Thursday, August 24, 2006

Cinta Rasa Beda

Film : Betina
Produser : Lola Amaria
Sutradara : Lola Amaria
Pemeran : KInaryosih, Tuti Kirana, Agastya Kandau.

Cinta dan pengorbanan adalah dua sisi mata uang. Keduanya tak kan pernah terpisahkan dan selalu seiring sejalan.

Tema besar di atas adalah tema utama yang diusung oleh Lola Amaria ketika membesut film berjudul film Betina. Hanya saja cinta dan pengorbanan yang dibawa oleh kekasih sutradara Aria Kusumadewa ini bukanlah kisah yang penuh dengan warna-warna cinta yang kita kenal selama ini, cerah dan motivating.

Di film Betina, cinta hadir dengan nafas kesuraman. Tiada tawa, canda apalagi rayuan maut sang pecinta. Yang ada justru cemburu, kemarahan hingga kematian.

Mengambil setting antah berantah, film debutan Lola sebagai sutradara ini bercerita tentang sosok perempuan bernama Betina yang banyak mengalami kesuraman hidup. Mulai dari ayahnya yang diculik paksa, hingga ibunya yang sedikit mengalami gangguan jiwa.

Kesunyian dan kegelisahan Betina banyak dicurahkan kepada sahabat satu-satunya, seekor sapi bernama Dewa. Namun, kehidupan Betina berubah 180 derajat ketika dia bertemu dengan seorang penjaga kuburan (Agastya Kandau) yang muncul setiap prosesi penguburan dilaksanakan.

Sejak bertemu dengan penjaga kuburan, Betina mengalami perasaan yang jauh berbeda. Dirinya benar-benar diliputi rasa cinta. Hanya saja, perasaan yang ada di dalam jiwa Betina justru tak pernah hinggap di raga si penjaga kuburan. Tak mau menyerah untuk mengungkapkan cintanya, Betina pun berusaha berkorban untuk mendapatkan hati si penjaga kuburan.

Seperti Betina yang berusaha mati-matian menunjukkan cintanya. Lola Amaria memang berusaha mati-matian agar film perdananya ini tidak mengecewakan.

Dari segi tema, Lola memang tergolong sangat berani. Sebagai sutradara baru Lola berani mengambil langkah tidak populer yakni menggarap film surealis seperti Betina.

Maklum saja, jika melihat orang yang ada di belakangnya, Aria Kusumadewa (Beth, Novel Tanpa Huruf R), wajar jika Lola memilih film jenis ini. Apalagi, Aria memang tergolong sutradara yang akrab menggauli film-film yang sekarang dibawakan Lola.

Selain keberanian membawakan ide yang berbeda ada satu hal lagi yang patut dipuji dari Lola. Yaitu imajinasi Lola yang tinggi. Kuburan yang penuh dengan nisan segitiga benar-benar menebar aura kegelapan. Apalagi hal itu ditunjang oleh pakaian-pakaian pengiring jenazah. Hanya saja ada sedikit miss ketika ada satu saat Betina memakai baju yang sangat indah ketika hendak memeras susu sapi.

Meski patut dipuji akan sisi imajinatif dan keberanian, bukan berarti Lola menghadirkan film yang tanpa cela. Di menit-menit pertama film Betina dimulai, kekurangan itu justru langsung terbuka lebar dan menganga.

Betina seolah hadir untuk dirinya sendiri, tanpa menghadirkan sebuah cerita bagi para penonton yang sudah duduk setia di menit-menit awal film dimulai.

Ketidakhadiran sebuah cerita tentu saja membuat alur film jadi berantakan.Satu per satu tokoh yang ada dalam film Betina hadir secara tiba-tiba. Bahkan, kehadiran Fahmi (Fahmi Alatas) justru baru terasa pada menit-menit akhir film. Padahal, Fahmi memegang peranan penting dalam film ini.

Cerita sendiri baru benar-benar terasa ketika film mendekati situasi konflik. Yakni ketika ibu Betina (Tuti Kirana) bertemu dengan penjaga kuburan. Dari situlah cerita kemudian mengalir dan sudah tertata rapi.

Sebagai sutradara baru, Lola memang pantas untuk mendapatkan apresiasi yang baik. Keberanian dan imajinasinya yang tinggi adalah asset yang baik untuk dunia film Indonesia. Mudah-mudahan saja Betina-betina lain yang akan dihasilkan Lola lebih sederhana dan kreatif. (wahyu sibarani)

No comments: