Tidak bisa dipungkiri, sebagai sarana transportasi Busway sangat berguna bagi para penggunanya. Busway berhasil mengatasi solusi kemacetan yang terjadi di Jakarta khususnya di jalur-jalur yang memang padat akan kendaraan. Meski masih sering berdesak-desakan, pengguna Busway masih tetap betah menggunakan busway karena keunggulannya membawa penggunanya ke tujuan dengan cepat.
Sampai saat ini saya sendiri belum pernah menggunakan busway. Kebetulan saya sehari-harinya memang menggunakan motor yang alhamdulillah sudah lunas untuk bekerja.
Berbeda dengan pengguna Busway, saya justru merasakan Busway adalah ancaman terbesar ketika saya berkendara di jalan. Kebetulan, jalur pekerjaan saya sehari-hari selalu bersinggungan dengan rute Busway khususnya di Koridor III yakni Kalideres-Pulogadung.
Koridor III Busway Kalideres-Pulogadung memang sangat berbeda dengan Koridor I Blok M-Kota. Jika diperhatikan, Koridor III Busway memang jauh lebih berbahaya dibandingkan Koridor I.
Mulai dari kerapihan rute, minimnya jembatan penyeberangan hingga banyaknya celah kosong untuk perpindahan jalur. Dari kekurangan yang saya sebutkan itu tidak heran kalau di Koridor III seringkali terjadi kecelakaan yang melibatkan busway.
Alhamdulillah, saya pribadi memang belum pernah mengalami kecelakaan dengan busway. Hanya saja saya tidak sekedar menuduh kalau saya sering membaca koran-koran kota yang memberitakan adanya kecelakaan yang melibatkan busway.
Coba saja anda Google kecelakaan Busway di internet. Pasti akan ditemukan ada beberapa berita yang mengatakan terjadi tabrakan antara pengguna lalulintas dan busway. Korban tabrakan itu pun mengalami kejadiaan bervariasi, ada yang luka ringan, luka berat hingga tewas.
Faktor minimnya fasilitas pengaman memang jadi faktor utama pemicu kecelakaan. Hanya saja saya sedikit khawatir dengan cara mengendara supir-supir Busway.
Adanya jalur khusus bukan jadi jaminan bagi para supir busway untuk mengendarai mobil dengan hati-hati. Sepanjang yang saya lihat mereka justru mengendaraka mobil dengan kencang.Tidak hanya ketika jalur benar-benar kosong atau jalur yang ternyata dilewati oleh pengguna jalan lainnya.
Saya pernah berbincang kepada adik saya Ari. Sebagai pengguna busway dia memang mencemaskan gaya berkendara para supir busway.
Dia mengatakan kepada saya supir busway sepertinya tidak pernah mau mengurangi kecepatannya ketika melintas.
Contoh nyata yang saya alami sendiri adalah di perempatan Tomang-Cideng. Di pagi hari sebelum jam 10.00 WIB, semua kendaraan yang datang dari Tomang atau Tangerang memang diperbolehkan menggunakan dua jalur. Baik Tomang-Harmoni atau sebaliknya, Harmoni-Tomang.
Biasanya semua orang yang mau pindah ke arah Tanah Abang langsung bepindah jalur. Karena perpindahan tersebut, semua pengendara harus mengawasi apakah di depan atau di belakang mereka akan melintas Busway atau tidak.
Biasanya di pagi hari memang ada beberapa petugas DLLAJR yang selalu mengawasi perpindahan lintasan tersebut. Hanya saja, sering juga beberapa petugas DLLAJR telah meninggalkan lokasi terutama ketika jam sudah mau menunjukkan pukul 10.00 WIB.
Nah, biasanya sejak ditinggal itulah perpindahan sering agak kacau. Pengemudi busway sepertinya tidak pernah rela lintasannya dilewati begitu saja. Seakan-akan untuk menakut-nakuti semua kendaraan yang ada di depannya, laju kendaraan justru semakin dipercepat.
Bagi saya tindakan pengemudi busway itu memang sangat aneh. Jalur khusus yang diberikan bukan memperbolehkan mereka untuk secepat-cepatnya menekan gas.
Jalur khusus diberikan agar para pengemudi busway bisa mengendarakan kendaraannya dengan bertanggungjawab tanpa merugikan para pengguna lalulintas lainnya. Terutama untuk sekali-kali menggunakan fasilitas yang ada di busway itu sendiri yaitu, rem.
4 comments:
kali supir buswaynya di timing, jadi harus cepet2 sampe terminal ujung ..jadi rada2 ngebut kali ya
Kejar setoran kali La...
simple as that...! end of story!
maklum walaupun nyetir busway, jiwa masih tetep supir bis metromini yang terkenal dengan keugal-ugalannya.
Gimana gak mangkak hati para supirnya yang berjas berdasi terhadap jalur yang keramat itu coba? Kapan dulu waktu Wapres Hamzah Haz numpang liwat mo ke Istana aja, sebegitu diomelin sama media massa. Gitu kali mentalitas Melayu, klo dah make jas en dasi boleh tancap gas semaunya dewek.
Demen sama gaya bahasa lugas unik, boleh ya klo tak sambung ke http://emanrais.blogspot.com/
Post a Comment