Allahu akbar, Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar.
Akhirnya, untuk pertama kali adzan berkumandang juga di Gedung Graha Pena. Suara adzan yang keluar dari mulut seorang anak bernama Syafiq itu, terdengar keras di lapangan parkir yang memang sengaja disulap jadi tempat sholat.
Aku yang terduduk di barisan shaf ketiga tertegun, selama dua tahun gedung berdiri, baru kali ini ada tempat shalat berjamaah bagi para karyawan.
Sebelumnya, berharap untuk ada pun kita tidak mungkin. Karena lantai-lantai yang ada di gedung ini lebih senang diberdayakan untuk tujuan komersil daripada kepentingan ibadah.
Tapi, hari ini semua itu sudah berubah. Walau tidak terlalu luas, akhirnya ada juga tempat bagi kami untuk sama-sama beribadah. Yang paling penting, kami tidak perlu lagi capai-capai berjalan sepanjang 1 kilometer untuk datang ke masjid terdekat.
Walau ada yang bilang kalau semakin jauh semakin baik, tapi kan lebih baik kalau kantor memang menyediakan tempat ibadah bagi kami. Lagipula, beribadah itu sudah masuk undang-undang dasar lo.
Karena pertamakali dilaksanakan, kami memang terasa kikuk ketika prosesi ibadah berjalan. Bahkan saking kagoknya, Syafiq sampai kebablasan beriqomah pada jeda ceramah pertama. Bukan itu saja, keterbatasan alat membuat suara khotib dan imam tidak terdengar. Padahal suara khotib harus adu kencang dengan deru suara motor.
Kekurangan itu semua memang bukan berarti persiapan ibadah shalat telah gagal. Tapi menjadi pekerjaan rumah bagi kami semua untuk urun bantuan untuk membuatnya menjadi sempurna.
No comments:
Post a Comment