Tadi malam, kita sempat direpotkan dengan berita tabrakan kereta di Lampung. Tabrakan naas yang melibatkan kereta angkut batubara, KA Babaranjang dan KA Fajar Utama itu, menyebabkan empat orang tewas seketika dan puluhan lainnya luka-luka.
Saking kencangnya tabrakan itu, satu gerbang kereta sempat mencelat keatas. Bisa dibayangkan, bagaimana sakitnya orang-orang yang ada di dalam kereta itu. Aku sendiri enggan membayangkan, karena sulit sekali untuk menerima kenyataan bahwa ada kereta (bisa lagi!) saling bertabrakan.
Peristiwa tabrakan ini menambah catatan hitam lainnya di dunia perkeretaapian. Hal ini bisa jadi peringatan, selain aman dan cepat, kereta juga sarana transportasi yang paling berbahaya.
Bisa jadi kereta adalah sarana transportasi yang paling membunuh. Sekali terjadi, korban yang jatuh bisa jadi sulit untuk dihitung dengan dua tangan.
Memang, dibandingkan sarana transportasi yang lain, kereta api memang sarana transportasi paling favorit. Walau selalu dipadati oleh penumpang, orang tetap mau menggunakan jasa kereta. Alasannya, praktis, murah dan cepat.
Sayang, sebagai transportasi favorit, pihak pengurus kereta api, yakni PT. KAI, tidak bisa mengurusnya dengan baik dan maksimal. Berada di dalam dan di luar kereta itu jadi sangat berbahaya.
Di dalam kereta, tingkat keamanan di kereta sangat mengkhawatirkan. Selain kerap terjadi pelecehan seksual, tindakan kriminal gampang terjadi. Lemahnya kontrol pengamanan, membuat para kriminal tidak takut beraksi.
Dulu, pernah ada dua orang mahasiswa, dari UI dan Gunadarma tewas karena ulah copet yang beraksi di dalam kereta. Tanpa rasa kemanusiaan, pencopet itu melempar seorang mahasiswa ke luar kereta, hanya karena ia tidak punya apa-apa.
Di luar kereta, sama juga bahayanya. Berdasarkan catatan PT. KAI, ada 7.545 pintu perlintasan di sepanjang jalur KA di Pulau Jawa. Total, 6.354 di antaranya atau 84% tidak berpalang pintu dan tidak dijaga petugas.
Kabar terbaru, di Jakarta dalam sebulan ini total 59 orang tewas karena ketabrak kereta. Yang paling fenomenal, belum lama ini, ketika sebuah kereta Argo Bromo menabrak warung remang-remang dan menyebabkan 6 orang WTS tewas. Jadi, bayangkan betapa berbahayanya kereta tersebut.
Dengan catatan di atas, ada baiknya kita waspada ketika melewati persimpangan kereta baik itu berjalan kaki, motor ataupun mobil.
Uniknya, walaupun banyak catatan hitam tertoreh di sejarah perkeretapian Indonesia. Pihak, PT KAI enggan untuk meningkatkan pelayanannya kepada konsumen. Mereka seakan enggan untuk peduli pada keselamatan para pelanggannya.
Tingginya ketergantungan kita terhadap kereta, membuat pihak PT. KAI seakan-akan berdiri pada posisi yang superior. Sebab, jika toh kita menolak untuk menggunakan kereta, masih banyak orang lain yang ngantri.
Jika begini terus, sempat terpikir alangkah baiknya jika pihak swasta perlu dilibatkan dalam bisnis kereta api. Keterlibatan swasta ini bisa diharapkan guna mencegah PT. KAI,
menjadikan kereta api sebagai industri bisnis semata tanpa keselamatan yang prima.
Yah, kalau keselamatan prima, minimal kita tidak perlu repot-repot lagi menulis berita, ada kereta tabrakan, orang atau mobil tewas ketabrak kereta. Gak jaman gitu lho, kalau mau beda, sekalian aja kayak di Jepang. Kereta keluar jalur nabrak apartemen.
No comments:
Post a Comment