sebelumnya. Jujur, di film ini Zhang Ziyi benar-benar menggemaskan dan terlihat sangat natural.

Film The Road Home, mengingatkan saya dengan film Constant Gardener yang baru-baru ini tayang di layar bioskop. Temanya sama, kisah seseorang yang berjuang untuk bersama orang yang ia kasihi. Bedanya, di Constant Gardener pelaku cinta adalah seorang pria dan love interetnya sudah mati, sedangkan di The Road Home adalah seorang wanita, Zhao Di (Zhang Ziyi) dan film ini bercerita tentang perjalanan hati Zhao Di untuk memberikan yang terbaik bagi pria yang ia kasihi, Luo Changyu.

Sebenarnya cerita yang disajikan Zhang Yimou memang simple. Namun, sutradara Not One Less ini benar-benar menyajikannya dengan penuh gaya dan sangat puitis.

Di film ini energi saya benar-benar terkuras untuk menyelami perasaan Zhao Di yang terpaksa berpisah dengan kekasihnya karena ikut pergerakan politis. Saya juga menghayati perjalanan Zhao Di agar bisa bersama kekasihnya lagi.

Narasi yang dibacakan Zhao Di juga membuat suasana makin dramatis. Saya seakan-akan diajak untuk mempelajari hati Zhao Di dengan perasaan cintanya yang meluap-luap. Cinta memang buta, namun Zhao Di punya alasan yang sangat istimewa kenapa dia ingin menghabiskan cintanya hanya untuk kekasihnya hatinya.

Bagi yang ingin bulan Februari ini jadi lebih romantis, kayaknya film ini bener-bener kudu ditonton. Di film ini kita bisa mengetahui apa arti dan rahasia sebuah kata bernama cinta.

1 comment:

Don Taxin Corleone said...

ya..saya juga udah pernah nonton film yg bagus banget ini..ada yg punya dvd nya gak ya..hehe..pengen nonton lg nih...