Friday, December 02, 2005

Dari Bidan Panggilan Jadi Pemilik Rumah Sakit

Perjuangan Kasih Sayang Bidan Dedeh

Image hosted by Photobucket.com

Menjadi seorang bidan memang bukanlah pekerjaan yang mudah. Ketika sedang bekerja, dua nyawa berada di tangan seorang bidan. Dari beban itu saja sudah sedikit tergambar bahwa menjadi seorang bidan bukanlah pekerjaan yang mudah.

Nah, bagaimana kalau beban itu ditambah ketika seorang bidan ditugaskan di sebuah daerah terpencil yang tak ia tahu sebelumnya. Bidan Dedeh Nuriyati justru mampu menjawab tantangan tersebut. Hebatnya dengan keikhlasan hati Bidan Dedeh justru tidak hanya berhasil menjalankan tugasnya sebagai bidan tapi juga berhasil membangun sebuah rumah sakit umum di kawasan Karang Tengah, Ciledug, Tangerang.

Kepada SINDO beberapa waktu lalu, Bidan Dedeh mengaku perjalanannya sebagai seorang bidan memang tidak lebih adalah karunia Tuhan. Bayangkan, begitu lulus dari sekolah bidan di rumah sakit Hasan Sadikin Bandung pada tahun 1974, Bidan Dedeh malah mantap hati memilih Cipondoh, Tangerang sebagai lokasi tugasnya. Padahal, mendengar dan menyebut kata Tangerang saja Bidan Dedeh belum pernah.

“Waktu itu saya sebenarnya mau tugas di Tasikmalaya karena saudara dan keluarga saya ada di sana. Tapi, waktu disuruh pilih entah kenapa saya tiba-tiba kepengen tugas di Tangerang,” kata Bidan Dedeh.

Karena sudah mantap hati, Bidan Dedeh akhirnya nekat pergi juga. Padahal, keberangkatan dia ke Tangerang sempat ditentang Abdul Zafar, yang waktu itu masih berstatus calon suaminya. Zafar hanya ingin Dedeh menjadi istri, dan merasa mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga. "Tetapi permintaan itu saya tolak karena saya terikat pada sumpah bidan. Biar saya tidak kenal Tangerang, tetapi saya tetap berangkat ke sana," cerita Dedeh.

Begitu sampai di Tangerang, bayangan kota Tangerang yang ada di benak Bidan Dedeh ternyata benar-benar terwujud. Apalagi, waktu itu Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang memerintahkan bidan dedeh untuk bertugas di Puskesmas Cipondoh.

“Padahal waktu itu transportasi di Tangerang sangat sulit. Saya ke Cipondoh saja harus naik kendaraan umum yang biasa datang 2 jam sekali,” kata Bidan Dedeh.

Tidak heran,selama bertugas di Cipondoh, Bidan Dedeh mengaku sering jatuh bangun. Bahkan, Bidan Dedeh pernah jatuh beneran dari sepeda ontel ketika hendak ke rumah salah satu pasiennya.

“Waktu itu saya sering banget naik truk tanah atau sepeda ke rumah pasien. Pernah karena saking terburu-burunya saya jatuh dari sepeda. Meski luka-luka saya tetap harus datang ke rumah pasien,” kata Bidan Dedeh.

Cipondoh Waktu Itu

Di tengah suasana yang minim fasilitas, Bidan Dedeh juga semakin dipersulit dengan cara pandang masyarakat Cipondoh yang waktu itu masih sangat minim.

“Masyarakat Cipondoh waktu itu masih sering menggunakan dukun paragi. Parahnya, karena rata-rata penduduk rumahnya berlantai tanah, jadi bayi yang lahir seluruh tubuhnya penuh dengan tanah. Bukan itu saja, perlengkapan bayi pun mereka tidak ada jadinya sangat berbahaya bagi kesehatan bayi,” kata Bidan Dedeh.

Guna mengubah pandangan masyarakat Cipondoh itulah akhirnya Bidan Dedeh terus semangat berkerja. Tanpa mengenal waktu dan lelah, Bidan Dedeh terus berusaha mengubah pandangan tersebut.

Bahkan, agar masyarakat Cipondoh mau menggunakan jasa bidan, Bidan Dedeh mengaku tidak pernah menarik bayaran.

“Kalau ada yang melahirkan saya jarang meminta imbalan jasa. Terserah saja seridhonya mereka. Sebagian ada yang membayar dengan sayur-sayuran, buah kelapa atau beras ketan. Tetapi, saya senang karena saya merasa bermanfaat bagi orang lain,” ucap Bidan Dedeh.

Menurut Bidan Dedeh, peristiwa melahirkan buat seorang ibu adalah peristiwa yang sangat menegangkan. Ibu harus merasa tenang dan nyaman sehingga dia bisa menjalani proses melahirkan itu dengan baik.

"Ketika melahirkan, seorang ibu berada dekat dengan maut. Jika dia panik dan ketakutan,
bisa membahayakan bayi dan dirinya sendiri. Makanya, setiap kali membantu seorang ibu melahirkan saya melakukannya sepenuh hati, dan menganggap ibu itu diri saya sendiri," kata putrid pasangan almarhum Udin Fahrudin dan Sadiah ini serius.

Komitmen Dedeh untuk membantu dengan sepenuh hati itu, yang akhirnya membuat Dedeh sekarang bisa memiliki sebuah rumah sakit umum tipe C, yakni RSU (Rumah Sakit Umum) Bhakti Asih di Karang Tengah, Ciledug, Tangerang. Di rumah sakit itu tersedia 80 tempat tidur dengan fasilitas kamar operasi, laboratorium, radiologi, pelayanan fisioterapi, unit gawat darurat, dan klinik umum.

"Namun walau rumah sakit itu sudah melayani umum, titik fokusnya tetap untuk ibu dan anak. Saya sediakan fasilitas untuk senam hamil, pijat bayi, dan klinik konsultasi untuk orangtua dalam persiapan kelahiran. Biar bagaimanapun, saya berangkat dari sana," ungkap Dedeh
yang memulai karier bidannya sejak tahun 1974.

Setelah enam tahun praktik menjadi bidan panggilan, Dedeh merasa lelah. Dia mengumpulkan uang dan berhasil membeli dua tempat tidur lalu mendirikan praktik bidan di rumahnya. tyernyata dua tempat tidur itu tidak mencukupi permintaan masyarakat. Tidak lama kemudian, Dedeh menambah tempat tidurnya menjadi 15 buah.

"Praktik bidan saya ramai sekali. Dalam sebulan, sedikitnya saya melayani 68 persalinan. Dan ternyata pasien yang datang tidak hanya ibu yang akan melahirkan. Pasien dengan penyakit lain pun berdatangan. Padahal saya tidak berwenang untuk menyembuhkan penyakit mereka," cerita dia.

Melihat permintaan masyarakat yang tinggi, akhirnya Dedeh mengubah praktik bidannya menjadi rumah bersalin dan klinik spesialis berikut balai pengobatan 24 jam dan klinik penunjang medik, seperti laboratorium, radiologi, dan fisioterapi. Sekarang dia tidak lagi bekerja sendiri, tetapi sudah dibantu beberapa bidan, dokter umum, dokter spesialis, dan paramedis. Saat ini, untuk operasional RSU Bhakti Asih, Dedeh dibantu oleh 40 dokter dan 200 orang karyawan.

Ibu dan Suami Faktor Utama

Pilihan menjadi seorang bidan bagi Bidan Dedeh tak lepas dari pengaruh ibunya, Sadiah. Menurut Bidan Dedeh, waktu kecil dulu ibunya kerap bercerita tentang bidan dan perawat yang jauh lebih manjur dibandingkan dokter.

“Waktu itu ibu saya cerita kenapa waktu di rumah sakit lebih cepat sehat ketika dipegang bidan atau perawat dibanding sama dokter. Waktu itu ibu justru meminta saya untuk menjadi perawat atau bidan,” ucap Bidan Dedeh.

Menurut Bidan Dedeh, ibunya mengatakan seorang bidan yang baik adalah bidan yang mempunyai kasih sayang dengan semua pasiennya dan orang lain.

“Makanya sampai saat ini saya berjuang untuk kasih sayang,” ucap Bidan Dedeh.

Lebih lanjut Bidan Dedeh mengaku bersyukur mempunyai seorang suami sesabar Abdul Zafar. Sebab, tanpa kehadiran Abdul Zafar lah Bidan Dedeh tidak sesukses sekarang ini.

“Saya bersyukur suami saya mau mengizinkan saya untuk berkerja di luar rumah. Saya sangat menyayangi dia,” ucap Bidan Dedeh dengan mata berkaca-kaca. (wahyu sibarani)

Dari Rumah Petak Hingga Rumah Sakit Tiga Tingkat

Image hosted by Photobucket.com

Siapa nyana kalau Rumah Sakit Umum Bhakti Asih yang dimiliki oleh Bidan Dedeh Nuriyati pada mulanya hanyalah sebuah rumah petak yang ada di jalan Raden Saleh No. 10 Karang Tengah, Ciledug, Tangerang.

Menurut Bidan Dedeh rumah petak itu pada awalnya ditempati oleh dia dan suaminya. Awalnya, Bidan Dedeh berniat membuat rumah tersebut sebagai rumah tinggal. Namun, karena panggilan hati nurani Bidan Dedeh membuka praktek bidan di rumah tersebut.

“Waktu itu sebagian rumah saya buat jadi tempat praktek. Dua tempat tidur saya bikin untuk rawat inap. Biasanya, saya praktek sore hari sepulang kerja dari puskesmas. Karena sudah punya anak saya kadang-kadang bekerja sambil menggendong anak di punggung saya,” kata Bidan Dedeh.

Karena niat awalnya adalah menolong sesama, Bidan Dedeh kerap tidak menerima bayaran dari pasiennya yang kurang mampu. Karena factor itulah, rumah bersalin mini Bidan Dedeh makin ramai dikunjungi pasien.

Karena semakin banyak yang jadi pasien, pada tahun 1993, Bidan Dedeh akhirnya memperluas rumah bersalin itu menjadi rumah bersalin dan klinik spesialis. Perubahan besar justru terjadi pada tahun 1995, ketika Bidan Dedeh bersama Yayasan Bhakti Asih membangun rumah sakit bersalin itu tiga tingkat.

“Waktu itu saya terdorong dengan kebutuhan pasien yang cukup banyak. Terutama golongan menengah ke bawah yang terpaksa dirujuk ke rumah sakit lain karena kita memang statusnya bukan rumah sakit,” ucap Bidan Dedeh.

Dari segi fasilitas, rumah sakit Budhi Asih memang bisa dikatakan sangat lengkap. Ri rumah sakit itu tersedia 80 tempat tidur dengan fasilitas kamar operasi, laboratorium, radiologi, pelayanan fisioterapi, unit gawat darurat, dan klinik umum.

Bidan Dedeh mengaku sengaja memilih nama Budhi Asih karena sesuai dengan niatnya dari awal, yakni melayani dengan kasih.

“Waktu bikin nama rumah sakit saya konsultasi dengan teman saya yang juga seorang notaries. Kebetulan, karena saya memang berniat melayani dengan kasih sayang makanya dinamakan Budhi Asih,” ucap Bidan Dedeh.

Hebatnya, Bidan Dedeh sendiri mengaku pembangunan rumah sakit Budhi Asih ini belum tuntas. Ia malah mengatakan akan terus membangun rumah sakit Budhi Asih.

"Ini baru sepertiganya. Saya akan bangun rumah sakit ini tiga kali lagi,” ucap Bidan Dedeh bersemangat. (wahyu sibarani)

13 comments:

Anonymous said...

sallut untuk bd.Dedeh, terus terang saya sebagai junior terinspirasi untuk menjadi seperti beliau, apapun yang terjadi tetap setia pada sumpah profesi,amiien.....

Admin said...

selamat dan sukses bu bidan. sekedar ide saja, adain atuh ruang rawat untuk orang sunda terus perawatnya bisa berbahasa sunda, kan klop dapat terpenuhinya kebutuhan customer

Anonymous said...

selamat tuk B,Bidan Dedeh Nuriyati atas kegigihannya dalam megabdikan dirinya sbg pelayan kesehatan masyarakat.moga terus maju Rumah sakitnya.amin.Kami akan mengikuti jejak ibu.Moga kamipun jg bs ssukses
seperti ibu Dedeh.Amin.

Bidan Widi

Anonymous said...

HEBAT suxes selalu bu


dr.H.M. Mujang giri

kurniaendah said...

Saya dulu lahir di Bhakti Asih pada tahun 1986 dan ditolong langsung oleh bidan Dedeh..sukses selalau ya bu bidan..bangga deh sama ibu=)

Anonymous said...

salut selamat berjuang semoga bisa menjadi inspirasi bagi yang lain.
salam bahagia dari kel: ade abdul hay spa

Imam said...

Sukses tuk Ibu Dedeh.. Untuk memperluas promosi dan mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi tentang Bhakti Asih.. sy mohon untuk merilis website.. Thank u..

Unknown said...

Salute...
Saya juga pelanggan setia bhakti asih
alhamdulillah dari lahiran, suami sakit, sampai anak sakit datangnya kesana karena cocok..
Mudah2an biayanya tidak semakin mahal yaaa, kasian orang-orang yang lagi kesusahan
Oia, mohon buat web nya donk

Bunga Nur Kholifah said...

Wahhh :)
saya jadi terinsfirasi oleh ibu Bd. Dedeh :)
saya ingin sukses berprofesi menjadi seorang bidan yang sukses seperti beliau :)
doakan saya ya bu. Semoga impian dan cita2 terbesar saya menjadi seorang bidan bisa tercapai
ammiinn :)

bidanonline said...

Waaah Hebring euuuy,urang sunda HADE. Ijin untuk diteruskan Kang...

Unknown said...

Kalo buat rs itu brti harus ada dokternya ya bidan dede? Saya mau buat rs atau klinik bidan untuk calon istri saya. Saya sedang bingung untuk pengurusannya bu. Mungkin ibu bisa bantu saya? Atau bisa kita bicara via email syahtra@gmail.com terima kasih

Unknown said...

trimakasih cerita n pengalaman nya buk jadi termotivasi menjadi bidan yg ibu jalankan....doakan semoga saya bisa seperti iubu suatu hari nanti aminn

Unknown said...

Maaf bidan dedeh dengan bidan siti rochaya sama ya? Atau bagaimana? Mohon maaf. Says bangga sekali dengan kesuksesan bidan dedeh.