Betapa menyedihkannya orang yang takut mengambil risiko. Mungkin orang ini tak akan pernah kecewa atau terdisilusi; mungkin ia tak akan menderita selayak-layaknya orang yang mengikuti mimpi mereka. Tapi ketika orang itu menoleh ke belakang – ada saatnya orang-orang mesti melihat ke belakang – maka ia akan mendengar hatinya berkata, “Apa yang telah kau lakukan dengan semua keajaiban Tuhan yang pernah ia berikan padamu? Apa yang telah kau lakukan dengan semua bakat yang dianugerahkan Tuhan padamu? Kau mengubur dirimu dalam sebuah gua karena takut kehilangan semua itu. Jadi inilah yang kau warisi “kepastian bahwa kau telah menyia-nyiakan hidupmu” (Paulo Coelho, Di Tepi Sungai Piedra)
Begitu membaca, novel karangan Paulo Coelho ini aku langsung terkejut. Aku tidak pernah menyangka, di awal-awal kalimat pembuka novel, pengarang asal Brazil ini bisa langsung menggedor kesombongan yang tertanam di dadaku.
Ia berhasil membuat aku berkaca pada diri sendiri. Betapa aku tidak sekuat yang aku bayangkan. Betapa aku sesungguhnya telah terjebak dalam gua kegelapan yang bernama kesia-siaan.
Rasa nyaman yang telah aku dapati hari ini, membuat aku lupa untuk menghargai apa yang Tuhan telah berikan kepadaku. Kenyamanan itu membuat aku terbius dan rasa takut akan kehilangan mengepung ambang kesadaranku.
Aku takut kehilangan jabatan, aku takut menderita kesusahan, aku takut berpanas-panas di lapangan dan aku takut untuk mencoba sesuatu yang baru.
No comments:
Post a Comment