Judul Film : Old Boy dan Sympathy For Mr. Vengeance
Sutradara : Park Chan Wook
Setelah mondar-mandir dan menggrebek toko-toko DVD, akhirnya gue berhasil juga menonton film Old Boy. Gue berhasil menonton film ini bukan karena berhasil membeli DVD tersebut tapi berkat bantuan Danang yang senang hati meminjamkan DVDnya yang juga ia beli jauh-jauh di Makassar.
Saking penasarannya, usai liputan dan begitu sampai di rumah gue langsung pasang film ketiga Park Chan Wook, setelah Join Security Area dan Symphaty for Mr. Vengeance. Meski jam di rumah sudah menunjukkan waktu jam 11 malam, gue tetap nekat memasang tuh film. Padahal, gue sedikit was-was juga soalnya waktu udah malem banget dan gue juga butuh istirahat untuk bekerja esok harinya.
Begitu film dimulai, ada sedikit feature tentang Hong Kong film festival. Di situ dijelaskan tentang komentar beberapa pengunjung festival film tersebut. Setelah itu film Old Boy pun dimulai.
Berbeda dengan film Sympathy for Mr. Vengeance di film ini Park Chan Wook justru jauh lebih maju secara teknis pembuatan film. Di SMV, Park Chan Wook justru mengambilkan gambar-gambar yang cerah dan gelap secara bergantian dengan sangat dinamis.
Sedangkan di Old Boy, Chan Wook benar-benar fokus pada warna-warna gelap. Bahkan, opening credit tittle pun diolah jauh lebih menarik dibandingkan dengan SMV. Alur film pun bergerak dengan cepat sehingga eksploitasi
Meski mengalami banyak kemajuan, banyak hal yang tidak berubah dari Chan Wook. Yang tidak berubah adalah ide cerita yang fokus pada usaha balas dendam serta adegan-adegan kekerasan yang memang selalu ada dalam setiap film sutradara yang pertama kali muncul dengan film The Moon is The Sun’s Dream ini.
Sejujurnya, setelah menonton kedua film itu, saya jauh lebih terkesan menonton film SMV dibandingkan dengan Old Boy. Bukan karena Old Boy tidak menarik, namun karena SMV berhasil membuat emosi saya jadi mengharu biru.
Di SMV, perasaan haru itu keluar karena tokoh utama, Ryu, benar-benar mengalami nasib sial hanya karena punya niat baik membantu kakaknya yang tengah sakit parah. Kesialan yang dialami Ryu justru terjadi bukan karena ulahnya sendiri. Perbedaan status ekonomi antara orang kaya dan miskin yang sangat tajamlah yang membuat Ryu terpaksa melakukan penculikan dan berujung pada kematian dirinya.
Dalam film ini Chan Wook berhasil mengingatkan kita bahwa manusia adalah harta bagi setiap manusia-manusia lainnya. Ketika kita kehilangan harta itu, maka sisi gelap dari dalam diri kita pun akan keluar sendirinya untuk mencari pertanggungjawaban.
Sayang, film ini berjalan dengan sangat-sangat lambat. Chan Wook sendiri sepertinya ingin memggambarkan keheningan dunia Ryu yang tanpa suara ke dalam film berdurasi 120 menit itu. Beberapa kali adegan film SMV berjalan hening tanpa suara.
Ketika di SMV Chan Wook berbicara tentang manusia sisi gelap manusia jika kehilangan harta, maka di film Old Boy, Chan Wook berbicara bagaimana manusia sangat takut menghadapi dosa-dosa yang ia lakukan.
Chan Wook tahu bahwa manusia akan melakukan apa saja untuk menutup-nutupi semua dosa atau aibnya sendiri. Termasuk memaksa seseorang untuk melakukan dosa yang sama.
Film Old Boy memang jauh lebih mengejutkan dibanding dengan SMV. Dengan twist yang edan-edanan, Chan Wook benar-benar memberi kejutan di penghujung akhir film. Sisanya, sepanjang awal dan pertengahan film ini berlangsung saya melihat Chan Wook tak ubahnya seperti Takashi Miike.
Dari kedua film itu saya menduga bahwa Chan Wook berusaha untuk meraba sisi gelap manusia yang tersimpan rapat-rapat dalam diri manusia. Chan Wook berusaha mengatakan bahwa setiap manusia adalah mahluk yang lemah. Mahluk yang seharunya bijak menghadapi kekurangan dan dosa-dosa yang pernah kita lakukan.
No comments:
Post a Comment