Tuesday, February 01, 2005

Seorang Sarjana Hukum, Pilihan atau Kewajiban

Ketika saya lulus sekolah menengah atas, saya dihadapkan oleh banyak pilihan untuk menentukan masa depan. Sebagai seorang pelajar tentu kita mengetahui apa kekurangan dan kelebihan kita dalam bidang akademik tertentu. Saat itu saya menyadari bahwa saya mempunyai kemampuan lebih dalam bidang akuntansi.

Menyadari hal tersebut, sempat terpikir dalam benak saya untuk menjadi seorang akuntan. Toh, ini adalah pekerjaan yang sangat banyak dicari oleh semua perusahaan. Lihat saja di semua lowongan pekerjaan yang ada di koran. Hampir semuanya mencari seorang akuntan. Walaupun masih ada yang paling banyak yaitu marketing.

Namun, angan-angan itu mendadak buyar. Ketika saya tanyakan kepada orangtua saya, hendak jadi apa saya nanti. Saat itu Mamah saya berharap anak laki-laki pertamanya ini bisa menjadi seorang hakim. Hal itu terjadi karena Mamah saya sangat menyukai film miniseri Judge Bao yang ditayangkan di salah satu televisi swasta. Ia berharap suatu saat nanti Aku bisa jadi seperti seorang Judge Bao. Memberikan putusan yang adil, dan memberikan rasa aman bagi pencari keadilan. “Ia seperti Tuhan yang ada di dunia. Dimana masyarakat mencari keadilan yang selalu tak pernah pasti,” tutur ibuku kala itu.

Mendengar hal itu, hati saya langsung bulat untuk masuk ke Fakultas Hukum. Kali itu tidak ada lagi angan-angan menjadi seorang akuntan muda dari perusahaan besar mancanegara. Yang saya inginkan cuma satu, angan-angan orangtuaku bisa menjadi kenyataan.

Angan-angan yang sama juga muncul lagi ke permukaan. Ketika kedua orangtuaku menghadiri acara wisuda kampusku. Anaknya yang bandel ini sudah tinggal selangkah lagi menggapai cita-cita. Saat itu semua rasa suka terpancar dari kedua mata mereka. “Kami ingin melihatmu berdiri rapih di meja persidangan seperti saat ini kamu hadir di acara wisuda ini nak,” begitu kata mereka.

Saat itu aku tidak pernah mengerti apa maksud dari kata-kata mereka. Aku hanya menginginkan agar cita-cita mereka terwujud. Sebagai seorang anak, maka wajar aku melakukan hal tersebut. Aku telah memilih untuk memenuhi harapan mereka dan meninggalkan semua cita-cita saya.

Walaupun saat ini aku belum bisa menjadi seorang Judge Bao, aku sadar bahwa aku telah memutuskan pilihan yang tepat. Benar, kata orangtuaku, walaupun keadilan itu tak pasti tapi setiap orang selalu mengharapkan keadilan yang hakiki. Figur-figur Judge Bao selalu dinanti-nanti. Memberikan keadilan, dan memberikan kepastian memang bukan perkara yang mudah. Tapi itu adalah suatu kewajiban bagi setiap manusia. Selama sistem hukum masih berada di jalur yang salah, maka jangan pernah berhenti untuk mengatakan bahwa menjadi seorang sarjana hukum adalah kewajiban.

No comments: