Judul : Realita, Cinta dan Rock N Roll
Pemain : Herjunot Ali, Vino G Bastian, Nadine Chandrawinata, Barry Prima
Sutradara : Upi Avianto
Produksi : Virgo Putra Film
Hidup adalah sebuah pilihan dan memilih adalah sebuah keniscayaan. Tanpa pilihan, kehidupan takkan berjalan. Dengan adanya pilihan kita tahu mana kebaikan dan mana kesalahan.
Atas dasar pilihan itulah, dua orang anak muda Ipang (Vino G Bastian) dan Nugi (Herjunot Ali) memilih untuk melupakan cita-citanya menjadi anak-anak baik di sekolahan. Mereka lebih memilih menjadi terkenal melalui grup musik mereka.
Sebelum keluar film RCRNR mendapatkan ekspektasi yang tinggi dari penikmat dan pemerhati film. Karena penasaran, saya berusaha mati-matian menyempatkan waktu menonton film ketiga Upi Avianto setelah 30 Hari Mencari Cinta dan Lovely Luna.
Ketika menonton film ini, jujur memori di kepala saya bergerak mundur mengenang masa-masa di SMA. Seperti Ipang dan Nugi, saya juga adalah seorang anak muda yang ingin sekali terkenal.Walau tidak terkenal di seluruh nusantara, minimal saya bisa terkenal di tingkat sekolahan.
Saat itu, pilihan menjadi terkenal di sekolah saya hanya bisa dipenuhi melalui tiga cara.Pertama, menjadi atlet bola basket. Kedua, ikut kontes cover boy dan ketiga, main musik dan coba-coba bikin band.
Sayang, dari ketiga cara tersebut saya tidak bisa menjalani semua cara tersebut. Saya terlalu hitam untuk menjadi seorang cover boy (jujur waktu dulu saya ngiri dengan cowok-cowok berkulit putih). Saya tidak bisa bermain basket, karena waktu saya terhabiskan untuk menonton sepakbola LIga Inggris dan sibuk kutak-kutak strategi untuk pasang taruhan.
Terakhir, saya juga tidak bisa bermain musik. Jari-jari saya terlalu kaku untuk memetik gitar, bahkan menyanyikan lagu Indonesia Raya di upacara senin pagi suara saya pun fals.
Mau tidak mau saya hanya bisa menerima keadaan dan lebih mendengarkan perkataan orang tua saya agar tetap serius belajar. Saat itu saya lebih berusaha memilih untuk tetap mengikuti keinginan orang tua saya. Saya sadar bahwa di masa-masa SMA ini saya tidak perlu dipusingkan dengan keinginan-keinginan yang complicated seperti halnya Ipang dan Nugi.
Film Realita Cinta dan Rock N Roll memang adalah film yang berbicara jujur mengenai masalah yang terjadi dalam dunia anak muda. Upi secara gamblang mengatakan bahwa masa-masa remaja adalah masa dimana anak-anak muda selalu mabuk akan khayalan fame, sex (not even love) dan rock n roll. Mereka sibuk mencari eksistensi diri dan berusaha sebisa mungkin menggapai cita-cita tersebut.
Sayang, film ini lebih mengedepankan konflik daripada pertimbangan mencari eksistensi tersebut. Konflik-konflik pun terjadi secara beruntun. Akibatnya, pencarian eksistensi diri pun terlupakan.
Banyaknya konflik yang terjadi membuat film ini yang awalnya terasa ringan menjadi terasa berat. Konfliknya yang seharusnya bisa membuka cakrawala dan pemahaman tertentu bagi Ipang dan Nugi malah terasa seperti adegan pemancing tawa.
Jujur, saya pribadi merasa lelah menonton film ini. Film ini menuntut stamina yang sangat tinggi dari orang-orang yang menontonnya. Ibaratnya lari, film ini adalah film marathon yang sangat melelahkan. Bahkan, saya perlu merebahkan badan di sofa tunggu Planet Hollywood setelah menonton film ini.
No comments:
Post a Comment