Anugerah terbesar bagi manusia dari Tuhan adalah hidup. Betapa indahnya hidup, jika kita lalui dengan pengalaman-pengalaman yang berharga. Betapa bermaknanya hidup jika kita mampu menyadari bahwa kita bisa melalui hidup ini dengan nilai.
Mungkin yang aku sesali dalam hidup ku adalah betapa muramnya hidup ini. Semuanya ku lalui tanpa banyak warna. Semuanya hitam putih dan monoton. Terkadang aku cemburu dengan orang lain yang mempunyai banyak pengalaman dalam hidupnya.
Dari pengalaman hidup akan tercipta banyak pengetahuan. Dari banyak pengetahuan akan tercipta iman. Dari semua itu akan tercipta suatu ultimate goal daripada manusia, yaitu manusia seutuhnya.
Kadang aku berpikir, aku adalah bagian terbesar dari dunia ini. Nyatanya, hidup ini amat lah luas. Masih banyak manusia yang super, manusia yang ganteng, manusia yang pintar, manusia yang lebih licik daripada aku. Walau sulit untuk mengakuinya aku memang harus tahu bahwa manusia di bumi ini bukan aku sendiri.
Dari itu semua aku selalu berpikir, bagaimana aku bisa menjadi seperti mereka. Bisa hebat seperti mereka? Aku mencari sebuah alat untuk mencapai semua itu, mungkin pelarian tepatnya. Sekali lagi aku menggunakan Tuhan untuk itu.
Otak licik ku berpikir, kalau aku memenangi perang akhirat maka aku termasuk orang yang beruntung dan mungkin berkualitas. Namun, itu bukannya membuat ku menjadi seorang yang kalah. Aku berlindung di balik kebesaran-Nya, layaknya seorang anak kecil menghindar dari gangguan anak-anak lain pada ayahnya.
Aku tidak mau begitu, aku ingin seutuh-utuhnya menjadi manusia. Aku ingin mencintai Tuhan ku seperti aku mencintai orang tua ku. Aku ingin menjadi hebat di dunia bukan untuk orang lain, namun untuk diri ku sendiri. Sebab dari semua itu, aku belajar untuk menjadi hebat bagi orang lain.
TUhan, di perempatan jalan ini.. Semuanya berhenti, mau kah Kau memberikan lampu hijau pada diriku?
No comments:
Post a Comment