Tuesday, February 07, 2006

Fresh From the Oven

Image hosting by Photobucket


Jomblo

Produksi : Sinemart
Sutradara : Hanung Bramantyo
Pemain : Agus Ringgo, Christian Sugiono, Denis Adhiswara dan Rizky Hanggono

Jujur, saya sempat merasa hopeless ketika saya gagal menghadiri pre-screening film Jomblo bagi para wartawan. Soalnya, secara kebetulan, jatah nonton film gratis itu jatuh pada teman saya satu desk. Saya terpaksa berbesar hati memberikan jatah tersebut karena sebelumnya saya memang telah dapat bagian menonton film Realita, Cinta dan Rock N Roll.

Esoknya, saya jadi dibikin penasaran akan film garapan Hanung Bramatyo tersebut. Kebetulan, 3 dari 5 teman saya mengatakan bahwa film ini memang bagus dan layak tonton.

Waktu itu saya memang merasa was-was. Soalnya, saya juga ingin ikut membuktikan apakah film yang dibuat sutradara peraih Citra 2005 itu memang worth it atau tidak. Selain itu saya juga kebingungan untuk mencari cara bagaimana caranya menonton film itu dengan gratis. Bukan apa-apa, soalnya saya memang agak selektif untuk mengeluarkan uang untuk menonton film Indonesia.

Beruntung dan sekali lagi beruntung, saya mendengar bahwa malam kemarin ada malam gala premiere Jomblo di Studio XXI Plaza EX. Melihat kesempatan tersebut dengan semangat 45 saya langsung mendatangi lokasi yang memang berdekatan dengan kantor saya bekerja. Meski sangat lelah karena harus menyetor berita terlebih dahulu akhirnya tiket gratis pun sampai ke tangan saya juga.

Film Jomblo sendiri bercerita tentang kehidupan 4 orang remaja bernama Doni, Agus, Olip dan Bimo. Keempat remaja yang kuliah di sebuah universitas negeri di Bandung, Jawa Barat itu bersahabat sejak mereka masuk kuliah.

Selain mempunyai kesamaan soal selera dan pola piker, keempat remaja ini mempunyai masalah yang sama tentang cinta. Berbeda dengan anak muda zaman sekarang, keempat anak muda ini justru tidak mempunyai kekasih. Bedanya, keempat anak muda itu mempunyai alasan-alasan tersendiri kenapa tidak punya kekasih.

Saya tidak perlu banyak-banyak bercerita tentang film ini. Jika kamu pernah membaca buku Jomblo yang dikarang oleh Adhitya Mulya tentu akan tidak asing lagi dengan jalan cerita ini.

Ketika kita menonton dengan sebuah film yang diadaptasi dari sebuah buku kita akan selalu berhadapan pada masalah yang sama. Apakah cerita film itu sama dengan cerita di buku dan apakah karakter-karakter yang ada di buku bisa terlihat hidup dalam bentuk visual.

Hanung sebenarnya mengetahui masalah ini dengan baik. Dan ia berhasil mengatasi masalah itu dengan memilih orang-orang yang tepat untuk bermain dalam film ini. Sayang, tidak semuanya actor dan aktris yang dipilih oleh Hanung berhasil menghidupkan karakter-karakter yang ada di buku Adhitya Mulya.

Kredit khusus saya sematkan pada Denis Adhiswara dan Agus Ringgo. Pemeran Mamet dalam film AADC? Ini benar-benar sangat total dalam menampilkan sosok Bimo. Pria asal Yogyakarta, yang cuek, apa adanya, nekat tapi juga bermasalah karena kenekatannya itu.

Sedangkan Agus sendiri mampu menjadi sosok yang sangat sentral dalam film ini. Film ini seolah-olah menjadi panggung yang luas bagi Agus untuk menampilkan bakat aktingnya yang sangat besar.

Seperti bukunya, film Jomblo memang benar-benar menyenangkan. It’s truly refreshing.

Kekuatan film ini terletak pada masalah jomblo yang memang bisa terjadi pada siapa saja. Entah siapa seharusnya pujian ini akan saya berikan, yang pasti semua masalah yang terjadi pada film ini sangat dekat dengan keseharian kita.

Menonton film ini seperti melihat cermin besar. Kita bisa melihat diri kita sendiri dan juga membayangkan atau melamunkan masa-masa muda kita yang memang sangat-sangat mirip dengan cerita keempat pemuda ini.

Meski demikian saya jadi merasa kaku ketika merasa bahwa film ini tiba-tiba seperti hendak menerjemahkan setiap inci adegan yang terjadi di buku tersebut. Jadi kalau kamu memang benar-benar sudah membaca buku Jomblo, jujur it’s really nothing new.

Kekuatan Hanung justru terlihat sangat hebat ketika menampilkan adegan-adegan yang tidak ada di buku. Contohnya, ketika Olip merayakan ulang tahun Asri di rumah sendirian sedangkan temannya Doni bermesraan dengan Asri di sebuah diskotik. Sejujurnya, adegan ini benar-benar mengiris hati saya karena saya memanng pernah mengalami apa yang dialami Olip.

Selain itu adegan komikal yang disuguhkan Hanung benar-benar sangat kreatif. Siapa sangka bahwa ketika Bimo fly baik dalam keadaan sedih atau senang, semua dunia berubah jadi karakter perwayangan. Hey, it’s very cool and i can’t stop laughing ketika melihat semua tokoh jadi para wayang.

Sayang, rupanya Hanung keterusan untuk mengadakan sedikit perubahan dari buku ini. Mungkin saja Hanung masih belum ingin memberikan ending yang serba gantung bagi para penonton Jomblo. Ketika saya membaca buku Jomblo, saya benar-benar sangat terperangah di bagian akhir cerita.

Imajinasi saya bergerak liar untuk mengetahui apa yang terjadi dengan para tokoh Jomblo itu selanjutnya. Sedangkan di film ini Hanung malah mematikan imajinasi itu dengan membawa film ini pada jalan yang ia inginkan.

Jujur semangat jomblo yang bisa sedih, gembira, dan putus asa tiba-tiba mati di ujung film. Sebab, just like teen movie in Indonesia, everybody alwas happy.

3 comments:

dahlia said...

waaaa...jadi ngak sabar neh besok nonton JOMBLO

Yovan A.S said...

blog ini adalah tempat mereview film yang:
paling dapat dipercaya...
obyektif....
jujur...
tidak melebih-lebihkan...
intinya...
terbaik (versi saya)
hehehehe.... hidup Ala..

evil dan said...

kok gak ada komentar rizky hanggono sama christian? bagus ga ektingnya?
gw sih pengin liat nadia saphira. hehehe.