Jalan hidupku memang tidak seindah dan semenarik jalan hidup orang lain. Jika diibaratkan dengan garis lurus, maka hidupku hanyalah sebuah garis horizontal. Datar, panjang dan melelahkan. Tak ada riak-riak kehidupan yang bisa membuat garis itu jadi gelombang atau jadi lembah yang curam.
Setiap manusia pasti mempunyai kenangan yang indah dalam hidupnya. Begitu juga aku, jika ditanyakan momen dimanakah yang paling teramat istimewa bagiku, mungkin aku akan mengatakan semuanya ada di masa-masa kecilku.
Masa-masa itu memang sangat istimewa bagiku. Semuanya selalu terlihat abu-abu dan terkesan lugu. Bahkan aku sulit untuk meraba jalan ceritanya. Masa-masa itu bagaikan malam yang kelam yang membuatku sulit untuk berjalan.
Aku hanya bisa mengetahui masa-masa kecilku melalui foto-foto album milik keluargaku. Ketika melihat foto-foto itu aku memang sulit untuk mengingatnya. Sulit untuk menerka dimana aku kala itu. Ataukah itu bukan aku dan orang lain yang menjadi aku. Tapi aku tahu kalau saat itu aku merasa bahagia.
Jiwaku saat itu bukanlah jiwa yang kupunya saat ini. Jiwa yang hanya melihat dunia dengan kacamata fantasi. Kacamata yang selalu membuatnya hanya mengenal tangis dan tawa. Tak ada rasa lain hanya itu. Kini dimanakah jiwa itu?
Aku mulai bisa meraba kenanganku ketika aku ada di sekolah dasar. Saat itu aku selalu menangis ketika ditinggal orang tua kala belajar. Disaat itu pula aku pertamakalinya mengenal rasa takut bagi seorang manusia normal. Bukan seorang anak-anak.
Aku merasa ketakutan karena jika tidak bisa menjadi rangking pertama di kelas. Jika gagal, aku merasa bahwa aku telah menggagalkan seluruh harapan orang tuaku. Oh, bisakah rasa itu kembali. Semuanya memang terasa ironis, dulu aku takut mengecewakan mereka kenapa kini aku malah membantahnya.
Aku tahu dari semua kenangan itu aku mulai mengerti. Manusia adalah bentuk dari proses panjang menuju kesempurnaan.
Ia selalu meninggalkan jiwa-jiwanya dalam setiap tahap kehidupan. Jiwa-jiwa itu terbang bebas menjadi kenangan. Serta menjadi sebuah jalan yang akan membawa kita pada kesempurnaan. Namun, terkadang jiwa itu selalu terbang dan tak pernah kembali jika kita tak pernah melihat ke belakang.
Jika aku melihat ke belakang saat ini. Di depan meja komputerku aku berpikir siapakah jiwa yang ada di tubuhku saat ini? Apakah aku sama dengan jiwa-jiwaku yang dulu?
No comments:
Post a Comment