Friday, March 04, 2005

Apa hubungannya drakula dengan Softex. Keduanya memang punya satu kesamaan yaitu sama penghisap darah.

Drakula yang kita kenal melalui novel karangan Bram Stoker adalah seorang pangeran yang menjelma jadi seorang iblis karena kekasihnya meninggal dunia. Untuk memberikan keabadian kepada cintanya itu Drakula bersekutu dengan iblis. Ia pun menjadi manusia yang immortal dengan cara menghisap darah manusia.

Sedangkan, softex, entah siapa yang pertamakali menemukan benda tersebut, adalah suatu lapisan lembut yang digunakan oleh setiap wanita untuk mencegah keluarnya darah yang ada di saluran kelamin. Biasanya digunakan setiap bulan ketika masa-masa menstruasi datang.

Sepintas, dari definisi diatas memang antara drakula dan softex itu tidak mempunyai hubungan yang erat. Tapi, jangan heran kalau di Solo, Jawa Tengah, gara-gara softex dan drakula, orang bisa marah dan melakukan aksi demonstrasi.

Awalnya, memang terlihat sepele. Sebagai provider saluran komunikasi, Indosat menyediakan fasilitas humor sms kepada setiap pelanggannya. Salah satu sms humor itu diantaranya adalah "Drakula berdoa dan meminta supaya menjadi malaikat putih bersayap tetapi tetap bisa menghisap darah. Tuhan mengabulkan doanya, drakula menjadi Softex Wings".

Rupanya, pesan sms ini benar-benar mengena bagi masyarakat Solo. Mereka menganggap bahwa pesan tersebut tidak etis secara kesusilaan maupun agama. SMS tersebut menodai nilai-nilai kesucian agama yang direpresentasikan dalam sosok malaikat putih bersayap.

Akibatnya, SMS tersebut langsung memicu demonstrasi. Puluhan orang yang menamakan dirinya Gabungan Elemen Masyarakat Surakarta Peduli Umat dan Gerakan Masyarakat Anti Arogansi Surakarta mendatangi kantor Indosat Solo di Jalan Slamet Riyadi. Menuntut agar Indosat mencabut sms tersebut dan meminta maaf kepada masyarakat melalui televisi dan media cetak.

Bukan itu saja, mereka juga meminta kepada pihak kepolisian untuk memeriksa motif dibelakang penyebaran sms tersebut. Dan memeriksa setiap unsur sms itu apakah telah memenuhi unsur pidana atau tidak.

Hal diatas bukan terjadi untuk pertamakalinya. Dulu yang paling fenomenal adalah ketika tabloid Monitor milik Arswendo Atmowiloto, membuat polling orang paling berpengaruh di Indonesia. Dalam polling itu mantan Presiden Soeharto berada dalam posisi nomor satu, sedangkan Nabi Muhammad SAW, berada dalam posisi nomor tujuh. Hasilnya, demonstrasi besar-besaran yang membuat Monitor ditutup, bahkan pemiliknya Arswendo langsung masuk penjara.

Mau yang lebih global lagi, ada, lihat kasus Salman Rushdie dengan novel Ayat-Ayat Setan-nya. Hukumannya bukan sekedar penjara lagi tapi Fatwa mati dari Imam Khomeini, pemimpin spiritual paling berpengaruh di Iran. Hasilnya, Rushdie saat ini hidup bak seorang pelarian.

Melihat hal diatas gue jadi teringat dengan pengalaman gue sendiri. Kala itu gue shalat Jum'at di Masjid Fatimatuzzahra. Kebetulan gue duduk disamping seorang jamaah ahlussunah wal jamaah. Ketika hendak shalat, tiba-tiba dia memarahi gue karena lengan baju panjang yang gue pakai. Saat itu lengan baju itu memang gue lipat dan ia meminta agar gue segera membuka lipatan lengan kemeja itu. "Lepas, lipatan baju itu kamu gak boleh sholat kayak gitu."

Mendengar hal tersebut gue bingung. Lho apa hubungannya sholat gue dengan baju yang gue pakai. Hari gini masih aja ada yang sulit ngebedain masalah profan dan ukhrawi.

No comments: