Tuesday, February 21, 2006

My Dream

Image hosting by Photobucket

Semua orang mempunyai impian, tanpa terkecuali. Bahkan termasuk 600 juta orang dengan kemampuan berbeda (difabel) yang ada di dunia.

Kemarin, saya menghadiri acara konferensi pers Konser My Dream, China Disable Peoples’s Performing Art Troupe, di Hotel Alila. Dari tajuknya saya memang sudah bisa mendapat gambaran bahwa dalam konser ini kita akan disuguhkan aksi-aksi orang-orang yang mengalami kemampuan berbeda dibandingkan saya.

Tapi, jujur saja saya datang ke sana bukan karena hati saya tergerak untuk menyaksikan aksi tersebut. Saya datang ke sana karena kebetulan yang menjadi spoke person dalam acara tersebut adalah Dewi Yull dan anaknya, Giszka. Karena factor butuh beritalah, makanya saya menyempatkan waktu datang ke hotel yang ada di Jalan Pecenongan itu.

Begitu sampai di lokasi, seperti biasa saya langsung melakukan ritual rutin ketika hadir dalam konferensi pers, yakni makan-makan. Setelah puas makan, saya langsung masuk ke ruangan.

Awalnya, saya membaca-baca sedikit buklet yang diberikan penerima tamu di pintu masuk. Tapi, saya sama sekali tidak mendapat gambaran tentang China Disable Peoples’s Performing Art Troupe. Yang ada justru sebuah majalah, yang isinya menceritakan tentang kegiatan kemanusian Yayasan Tzu Chi Indonesia.

Namun, setelah konpers berjalan, perlahan-lahan saya mulai dikenalkan dengan apa itu China Disable Peoples’s Performing Art Troupe. Begitu mulai, saya benar-benar tidak bisa menyembunyikan kekaguman saya.

Sebuah video yang menceritakan perjalanan mereka benar-benar membuat saya kagum tersentuh dan hampir menitikkan air mata. Beruntung suasana ruangan sangat gelap, jadi mata saya yang berkaca-kaca tidak terlalu kelihatan.

Video itu memang hanya menampilkan slide-slide gambar perjalanan hidup aktor dan aktris China Disable Peoples’s Performing Art Troupe. Saya memang sudah terbiasa melihat orang-orang yang cacat di Jakarta seliweran ke sana kemari. Dan saya benar-benar merasa biasa dengan kehadiran mereka.

Namun, kali ini beda, saya benar-benar merasa kalah dan jauh sekali kelasnya dibandingkan mereka. Banyak hal yang membuat saya tersentuh melihat mereka, di antaranya adalah semangat mereka menggapai cita-cita mereka.

Saya tidak pernah membayangkan bahwa seorang imbisil ternyata bisa menjadi seorang composer handal. Siapa nyana, bahwa aksinya di atas panggung justru lebih memikat ketimbang composer-komposer lainnya. Bahkan, menurut saya aksi dia jauh lebih berjiwa.

Banyak cerita lainnya yang membuat saya benar-benar merasa tersentuh. Cerita-cerita lainnya justru makin menghakimi saya yang selama ini selalu beranggapan bahwa kecacatan adalah sebuah akhir dunia.

Nyatanya itu salah, apapun bisa terjadi di dunia ini. Dunia bukanlah sebuah hukum pasti layaknya ilmu-ilmu ilmiah yang kita dapatkan semasa sekolah. Apapun keadaan kita ketika dilahirkan di dunia ini. Dunia adalah tempat kita berjuang untuk mendapatkan cita-cita dan impian kita.

Semua orang memang mempunyai impiannya masing-masing. Tidak terkecuali bagi mereka sendiri yang mempunyai kemampuan berbeda. Dan kali ini saya benar-benar percaya bahwa impian benar-benar akan berkerja jika kita percaya. There’s only miracle when you believe.

1 comment:

Anonymous said...

oww shit. acaranya senin ya? kok si gen nulis itu selasa? duh padahal da di lay out lagi.hu uh.