Thursday, June 08, 2006

The Crescent Moon (Choseung-dal-gwa bam-bae)

Photobucket - Video and Image Hosting


“Apakah karena kita tidak punya orang tua maka kita orang jahat”

Tak ada bulan yang tak seindah bulan purnama. Lalu, apakah bulan sabit adalah bulan yang sempurna?

Crescent Moon mengajarkan kepada kita betapa hidup ini memang selalu tidak pernah sempurna. Selalu banyak kekurangan dalam hidup yang memang harus kita terima. Hanya saja kekurangan itu bukan membuat kita harus berpangku tangan dan menyerahkan diri pada perputaran nasib.

Semua orang mempunyai kekurangannya masing-masing. Dan di tengah kekurangan itu kita harus berusaha saling membantu dan menyayangi. Manusia ada di dunia karena saling membutuhkan dan membantu satu sama lainnya.

Beruntung bagi saya ketika terlahir di dunia kedua orangtua yang baik dan penuh kasih sayang selalu ada di samping saya. Saya tidak bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh Nan-na dan Oh-gi yang ketika lahir mereka tak mendapati siapa pun untuk disebut ayah dan ibu.

Tanpa kehadiran orang tua, sejak kecil Nan-na dan Oh-gi sudah merasakan manis dan pahit getirnya kehidupan. Bagi Oh-gi dan Nan-na hidup jadi semakin sulit karena mereka tidak didampingi ayah dan ibu.

Sedari kecil Nan-na terpaksa belajar banyak untuk bertanggungjawab. Sedangkan, Oh-Gi yang memang mengalami cacat fisik dengan segala kebesaran hatinya berusaha menerima apa yang terjadi pada dirinya. Baik tak punya orang tua dan tak punya fisik yang normal.

Namun sekali lagi orang tua adalah bagian yang sangat terpenting bagi anak-anak. Hal itulah yang dirasakan Oh-Gi dan Nan-na. Keinginan yang besar untuk mempunyai orang tua terpaksa membuat mereka menjadi korban kerasnya kehidupan. Mereka berkelahi, mereka berpisah, mereka jadi korban polisi, hingga akhirnya saling

Jujur, sulit bagi saya untuk tidak menahan air mata ketika menonton film ini. Selain karena terkesima dengan kemampuan akting para pemain filmnya, saya juga mati-matian menahan haru, kesal, dan tersenyum tertawa melihat betapa rumitnya kehidupan Oh-gi dan Nan-na.

Layaknya hidup, Nan-na dan Oh-gi tidak selalu seiring sejalan. Karena cemburu tidak lagi jadi pusat perhatian Neneknya, Nan-na selalu mengkasari Oh-gi. Apalagi cacat fisik Oh-gi membuat Nan-na terus-terusan merasa malu.

Film ini menjadi sangat realistis karena kehidupan Oh-gi, Nan-na dan Neneknya, digambarkan selalu naik turun. Apa yang dialami Oh-gi, Nan-na dan Neneknya, tak selamanya ditampilkan menyedihkan. Mereka juga kadang bahagia dan tak selamanya harus menitikkan air mata. Hanya saja hidup terlalu keras bagi mereka tanpa didampingi orangtua.

Dari pengalaman Oh-Gi dan Nan-na kita diajarkan bahwa kita harus benar-benar mencintai kehidupan ini. Mensyukuri apa yang telah kita punya dan mengikhlaskan kekurangan yang ada.

Seperti yang dikatakan oleh Nan-Na di akhir film.

“Saya sadar kenapa ibu meninggalkan saya. Karena dia tahu saya dan Oh-gi akan saling membantu”

Bagi semua orang, khususnya yang sudah berkeluarga, saya benar-benar yakin bahwa film ini benar-benar higly recommended.

1 comment:

Bunda RaRa said...

ah mo nonton ahh