Thursday, June 01, 2006

Siapa Terseram?

Saya memang bukan penikmat film horror. Bahkan untuk nonton film horror pun saya selalu berusaha mengajak adik saya ikut serta. Soalnya, jelas, saya takut nonton film itu sendirian.

Tapi, godaan untuk mencoba keseraman itu selalu tidak pernah hilang. Otomatis ketika menonton film itu saya selalu berjuang melawan ketakutan saya. Beruntung adik saya selalu setia menemani.

Dibanding film-film horror Hollywood saya memang lebih suka film horror dari Asia. Bahkan koleksi film horror asia yang saya miliki jauh lebih banyak film-film horror Hollywood.

Bagi saya film horror Asia jauh lebih menegangkan ketimbang film horror Hollywood. Apakah itu film horror Jepang, Korea, Hong Kong, Korea atau Thailand. Lalu, kalau mereka yang terseram dibandingkan Hollywood, jadi siapa yang paling seram?

Pertanyaan itu keluar justru bukan dari mulut saya. Beberapa waktu lalu ketika saya mencari DVD di Pasar Festival, ada seorang pembeli yang bertanya kepada saya, mana nih yang paling seram antara Jepang atau Korea?

Wah, kontan saja saya bingung menjawabnya. Karena kebetulan yang nanya wanita cantik, jadi saya sebisanya mengatakan Jepang yang paling seram sambil menunjukkan DVD Marebito milik sutradara Takashi Shimizu.

Saya menjawab asal karena setahu saya memang film Jepang lah yang paling banyak diadaptasi oleh Hollywood. Contohnya, The Grudge, The Ring dan Dark Water.

Tapi, dengan pertimbangan tersebut apakah benar Jepang yang terseram?

Saya enggak bisa memastikan, yang pasti menurut saya mereka mempunyai kelebihannya sendiri-sendiri.

Film horror Hong Kong, seperti Indonesia, mereka lebih banyak mengambil sumber cerita dari folkstale yang mereka punya. Tidak heran, kalau film-film Hong Kong justru hantu-hantunya selalu sama. Jangan heran, kalau di era millennium ini sutradara Hong Kong lebih senang mengambil tema-tema horror yang memang sangat standar.

Jangan heran kalau tokoh hantu yang meloncat-loncat itu lebih sering nongol di film-film horror Hong Kong.

Film horror Hong Kong yang paling terkreatif menurut saya adalah film berjudul Haunted Office yang disutradarai Marco Mak. Temanya sebenarnya standar, yakni setiap gedung pasti ada penghuninya. Namun, keunggulan di film ini adalah keberhasilan sang penulis cerita memanipulasi pikiran kita akan sosok setan yang sebenarnya. Quotenya pun cukup bagus, “hantu senang sekali membohongi pikiran kita”

Dan uniknya, begitu nonton film ini saya justru langsung keingat film Berbagi Suami. Hahaha, Haunted Office is a hyperlink movie. Clever, smart with excellent twist. Try it.

Sama dengan Hong Kong, Thailand juga mempunyai kecenderungan yang sama. Mereka lebih mengeksploitasi keseraman masyarakat melalui cerita-cerita legenda masyarakat. Siapa yang enggak kenal Nang-nak? Wanita seram yang sering muncul di kali ini mengingatkan kita pada sosok Si Manis Jembatan Ancol.

Bukan hanya dari segi legenda, Thailand juga sering mengeksploitasi ketakutan manusia atas dugaan tak berdasar. Misalnya, takut akan rumah sakit, takut akan salon sama takut akan WC.

Meski sedikit mengalami kemajuan film horror Thailand masih seperti Indonesia. Mereka selalu tertarik dengan hal-hal mistis. Contoh film Long Khon yang mirip dengan santet Indonesia.

Film horror Thailand yang saya suka, sudah jelas Shutter. Berbeda dengan film horror lainnya, film ini digarap sangat baik. Film ini menekankan suasana teror dengan membangun suasana yang mencekam.

Bagaimana dengan Korea? Film horror Korea mungkin ada baiknya dijelaskan dengan film horror Jepang saat bersamaan. Soalnya diantara yang lain, kedua negara ini lah yang paling banyak kesamaan.

Mulai dari tema yang diusung seperti, kekelaman sifat manusia, hingga tampilan adegan-adegan slasher yang berusaha membuat bulu kuduk kita berdiri.

Bagi mereka horror itu bukan karena munculnya sosok hantu, melainkan bagaimana manusia yang sudah jadi korban hantu itu menghabisi manusia-manusia lainnya dengan cara yang sangat tidak beradab.

Entah, saya sudah menonton semua film horror Korea dan Jepang atau belum. Sepanjang yang saya tahu mereka memang senang menjadikan manusia sebagai obyek kekerasannya.

Lalu siapa yang paling seram? Waduh, sepanjang yang saya tahu semuanya seram sih. Bagi saya film itu jadi sangat seram ketika adik saya pergi meninggalkan saya nonton seorang diri. Hehehe.

1 comment:

Bunda RaRa said...

mestinya nonton bareng bidadari pagi dijamin gak serem deh !

wahyuuuu...kapan dong blog g masukin ke koren ..hehheehe..ikutan jejak dahlia