Wednesday, January 04, 2006

Bahasa Cinta Yang Sederhana

Image hosted by Photobucket.com

Me and You and Everyone We Knows

Directed : Miranda July

Beberapa waktu lalu saya pergi ke Pasar Festival untuk membeli beberapa DVD. Awal mulanya ingin mencari DVD Spring, Summer, Winter, Fall and Spring Again garapan sutradara Korea Selatan Kim Ki-duk.

Sayang, setelah lama mengaduk-aduk puluhan DVD, film yang dicari tidak kunjung ditemukan juga. Uniknya, saya justru mendapatkan berkah ketika tertarik dengan dua film berjudul The Beat That My Heart Skipped garapan sutradara Jacques Audiard dan Me and You and Everyone We Know garapan sutradara Miranda July.

Awalnya saya tidak terlalu peduli dengan kedua film tersebut. Tapi rasa penasaran saya semakin memuncak ketika saya melihat daftar film terbaik sebuah situs film yang saya lupa namanya, kedua judul film tersebut ikut nangkring dalam daftar tersebut.

Alhasil begitu sampai di rumah saya langsung memutar DVD tersebut di rumah. Untuk film The Beat That My Heart Skipped saya memang tidak terlalu begitu menikmati.

Saya hanya terkesan dengan akting Romain Duris yang bisa menampilkan seorang pria yang tengah gundah gulana menghadapi pilihan hidup. Menjadi seorang begundal untuk meneruskan tradisi sang ayah atau menjadi seorang maestro piano meneruskan bakat yang diturunkan ibunya.

Namun khusus untuk Me and You and Everyone We Know saya benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan saya usai menonton film ini. Di film ini saya benar-benar terkesan dengan sosok Miranda July yang menjalankan tiga peran sekaligus, penulis scenario, sutradara dan pemeran film tersebut.

Me and You and Everyone We Know adalah sebuah film yang bertutur tentang cinta dengan cara yang sangat-sangat sederhana. Baik cinta kepada sesama manusia hingga cinta kepada mahluk lainnya. Semua dituturkan dengan bahasa yang indah.

Film ini mengambil plot cerita yang benar-benar sering terjadi dalam kehidupan normal kita. Kisah seorang seniman wanita eksentrik dan penyendiri jatuh cinta kepada seorang pria putus asa mencari jati diri karena gagal membangun rumah tangga.

Bukan hanya itu saja film ini juga menggambarkan dengan sangat jelas betapa setiap manusia butuh untuk diperdulikan, dihargai serta disayangi. Perasaan itu diwakili oleh semua tokoh yang hadir dalam film ini.

Contohnya, Hal ini tergambar dengan jelas ketika sosok perempuan membutuhkan sebuah chat room agar bisa mencari kebutuhannya akan seks, kasih sayang dan cinta.

Perempuan itu tidak menyangka kalau teman yang membangkitkan rasa cinta dan kasih sayang dari chat room itu adalah seorang anak kecil. Bahkan ketika mereka bertemu rasa cinta itu tak perlu dihilangkan meskipun terhalang usia. Kecupan manis Christine pada anak kecil tersebut membuat saya sangat tersenyum baik di mulut maupun di hati.Cinta terjadi tanpa batas.

Selain sangat sederhana film ini juga benar-benar memberikan makna filosofi yang sangat dalam. Hebatnya, July tidak menghadirkan makna filosofi tersebut dengan cara yang sangat berat membuat kita harus mengernyitkan kening ketika menonton film tersebut. LIhat saja;

Bayangkan sebuah jalan persimpangan dimana kita masih bisa bergandengan tangan. Kita masing-masing akan berbelok dengan arah yang kita inginkan. Namun, kita masih bisa memutar balik ke arah sebaliknya hingga tetap bersama.

Sebuah makna yang sangat dalam. Sebuah pemaknaan akan hidup yang benar-benar datang dari kejujuran hati manusia yang lemah menghadapi ketika menghadapi hidup.

Karena kesederhanaan-kesederhanaan itulah tidak heran jika film ini dianugerahi Special Jury Prize di Sundance, Best Film di Festival Film Cannes dan The Critics' Week grand prize.

No comments: