Wednesday, May 25, 2005

Lambaian Malam

Image hosted by Photobucket.com Image hosted by Photobucket.com


Tadi malam pulang jam 11.30 WIB. Kemalaman di kantor karena terlalu asyik menggunakan fasilitas internet kantor yang gratis bagi karyawan.

Selain itu, ada pikiran untuk jalan-jalan santai dengan motor butut gue mengelilingi kota Jakarta. Menikmati suasana malam Jakarta yang bebas dari kemacetan dan kebisingan, dan melihat gadis-gadis malam yang ada di pinggir jalan.

Unik juga, jika melihat mereka. Mereka selalu ceria, seperti tidak ada masalah menghimpit pundak mereka. Padahal, mungkin saja mereka memilih jalan ini karena terlalu banyak masalah yang sulit dipecahkan.

Image hosted by Photobucket.com

Baju-baju mereka juga sangat mencolok, amat kontras dengan suasana malam yang serba gelap. Setiap ada motor atau mobil mendekat, mereka mengayunkan tangan untuk sekedar menyapa. “Hi, kesini aja,” ucap mereka.

Kadang, mereka bergerombol. Kadang, ada juga yang berdiri sendirian. Berdiri menjauh, entah kenapa. Mungkin, karena alasan praktis, yang menyepi sendiri biasanya cantik dan paling gampang didekati. Soalnya, mana mau sih calon pelanggan mendekati wanita-wanita tersebut yang lagi bergerombol. Bisa-bisa digaruk kita oleh mereka.

Hanya saja, ada juga yang sedikit mengganjal. Di tengah keceriwisan mereka, ada juga yang tampak masih belia. Fisik mereka memang jelas terlihat sangat berbeda. Tebalnya make up yang mereka gunakan, tak mampu menyembunyikan tatapan lugu mereka.

Entah alasan apa yang mereka gunakan untuk memilih jalan tersebut. Alasan klasik yang selalu aku baca tentu tak akan bisa menjawab pertanyaan tersebut. Mereka punya orang tua dan mereka punya hak untuk dilindungi segala kebutuhannya. Atau memang karena himpitan ekonomi yang sangat deras membuat mereka memilih untuk hidup di dunia ini. Atau memang, alasan pergaulan musti kita terima?

Sayang semakin malam, kebahagiaan di wajah mereka justru perlahan memudar. Datangnya pagi mungkin adalah tanda bahaya bagi mereka. Tanpa datangnya pelanggan, pagi adalah suatu tanda bahwa mereka harus lebih giat, ulet, ganas lagi untuk dapat pelanggan.

Tentu mereka tak mau, satu hari tanpa adanya pemasukan dan ada orang yang mau “memasukkan”.

Sungguh sangat beda memang, ketika pagi tiba gue malah terus-terusan terlena dengan tidur. Tidak mau bekerja padahal matahari sudah mau meninggi. Sedangkan, mereka justru berharap tak datang pagi agar bisa terus bekerja.

Ah… malam, kadang memang lebih banyak menimbulkan pertanyaan dibandingkan jawaban. Semuanya tersembunyi di balik kegelapan.

No comments: