Monday, June 05, 2006

Sejenak dengan Melati

Melati, lahir 4 hari sebelum gempa di Yogyakarta terjadi. Belum genap satu minggu usianya, Melati harus kehilangan ayah.

Ayah menutup mata karena tertimbun reruntuhan rumah. Meninggalkan Melati seorang diri dengan ibunya.

Melati memang belum bisa menyadari ketidakhadiran ayah, namun Melati sudah kehilangan bau badan khas ayah. Bau yang selalu membuatnya merasa nyaman ketika ayah memeluknya dalam dekapan.

Sejak ayah pergi Melati memang tak pernah mendengar lagi suara ayah. Melati, bahkan tak pernah lagi mendengar lantunan lagu yang dinyanyikan ibu.

Lagu Nina Bobo yang biasa dinyanyikan ibu kini tak ada lagi. Semua berubah jadi rintihan karena ibu tak sanggup menahan sakit dari kakinya yang patah.

Luka kaki memang bisa menghilang, tapi luka batin karena ditinggalkan ayah membuat ibu tak kuasa untuk menatap masa depan.

Di sudut-sudut tenda Desa Banyudono, ibu dan Melati masih berusaha menghitung ulang pintu nasib. Makanan dan pakaian memang akan datang, rumah bisa dibangun ulang, namun jalan ke masa depan sulit untuk dibayangkan.

1 comment:

Bunda RaRa said...

wah sedih banget ceritanya
tapi kita mikirnya yg simple2 aja yah om wahyu, misalnya, kita sama2 doain biar ibunya melati diberi kekuatan dan ketabahan buat ngadepin semuanya, amin