Thursday, December 22, 2005

Semakin Berani Semakin Baik?


Image hosted by Photobucket.com

Tadi malam usai menonton film King Kong di Djakarta Theater ada perdebatan yang cukup menarik antara saya dan tiga orang teman saya, Danang, Ono dan Udin. Karena kita kebetulan adalah wartawan hiburan maka tema diskusi yang kita bicarakan saat itu tentang polemik keabsahan Marcella Zalianty sebagai peraih gelar aktris terbaik Piala Citra 2006.

Ketiga teman saya itu sama sekali tidak setuju jika Marcella Zalianty dipilih sebagai aktris terbaik. Mereka lebih mengunggulkan Cornelia Agatha sebagai aktris terbaik Piala Citra 2005. Alasannya, Cornelia benar-benar tampil total dalam film Detik Terakhir.

Sedangkan saya justru tidak mendukung Cornelia maupun Marcella sebagai aktris terbaik. Menurut saya aktris terbaik justru adalah ketiga bintang film Virgin, yakni Laudya Cinthya Bella, Ardina Rasti dan Anggie.

Kenapa bukan Cornelia? Saya punya alasan bahwa totalitas adegan yang ditampilkan oleh Cornelia dalam film Detik Terakhir bukanlah suatu jaminan bahwa Cornelia layak menjadi aktris terbaik.

Kita mengerti dan sangat tahu bahwa adegan lesbian dan adegan masturbasi bukanlah hal yang mudah dilakukan. Namun, bagi saya seorang aktris terbaik bukanlah artis yang berani melakukan suatu adegan yang luar biasa panas.

Kenapa bukan Marcella? Bagi saya Marcella sama sekali tidak berkembang dalam setiap film yang ia perani. Hampir semua film yang ia perani tidak pernah berubah. Begitu-begitu aja seperti dirinya. Yang agak baik mungkin bagi saya adalah ketika Marcella tampil sebagai special appearance dalam film Missing garapan sutradara Koya Pagayo.

Dalam film itu Marcella berperan sebagai seorang wanita yang terganggu psikologisnya karena dihantui arwah mantan suaminya. Dari situ saya langsung berpikir, Marcella sangat bagus jika berperan sebagai orang yang terganggu jiwanya.

Bagi saya aktris terbaik adalah artis yang benar-benar bisa menghidupkan karakter yang ia perani dan juga mampu menjiwai jalan cerita dengan baik. Saya mencontohkan peran Tom Hanks dalam film Forrest Gump.

Kita tahu bahwa dalam film itu Tom Hanks tidak harus beradegan luar biasa panasnya. Ia cukup menjadi seorang pemuda yang terbelakang. Tapi, walau terbelakang Tom Hanks justru berhasil menghidupkan peran Forrest Gump. Kita pun banyak belajar dari Forrest Gump dan banyak orang setuju bahwa Tom Hanks berakting luar biasa dalam film itu.

Image hosted by Photobucket.com

Atas dasar itulah saya justru terkagum-kagum ketika melihat ketiga kurcaci Virgin benar-benar tampil tulus dalam film tersebut. Saya justru tersentuh ketika melihat Ardina Rasti menangis karena kesempatannya bermain film hilang diambil orang lain karena menjual badannya. Padahal dia sudah mengerahkan semua kemampuannya yang minim.

Saya juga tersentuh ketika melihat Anggie dengan keluguan dan ketololannya terpaksa menyesali di kemudian hari bahwa keperawanan memang tidak pantas diperjualbelikan.

Justru saya merasa heran kenapa banyak orang berpendapat bahwa Cornelia sangat pantas untuk gelar tersebut. Jujur bagi saya adegan-adegan lesbian dan khususnya adegan masturbasi dalam film itu bukanlah adegan yang luar biasa.

Adegan-adegan itu tidak dibangun berdasarkan struktur cerita yang kuat. Adegan-adegan itu hanyalah berupa adegan yang mengatakan bahwa Cornelia memang berani melakukan adegan tersebut.

Hal itu juga diakui oleh Udin yang memang mengatakan bahwa dia juga mengherankan kenapa adegan masturbasi itu harus ada.

Nah inilah yang akhirnya jadi masalah, termasuk pada diri bos rumah produksi Indika Entertainment, Shanker R. Pria India ini menyangka bahwa adegan tersebut adalah adegan masterpiece. Dia menyangka adegan itu adalah adegan yang hanya dilakukan oleh aktris terbaik Indonesia.

Dan ketika Cornelia gagal jadi aktris terbaik Ia pun kecewa dan akhirnya menuduh yang tidak-tidak pada diri Dewan Juri FFI 2005. Orang-orang sekelas Eros Djarot, Sophan Sophian ia tuduh menjual piala seharga Rp 30 juta.

Shanker tidak menyangka bahwa pandangan semakin berani semakin baik justru menjadi suatu pandangan yang menyesatkan bagi perfilman Indonesia. Akhirnya jadi sangat wajarlah ketika kemarin saya mewawancarai Wulan Guritno dan mengucapkan kalimat yang sangat saya tidak percaya.

“Saya berani kok melakukan adegan yang lebih berat seperti Cornelia lakukan,” begitu ucapan Wulan. Dalam hati saya berpikir, astaga harus begitukah artis Indonesia…?

No comments: