Hari ini ada orang yang kena tembak. Seorang pria, yang katanya bos judi di kelapa gading, tewas dengan dada berdarah di Hotel Surya, Jakarta Pusat.
Peristiwa yang terjadi di pagi-pagi buta itu kontan membuat banyak orang panik. Termasuk, salah satu supir taksi yang Vera tumpangi, kebetulan mereka memang ada di lokasi kejadian.
Akibat ledakan senapan, puluhan orang langsung mengerubungi lokasi. Tapi, itu terjadi setelah mobil pelaku penembakan pergi. Sebab, tidak bakalan ada orang yang berani datang jika masih ada orang yang megang senjata.
Tidak seperti peristiwa lainnya, peristiwa penembakan kali ini tidak membikin macet ruas jalan yang ada. Wartawan dari televisi yang paling duluan datang, setelah itu baru polisi. Entah kenapa, selalu begitu, polisi selalu datang terlambat.
Aku sendiri mendengar kabar tersebut langsung dari Vera. Ia takut dengan situasi keramaian di lokasi kejadian. Begitu mendengar ada orang yang tertembak, aku langsung menelpon teman wartawanku yang memang bertugas di Jakarta Pusat. Dari dia dapat dipastikan memang ada peristiwa penembakan.
Jika diingat-ingat kembali, peristiwa penembakan ini sudah kesekian kalinya terjadi di Jakarta. Yang paling fenomenal adalah penembakan bos Asaba, Boedhyarto Angsono, yang dilakukan oleh menantunya sendiri, Gunawan.
Dengan menggunakan jasa marinir, Gunawan, tega menghabisi mertuanya sendiri. Alasannya, dendam pribadi. Saat itu pihak kepolisian berhasil menahan Gunawan, dan dua marinir lainnya. Tapi tebak, kedua mantan marinir itu justru berhasil melarikan diri dari penjara POM TNI AL di Jl. Bungur, Gunung Sahari, Jakarta Pusat.
Belum lama ini mereka berhasil kabur. Dan, tiba-tiba saja peristiwa penembakan kembali terjadi. Apakah ini ada hubungannya dengan kaburnya mereka? Entahlah aku tak bisa menduga.
Yang pasti, soal penembakan ala koboi atau misterius bukan hal yang baru lagi di Jakarta. Banyak orang yang berjatuhan atas senjata api tersebut. Belum lagi peluru-peluru nyasar yang nyangsang ke badan orang tanpa di sengaja.
Mungkin sudah saatnya kita untuk berpikir agar ada pembatasan kepemilikan senjata. Sebab, di Jakarta ini, banyak orang yang tidak mau berpikir dengan baik ketika memegang senjata.
No comments:
Post a Comment