Apakah pintar itu seksi? Entah kenapa saat ini banyak sekali orang yang ingin menjadi orang yang pintar. Dulu ketika aku masih sekolah dasar, aku tidak pernah mau menjadi orang yang pintar.
Saat itu aku berpikir orang-orang yang pintar adalah orang-orang yang menghabiskan waktunya untuk belajar. Tidak ada waktu untuk bermain dengan teman, atau menonton televisi. Padahal, saat itu aku hanya mau untuk menghabiskan waktu dengan bermain, bermain dan bermain.
Untung, saat itu prinsip ini dibantu oleh orangtuaku yang memang membiarkan anaknya ini untuk tidak belajar. Mungkin, jika aku tidak mempunyai orangtua seperti mereka, tentu aku pasti disuruh untuk belajar habis-habisan. Soalnya, setiap orang tua pasti akan bangga jika punya anak yang bisa juara kelas.
Namun, saat ini semua orang seolah-olah berlomba untuk menjadi pintar. Tidak ada yang mau jadi orang bodoh. Seolah-olah menjadi orang bodoh adalah dosa tujuh turunan yang dapat menyengsarakan siapa saja.
Klaim ini semakin menakutkan ketika makna pintar ditempeli dengan mitos-mitos bahwa hanya orang pintar yang mampu kaya, hanya orang pintar yang bisa bertahan hidup, dan hanya orang pintar yang bisa gaet wanita.
Apalagi, saat ini banyak orang yang senang berkompetisi dengan kepintaran. Gaya bicara mereka dibuat-buat seolah-olah mereka adalah orang pintar atau intelektual. Cara pandang mereka dibikin seluas-luasnya, padahal toh tidak pernah bisa mencerna apa yang ada di mata mereka.
Uniknya, hampir semua orang pintar itu tidak pernah mau menerima siapa yang lebih pintar. Lain dengan orang bodoh, secara normal mereka pasti mengakui kalau ada orang pintar.
Entahlah, saat ini aku juga bingung, apakah aku merasa pintar untuk menulis keluhan ini. Ataukah memang ini hanyalah sebuah ratapan usang orang yang bodoh.
No comments:
Post a Comment