Friday, February 10, 2006

Horror Politik Gaya Hanung Bramantyo

Sebuah majalah mahasiswa menyimpan misteri besar yang bersinggungan dengan sejarah kelam negara ini. Sejumlah mahasiswa jadi pintu pembuka misteri tersebut.

Sore hari saya dapat SMS dari teman saya Marwan. SMS itu berisi pesan yang mengatakan akan ada syukuran film berjudul Lentera Merah yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo.

Terus terang saya kaget sekaligus kagum. Soalnya, tidak lebih dari waktu sebulan, Hanung sudah langsung memproduksi film baru.

Namun, saya tidak terlalu antusias karena melihat Rapi Film yang akan memproduseri film tersebut. Terus terang, Rapi Film bagi saya kurang begitu berhasil dalam membuat film layar-layar lebar. Sebelum Lentera Merah, Rapi Film pernah mengeluarkan film Joshua oh Joshua dan Inikah Rasanya?

Kedua film itu sama sekali tidak mendapat respon yang bagus dari pasar. Selain itu, kualitas film yang ditampilkan juga sangat tidak menjanjikan.

Saya sendiri heran kenapa Hanung mau-maunya bergabung dengan Rapi Film dan tidak dengan production house lainnya macam Sinemart atau Kalyana Shira Film milik Nia Dinata. Namun, setelah menghadiri acara syukuran tersebut saya sedikitnya bisa optimis melihat Hanung bergabung dengan Rapi Film.

Hanung mengatakan bahwa dengan Rapi Film, dia bisa mewujudkan kenyataannya memproduksi film horror pertama dalam karirnya. Sutradara perain Piala Citra 2006 ini memang tidak main-main untuk membuat film horror.

Selain karena jadi kesempatan pertama, Hanung ternyata punya keinginan dalam untuk merubah paradigma film horror Indonesia yang selama ini berkembang. Hanung mengatakan film horror di Indonesia dari dulu tidak pernah berkembang . Dari dulu hingga sekarang film horror lebih banyak focus dan intens pada penampakan-penampakan.

Berkaca dari film Shutter, Hanung mengaku ingin membuat film horror yang sama. Intinya membuat suasana jadi sangat mencekam hingga tercipta rasa ketakutan yang amat dalam.

Selain itu Hanung juga membuat film ini semakin berbeda karena unsur muatan politis yang ada di dalam film tersebut. Kalau Misteri Rumah Pondok Indah jadi Film Misteri Terhorror maka bisa jadi Lentera Merah adalah film horror yang paling politis.

Film ini menurut Hanung adalah film yang bercerita tentang sebuah majalah kampus bernama Lentera Merah yang terbit sejak tahun 1960-an. Meski majalah kampus, Lentera Merah justru mempunyai kekuatan politis yang sangat kuat dalam pergerakan mahasiswa. Namun, di balik kekuatan tersebut ternyata Lentera Merah mempunyai sejarah kelam yang tidak pernah orang sangka sebelumnya.

Hanung mengatakan kepada saya bahwa judul Lentera Merah diambil dari judul tulisan Soe Hok Gie yang berjudul Di Bawah Lentera Merah. Sedangkan, majalah kampus yang jadi focus utama film ini adalah majalah Bulak Sumur terbitan mahasiswa Universitas Gajah Meda yang menurut Hanung mempunyai posisi politis yang sangat penting bagi mahasiswa di Indonesia.

Mendengar penjelasan tersebut saya sendiri benar-benar terhibur. Dari segi ide cerita, Hanung memang terlihat sangat tidak main-main. Dia mempunyai konsep yang sangat jelas dan berani tampil beda. Ia juga mempunyai motivasi yang kuat untuk mengubah pandangan pencinta film Indonesia tentang film horror di Indonesia.

Saya rasa saya harus berharap tinggi akan film ini. Soalnya, maaf-maaf saja, saya sudah bosan dengan film-film horror di Indonesia yang hanya didominasi oleh satu orang nama saja yakni Koya Pagayo aka Pingkan Utari aka Nayato Fio Noula aka Chiska Doppert.

THE FACT :

- Nama Lentera Merah diambil dari judul tulisan Soe Hok Gie, Di Bawah Lentera Merah

- Lokasi Syuting ada di Departemen Pertanian dan Universitas Negeri Jakarta di Rawamangun

- Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Salemba menolak dijadikan lokasi syuting karena bukan digunakan untuk sarana pendidikan.

- Hanung bakal jadi cameo dalam film ini

- Hanung sering bolak-balik Perpustakaan Nasional untuk mempelajari arsip-arsip berita tahun 1960-165

- Film ini adalah film test case Hanung untuk proyek yang lebih besar lagi yakni film yang bercerita tentang tragedy G30S-PKI.

1 comment:

dahlia said...

klo sukuran, kan ada nasi tumpengnya.
dooh pagi2 kok dah laper ya..
hehehe komen yang aneh

namanya juga film horor,
jadinya kasih komen yang ngak jelas

eh bedanya film horor, film mistik ama film misteri....apa sih?