Thursday, February 16, 2006

Gue Kapok Jatuh Cinta


Image hosting by Photobucket


Judul : Gue Kapok Jatuh Cinta
Sutradara : Thomas Nawilis dan Awi Suryadi
Produksi : 27 Ant

Ada banyak motivasi seseorang untuk menonton film. Biasanya yang paling sering terjadi adalah sekedar mencari hiburan. Selain itu ada juga beberapa orang yang menghabiskan waktu menonton film hanya untuk menghabiskan waktu lowong.

Jika option terakhir itu terjadi pada Anda, ada baiknya menonton film Gue Kapok Jatuh Cinta (GKJC). Film yang disutradarai oleh Thomas Nawilis dan Awi Suryadi ini memang cukup pantas untuk jadi tontonan pengisi waktu luang. Itu pun bisa terjadi jika Anda mempunyai sedikit kesabaran, dan bisa mempunyai sedikit rasa toleransi yang tinggi bagi orang-orang yang bekerja di balik film ini.

Setidaknya itu perasaan yang saya alami ketika hendak menonton film GKJC. Meski tiket gratis sudah ada di tangan, saya benar-benar merasa bingung memutuskan untuk nonton atau tidak.

Hati saya memang terasa berat untuk menonton film ini. Soalnya, seorang rekan wartawan saya mengatakan bahwa sang sutradara, Thomas Nawilis, sepertinya tidak serius sekali menggarap film ini.

Kebetulan teman saya itu pernah datang langsung ke lokasi syuting film GKJC. Dia bilang ke saya, kalau Thomas cuma bisa diam saja di lokasi syuting dan malah membebankan tugas penyutradaraan tersebut kepada kameramen film.

Terus terang saya langsung kaget begitu mendengar kabar itu. Saya heran, kenapa seorang sutradara bisa tidak serius menyiapkan sebuah film. Apalagi film ini adalah film perdana Thomas di dunia penyutradaraan.

Namun, karena saya benar-benar berusaha untuk menghargai film ini akhirnya saya mau meluangkan waktu untuk menonton film ini.

Secara keseluruhan film Gue Kapok Jatuh Cinta adalah film yang judulnya paling senada dan seirama dengan cerita di film. Bahkan, di antara film-film Indonesia yang telah beredar sebelumnya, film ini adalah film yang tepat secara penjudulan. Bisa jadi, itu adalah kelebihan yang paling utama bagi film ini.

Ketika diwawancara oleh beberapa wartawan, Thomas mengatakan bahwa film ini adalah film drama mature. Saya sangat setuju dengan pernyataan Thomas. Saya rasa bahwa film ini akan sangat sulit sekali mendapatkan ekspektasi yang sangat tinggi dari para ABG di Indonesia. Tapi, saya menghormati apa yang dikatakan Thomas, setidaknya dia berusaha jujur bahwa film ini sebaiknya tidak ditonton oleh para ABG Indonesia.

Jalan cerita yang disuguhkan GKJC memang bukan cerita yang baru. Kisah seorang pria yang putus asa akan cinta memang sudah sering kita tonton berkali-kali. Banyaknya karakter juga membuat film ini terlalu lelah untuk diikuti. Sebab, masing-masing karakter mempunyai cerita-cerita yang sangat detil dalam film itu. Akibatnya, tentu saja kita akan kebingungan untuk menentukan arah film ini selanjutnya.

Entah bagaimana, saya jadi teringat buku Imperia yang dikarang Akmal Nasery Basral yang hampir semua bagian dari ceritanya diurai dengan sangat detil. Bedanya, Imperia yang saya dengar akan dijadikan sebuah film menjadi menarik karena unsur suspense dan thriller yang ada dalam buku tersebut.Sayangnya, film ini tidak bisa melakukan hal yang sama seperti yang Akmal lakukan.

Beruntung masih ada bagian lain yang bisa menghibur saya selama menonton film ini. Semua tokoh yang ada dalam film ini berakting dengan gaya yang sangat natural. Mungkin karena mereka adalah new comer dalam dunia film membuat mereka bermain dengan lepas. Selain itu saya sangat senang dengan pergerakan kamera dan cinematography yang ada dalam film ini. Meski kadang-kadang berlebihan, gambar yang dihasilkan dari film ini sangat memanjakan mata.

Tips saya bagi yang kepengen menonton, usahakan bawa makanan yang sangat banyak atau minimal perut sudah dalam keadaan kenyang.Sebab, film ini bagusnya dinikmati dalam keadaan yang sangat-sangat santai.

3 comments:

dahlia said...

kalo perut dah kenyang...
bukannya langsung BOBO...

nahloh

Anonymous said...

sebetulnya yg sutradara itu AWI bukan Thomas... Nawilis cuma co-director.

Anonymous said...

Review yg sangat menarik krn memberi pandangan objektif, membahas baik dan buruknya film ini.

Sebetulnya sutradara-nya berdua, Thomas dan Awi.

Tentang komentar "Kebetulan teman saya itu pernah datang langsung ke lokasi syuting film GKJC. Dia bilang ke saya, kalau Thomas cuma bisa diam saja di lokasi syuting dan malah membebankan tugas penyutradaraan tersebut kepada kameramen film." Saya tau kalo ada bentrok antara kedua sutradara dan kameramen krn kameramen ngotot ingin ngikutin selera sendiri, sampe akhirnya kameramen pun diganti di pertengahan proses syuting. Saya kebetulan tau emang banyak banget masalah selama proses produksi film ini.