Hari ini gue chatting ama Daud. Entah kenapa gue tiba-tiba teringat kenangan ketika gue dan dia membeli baju lebaran. Saat itu memang sudah lama, namun entah mengapa hal itu sangat berarti dalam banget buat Daud. Ketika itu gue memang menumpang mobil yang ia pakai, Suzuki Escudo warna putih. Mendengar hal itu Daud teringat ketika keadaan ekonominya yang saat itu sangat melimpah.
Dulu Daud, memang mempunyai segalanya. Mobilnya saja empat buah. Ia terbiasa dengan hidup yang enak-enak. Namun, semua itu sudah berubah. Entah kenapa tiba-tiba saja keluarga Daud mengalami perubahan. Ketika bapaknya berhenti bekerja semuanya memang tidak seperti dulu lagi. Perubahan yang drastis ini malah hampir membuat Daud putus asa. Ia tidak bisa untuk hidup enak. Masalahnya juga tidak berhenti di situ saja, keluarganya justru terpisah-pisah dan tidak pernah bertemu. Bahkan di hari lebaran pun mereka tidak pernah bertemu. Semua masalah ini membuat dia sulit untuk menghargai hidup atau bahkan mengakui bahwa hidup ini adalah suatu berkah terbesar dari Tuhan bagi manusia.
Daud my friend, masalah yang kamu hadapi memang susah, gak ada yang bisa gue lakukan buat lu selain mendoakan yang terbaik buat elu. Mungkin kita semua memang salah dalam hidup ini.
Sunday, October 31, 2004
Wednesday, October 27, 2004
Bangun
Entah beberapa hari ini aku selalu senang untuk tidur-tiduran. Ketika malam sudah menjelang, aku kepingin banget tidur nyenyak. Bahkan ketika matahari sudah meninggi, gue lebih senang lagi untuk tidur kembali. Sulit rasanya membuat hati dan niat dalam diri untuk bergerak Bangun.
Saat ini, gue terbangun karena Mama tengah membersihkan kamar yang ada di sebelah kamar gue. Hentakan sapu yang keras di kamarnya membuat aku terbangun. Aku berpikir, kenapa aku yang masih muda ini lebih senang menghabiskan waktunya di kamar saja. Terkungkung dalam kesenangan diri sendiri. Bukankah masih banyak waktu yang bisa gue lakukan secara maksimal untuk diri gue dan orang lain, khususnya orang tua gue.
Aku pun langsung Bangun. Setibanya di lantai bawah, aku melihat keponakan-keponakan ku. Aku tidak melihat dimana bapak berada. Ternyata, ia sudah menjemput keponakan ku Ara. Aku berpikir, kok teganya gue yang masih muda ini membiarkan bapak gue menjemput ponakan. Kenapa aku tidak bangun dari tadi pagi....
Kenapa teramat sulit bagi gue untuk membangun seluruh kemauan yang ada di dalam diri gue. Waktu di dunia ini terlalu amat berharga untuk disia-siakan. Setiap perpindahan detik waktu harus ku manfaatkan secara maksimal. Ayo Wahyu, mari kita Bangun. Mulai saat ini, jangan hanya di dalam hati. Praktekkan semuanya seluruh teori, ingatlah semua waktu akan dipertanggungjawabkan oleh kamu di hadapan Tuhan.
Insya Allah, mulai hari ini aku Bangun. Bukan hanya dalam blog ini tapi dalam keseharian ku. Amin
Saat ini, gue terbangun karena Mama tengah membersihkan kamar yang ada di sebelah kamar gue. Hentakan sapu yang keras di kamarnya membuat aku terbangun. Aku berpikir, kenapa aku yang masih muda ini lebih senang menghabiskan waktunya di kamar saja. Terkungkung dalam kesenangan diri sendiri. Bukankah masih banyak waktu yang bisa gue lakukan secara maksimal untuk diri gue dan orang lain, khususnya orang tua gue.
Aku pun langsung Bangun. Setibanya di lantai bawah, aku melihat keponakan-keponakan ku. Aku tidak melihat dimana bapak berada. Ternyata, ia sudah menjemput keponakan ku Ara. Aku berpikir, kok teganya gue yang masih muda ini membiarkan bapak gue menjemput ponakan. Kenapa aku tidak bangun dari tadi pagi....
Kenapa teramat sulit bagi gue untuk membangun seluruh kemauan yang ada di dalam diri gue. Waktu di dunia ini terlalu amat berharga untuk disia-siakan. Setiap perpindahan detik waktu harus ku manfaatkan secara maksimal. Ayo Wahyu, mari kita Bangun. Mulai saat ini, jangan hanya di dalam hati. Praktekkan semuanya seluruh teori, ingatlah semua waktu akan dipertanggungjawabkan oleh kamu di hadapan Tuhan.
Insya Allah, mulai hari ini aku Bangun. Bukan hanya dalam blog ini tapi dalam keseharian ku. Amin
Tuesday, October 26, 2004
Kehilangan Lagi
Entah kenapa begitu sulitnya hati untuk berketatapan.
Setiap asa tak pernah jadi kenyataan.
Walaupun aku selalu berkeinginan itu hanya tetap jadi keinginan.
Tuhan ajarkan aku cara memahami hati ini
Betapa keruhnya dunia ini tanpa ada Engkau disamping
Malam ini aku sendiri... Tuhan.
Sudah dua hari ini aku tidak melaksanakan kewajiban ku sebagai seorang muslim. Aku tidak lagi melaksanakan shalat lima waktu. Entah kenapa, keinginan gue untuk beribadah kepada Allah berubah setelah bulan puasa berjalan.
Mungkinkah karena memang gue sulit untuk menetapkan hati ini kepada Tuhan?
Kadang hati ini akan berubah ketika aku mendengarkan atau membaca tulisan-tulisan yang menggugah. Sayangnnya itu hanya bisa berlaku untuk sementara waktu saja. Aku ingin selamanya mengenal Allah. Menjalani keimanan ku tanpa keraguan dan tanpa kemunduran. Aku tidak pernah mau untuk melupakan-Nya. Sayangnya, keinginan itu semua hanya ada dalam hatiku saja. Tidak pernah ku curahkan semua rasa ini seutuhnya dan senyatanya hanya kepada-Nya.
Jikala malam ini hanyalah malah keimanan. Aku ingin merasakan nikmat bersama Mu. Membawa ke ridhaan jalan-Mu.
Entah kenapa begitu sulitnya hati untuk berketatapan.
Setiap asa tak pernah jadi kenyataan.
Walaupun aku selalu berkeinginan itu hanya tetap jadi keinginan.
Tuhan ajarkan aku cara memahami hati ini
Betapa keruhnya dunia ini tanpa ada Engkau disamping
Malam ini aku sendiri... Tuhan.
Sudah dua hari ini aku tidak melaksanakan kewajiban ku sebagai seorang muslim. Aku tidak lagi melaksanakan shalat lima waktu. Entah kenapa, keinginan gue untuk beribadah kepada Allah berubah setelah bulan puasa berjalan.
Mungkinkah karena memang gue sulit untuk menetapkan hati ini kepada Tuhan?
Kadang hati ini akan berubah ketika aku mendengarkan atau membaca tulisan-tulisan yang menggugah. Sayangnnya itu hanya bisa berlaku untuk sementara waktu saja. Aku ingin selamanya mengenal Allah. Menjalani keimanan ku tanpa keraguan dan tanpa kemunduran. Aku tidak pernah mau untuk melupakan-Nya. Sayangnya, keinginan itu semua hanya ada dalam hatiku saja. Tidak pernah ku curahkan semua rasa ini seutuhnya dan senyatanya hanya kepada-Nya.
Jikala malam ini hanyalah malah keimanan. Aku ingin merasakan nikmat bersama Mu. Membawa ke ridhaan jalan-Mu.
Wednesday, October 20, 2004
HIdup ini Kok Biasa Aja
Terbangung di pagi hari, Jam 8 pagi. Ah, begini-begini lagi hidup ini. Semuanya serba konstan, tidak ada perubahan. Rutinitas, yang selalu ku lakukan hampir setiap hari. Selama 365 hari gue hidup aktivitas seluruhnya hampir sama. What's wrong with my life?
Entah, kenapa hidup gue selalu biasa aja. Gue tidak pernah menjadikan hidup ini penuh warna. Apakah gue mengalami suatu kejenuhan?
Mandi pagi, langsung bekerja, ngantarin kakak gue ke kantor. Ah, lewat jalan-jalan itu lagi. Nyampai kantor, bue komputer, lihat berita dan lihat situs asyik. Semuanya mungkin terlihat normal, namun nyatanya semua jadi rutinitas yang membosankan.
Main blog, mencurahkan seluruh kehampaan hati gue tapi justru tidak berpengaruh apa-apa. Hanya sebuah coretan-coretan di dinding, yang nantinya hanya akan menjadi arsip. KIta bahkan tidak pernah bisa melihat itu lagi.
Apa yang salah dengan diriku? Mungkinkah aku tidak bisa mencari hidup yang lebih bervariasi dan bermakna dalam hidup ini. I've only got a low life. Bagaimanakah gue bisa merubah jalur hidup gue yang seperti rel kereta ini.
Aku mungkin harus bisa melihat hidup ini dengan merenungkannya. Aku harus bisa memahami semua ini. Hidup mungkin bisa jadi teramat bosan, jika kita tidak melihatnya dari sisi yang lain. Tapi bagaimana caranya? Aku sulit sekali melihat sisi-sisi lain dalam kehidupan ini. Please God, learn me how to bless your kindness.
Entah, kenapa hidup gue selalu biasa aja. Gue tidak pernah menjadikan hidup ini penuh warna. Apakah gue mengalami suatu kejenuhan?
Mandi pagi, langsung bekerja, ngantarin kakak gue ke kantor. Ah, lewat jalan-jalan itu lagi. Nyampai kantor, bue komputer, lihat berita dan lihat situs asyik. Semuanya mungkin terlihat normal, namun nyatanya semua jadi rutinitas yang membosankan.
Main blog, mencurahkan seluruh kehampaan hati gue tapi justru tidak berpengaruh apa-apa. Hanya sebuah coretan-coretan di dinding, yang nantinya hanya akan menjadi arsip. KIta bahkan tidak pernah bisa melihat itu lagi.
Apa yang salah dengan diriku? Mungkinkah aku tidak bisa mencari hidup yang lebih bervariasi dan bermakna dalam hidup ini. I've only got a low life. Bagaimanakah gue bisa merubah jalur hidup gue yang seperti rel kereta ini.
Aku mungkin harus bisa melihat hidup ini dengan merenungkannya. Aku harus bisa memahami semua ini. Hidup mungkin bisa jadi teramat bosan, jika kita tidak melihatnya dari sisi yang lain. Tapi bagaimana caranya? Aku sulit sekali melihat sisi-sisi lain dalam kehidupan ini. Please God, learn me how to bless your kindness.
Thursday, October 14, 2004
Marhaban Yaa Ramadhan
Berapa jam lagi bulan Ramadhan akan datang, sedetik ini juga aku terhempas dalam kenangan. Kenangan ketika betapa indahnya ku lalui bulan suci ini dulu. Ratusan orang berpeci dan bermukenah lalu lalang di muka ku. Betapa bahagianya aku menjadi salah satu bagian dari mereka. Betapa indahnya kenangan itu.
Sekejap ketika ku melakukan shalat Isya, ku tersadar akan indahnya pesona itu. Pesona yang mampu membawa diri ku kepada kesucian hati. Kerendahan hati bahkan kemuliaan diri. Indahnya bulan ini.
Indahnya suasana masjid Fatimah Azzahra, ketika hari-hari demi hari satu juz Qur'an didengungkan. Yang membuat ku tetap tersenyum adalah ketika betapa memaksanya diriku untuk tetap khusyu, padahal kaki ku benar-benar pegal. Indah, ketika rasa sakit dan ibadah berjadi satu. Mungkin ibadah itu benar melemahkan fisik kita sementara namun hati kita menjadi luas dan terpelihara.
Sekarang, bagaimana dengan bulan suci di tahun ini. Akankah aku mengulang kembali kenangan itu. Atau justru tenggelam dalam lumpur kesenangan duniawi ini. Bisa kah aku lebih maju dari kenangan-kenangan itu dulu.
Tuhan kau berikan aku tembok tinggi yang sulit ku lewati. Tembok itu adalah diriku sendiri.
Sekejap ketika ku melakukan shalat Isya, ku tersadar akan indahnya pesona itu. Pesona yang mampu membawa diri ku kepada kesucian hati. Kerendahan hati bahkan kemuliaan diri. Indahnya bulan ini.
Indahnya suasana masjid Fatimah Azzahra, ketika hari-hari demi hari satu juz Qur'an didengungkan. Yang membuat ku tetap tersenyum adalah ketika betapa memaksanya diriku untuk tetap khusyu, padahal kaki ku benar-benar pegal. Indah, ketika rasa sakit dan ibadah berjadi satu. Mungkin ibadah itu benar melemahkan fisik kita sementara namun hati kita menjadi luas dan terpelihara.
Sekarang, bagaimana dengan bulan suci di tahun ini. Akankah aku mengulang kembali kenangan itu. Atau justru tenggelam dalam lumpur kesenangan duniawi ini. Bisa kah aku lebih maju dari kenangan-kenangan itu dulu.
Tuhan kau berikan aku tembok tinggi yang sulit ku lewati. Tembok itu adalah diriku sendiri.
Wednesday, October 13, 2004
Ramadhan
Ada yang hilang dari Ramadhan ini. Dua tahun aku bersamanya, dua tahun juga aku kehilangannya. Tidak ada nuansa eksotis akan kehadirannya. Tidak ada nuansa religi dan mistis ketika menghadapi hari ini. Bahkan satu hari menjelang, aku sama sekali enggan dan menganggapnya sebagai hari biasanya yang selalu terjadi selama perputaran dunia ini.
Apakah aku kehilangannya, atau kah memang aku sudah hilang perasaannya?
Aku terhenyak dengan kata-kata ku sendiri, ketika ku mengatakan kepada teman "Eh, besok puasa..gila yah" Bukan rasa takjub yang ada di mulutku, yang tersisa di perkataan ku adalah betapa takutnya aku akan bulan ini.
Bulan yang penuh dengan penyiksaan, selama 30 hari berpuasa, selama 30 hari menahan rasa amarah, dan nafsu yang ada dalam diri kita. Betapa sulitnya perjuangan itu.
Apakah aku memang takut atau malas untuk melaksanakan salah satu kewajiban ini?
Entah, sampai kapan aku terus berkubang dalam kegelapan ini. Badan ku sama lemahnya dengan niat ku untuk menggapai keilahian-Nya. Tubuh ku luluh akan nikmatnya dunia bukannya nikmat pelukan mistis-Nya.
Apakah aku malu untuk kembali atau kah memang aku lupa semua itu?
Sama sekali jauh berbeda ketika aku berada di Purwokerto. Semuanya serba ibadah, mulut ibadah, kaki ibadah, hampir seluruh tubuh ku adalah ibadah. Kini, apa yang tersisa?
Apakah aku terlarut dalam dunia ini. Atau kah memang aku terkurung dalam lumpur dunia ini?
Tuhan, jika kau mau selamat kan aku. Harus kah aku memohon kepada Mu?
Apakah aku kehilangannya, atau kah memang aku sudah hilang perasaannya?
Aku terhenyak dengan kata-kata ku sendiri, ketika ku mengatakan kepada teman "Eh, besok puasa..gila yah" Bukan rasa takjub yang ada di mulutku, yang tersisa di perkataan ku adalah betapa takutnya aku akan bulan ini.
Bulan yang penuh dengan penyiksaan, selama 30 hari berpuasa, selama 30 hari menahan rasa amarah, dan nafsu yang ada dalam diri kita. Betapa sulitnya perjuangan itu.
Apakah aku memang takut atau malas untuk melaksanakan salah satu kewajiban ini?
Entah, sampai kapan aku terus berkubang dalam kegelapan ini. Badan ku sama lemahnya dengan niat ku untuk menggapai keilahian-Nya. Tubuh ku luluh akan nikmatnya dunia bukannya nikmat pelukan mistis-Nya.
Apakah aku malu untuk kembali atau kah memang aku lupa semua itu?
Sama sekali jauh berbeda ketika aku berada di Purwokerto. Semuanya serba ibadah, mulut ibadah, kaki ibadah, hampir seluruh tubuh ku adalah ibadah. Kini, apa yang tersisa?
Apakah aku terlarut dalam dunia ini. Atau kah memang aku terkurung dalam lumpur dunia ini?
Tuhan, jika kau mau selamat kan aku. Harus kah aku memohon kepada Mu?
Wednesday, October 06, 2004
Pengalaman
Anugerah terbesar bagi manusia dari Tuhan adalah hidup. Betapa indahnya hidup, jika kita lalui dengan pengalaman-pengalaman yang berharga. Betapa bermaknanya hidup jika kita mampu menyadari bahwa kita bisa melalui hidup ini dengan nilai.
Mungkin yang aku sesali dalam hidup ku adalah betapa muramnya hidup ini. Semuanya ku lalui tanpa banyak warna. Semuanya hitam putih dan monoton. Terkadang aku cemburu dengan orang lain yang mempunyai banyak pengalaman dalam hidupnya.
Dari pengalaman hidup akan tercipta banyak pengetahuan. Dari banyak pengetahuan akan tercipta iman. Dari semua itu akan tercipta suatu ultimate goal daripada manusia, yaitu manusia seutuhnya.
Kadang aku berpikir, aku adalah bagian terbesar dari dunia ini. Nyatanya, hidup ini amat lah luas. Masih banyak manusia yang super, manusia yang ganteng, manusia yang pintar, manusia yang lebih licik daripada aku. Walau sulit untuk mengakuinya aku memang harus tahu bahwa manusia di bumi ini bukan aku sendiri.
Dari itu semua aku selalu berpikir, bagaimana aku bisa menjadi seperti mereka. Bisa hebat seperti mereka? Aku mencari sebuah alat untuk mencapai semua itu, mungkin pelarian tepatnya. Sekali lagi aku menggunakan Tuhan untuk itu.
Otak licik ku berpikir, kalau aku memenangi perang akhirat maka aku termasuk orang yang beruntung dan mungkin berkualitas. Namun, itu bukannya membuat ku menjadi seorang yang kalah. Aku berlindung di balik kebesaran-Nya, layaknya seorang anak kecil menghindar dari gangguan anak-anak lain pada ayahnya.
Aku tidak mau begitu, aku ingin seutuh-utuhnya menjadi manusia. Aku ingin mencintai Tuhan ku seperti aku mencintai orang tua ku. Aku ingin menjadi hebat di dunia bukan untuk orang lain, namun untuk diri ku sendiri. Sebab dari semua itu, aku belajar untuk menjadi hebat bagi orang lain.
TUhan, di perempatan jalan ini.. Semuanya berhenti, mau kah Kau memberikan lampu hijau pada diriku?
Mungkin yang aku sesali dalam hidup ku adalah betapa muramnya hidup ini. Semuanya ku lalui tanpa banyak warna. Semuanya hitam putih dan monoton. Terkadang aku cemburu dengan orang lain yang mempunyai banyak pengalaman dalam hidupnya.
Dari pengalaman hidup akan tercipta banyak pengetahuan. Dari banyak pengetahuan akan tercipta iman. Dari semua itu akan tercipta suatu ultimate goal daripada manusia, yaitu manusia seutuhnya.
Kadang aku berpikir, aku adalah bagian terbesar dari dunia ini. Nyatanya, hidup ini amat lah luas. Masih banyak manusia yang super, manusia yang ganteng, manusia yang pintar, manusia yang lebih licik daripada aku. Walau sulit untuk mengakuinya aku memang harus tahu bahwa manusia di bumi ini bukan aku sendiri.
Dari itu semua aku selalu berpikir, bagaimana aku bisa menjadi seperti mereka. Bisa hebat seperti mereka? Aku mencari sebuah alat untuk mencapai semua itu, mungkin pelarian tepatnya. Sekali lagi aku menggunakan Tuhan untuk itu.
Otak licik ku berpikir, kalau aku memenangi perang akhirat maka aku termasuk orang yang beruntung dan mungkin berkualitas. Namun, itu bukannya membuat ku menjadi seorang yang kalah. Aku berlindung di balik kebesaran-Nya, layaknya seorang anak kecil menghindar dari gangguan anak-anak lain pada ayahnya.
Aku tidak mau begitu, aku ingin seutuh-utuhnya menjadi manusia. Aku ingin mencintai Tuhan ku seperti aku mencintai orang tua ku. Aku ingin menjadi hebat di dunia bukan untuk orang lain, namun untuk diri ku sendiri. Sebab dari semua itu, aku belajar untuk menjadi hebat bagi orang lain.
TUhan, di perempatan jalan ini.. Semuanya berhenti, mau kah Kau memberikan lampu hijau pada diriku?
Monday, October 04, 2004
HIdup BUkanlah Kartun
Mungkin hidup ini adalah sandiwara. Penuh dengan cerita, ironi, tawa, tangis dan sebagainya. Jadi sangat cocok lah mengapa hidup ini dikatakan sebuah sandiwara. Namun hidup bukanlah sebuah kartun.
Mungkin tidak pernah sekalipun terpikir dalam hidup kita bahwa film-film kartun justru mengajarkan kita kepada arti hidup yang sebenarnya. Betapa gagahnya seorang POwer Ranger menyelamatkan dunia. Bukannya berperang menghancurkan dunia ini.
Betapa cinta kasihnya seorang Candy-Candy. Bukannya saling mencaci seperti layaknya seorang politisi. Ini lah yang mempesona anak-anak kita dan juga bahkan kita sendiri.
Aku tersentuh ketika membaca sebuah komik DOraEmon. Dalam salah satu bagian cerita disebutkan Doraemon memberikan sebuah kaki bagi seorang putri duyung secara gratis. Kaki itu digunakan oleh Putri Duyung untuk mewujudkan cita-citanya menikah bersama seorang pangeran.
Mungkin kelihatan klise kalau kita tidak memerhatikan sebuah kata dari cerita tersebut. Gratis, ya kata-kata itu lah yang membuat aku terkesima. Bisakah sebuah kaki diberikan secara gratis. Sampai kapanpun kaki-kaki palsu tidak akan pernah gratis.
Betapa hidupnya nilai-nilai yang ditawarkan oleh cerita-cerita tersebut. Betapa parahnya dunia ini menjadi sebuah dunia yang hampa tanpa rasa kasih sayang dan yang hanya dipikirkan adalah materi.
Terlebih dari semua itu betapa kita lupa bahwa kita adalah manusia yang harusnya senantiasa bersyukur atas setiap karunianya.
Mungkin tidak pernah sekalipun terpikir dalam hidup kita bahwa film-film kartun justru mengajarkan kita kepada arti hidup yang sebenarnya. Betapa gagahnya seorang POwer Ranger menyelamatkan dunia. Bukannya berperang menghancurkan dunia ini.
Betapa cinta kasihnya seorang Candy-Candy. Bukannya saling mencaci seperti layaknya seorang politisi. Ini lah yang mempesona anak-anak kita dan juga bahkan kita sendiri.
Aku tersentuh ketika membaca sebuah komik DOraEmon. Dalam salah satu bagian cerita disebutkan Doraemon memberikan sebuah kaki bagi seorang putri duyung secara gratis. Kaki itu digunakan oleh Putri Duyung untuk mewujudkan cita-citanya menikah bersama seorang pangeran.
Mungkin kelihatan klise kalau kita tidak memerhatikan sebuah kata dari cerita tersebut. Gratis, ya kata-kata itu lah yang membuat aku terkesima. Bisakah sebuah kaki diberikan secara gratis. Sampai kapanpun kaki-kaki palsu tidak akan pernah gratis.
Betapa hidupnya nilai-nilai yang ditawarkan oleh cerita-cerita tersebut. Betapa parahnya dunia ini menjadi sebuah dunia yang hampa tanpa rasa kasih sayang dan yang hanya dipikirkan adalah materi.
Terlebih dari semua itu betapa kita lupa bahwa kita adalah manusia yang harusnya senantiasa bersyukur atas setiap karunianya.
Friday, October 01, 2004
Ku Rindu
Tulisan ini adalah untuk Mu
Lepaskan rasa dahaga atas kebesaran Mu
Membawa diriku terbang dalam kesunyian ini.
Dalam hening ku sendiri
Mencoba lari dari rasa ini...
Tuhan kenapa ku selalu berlari dari mu
Lepas kan tanggung jawab ini
Mau tak mau pasti selalu..
Tuhan maafkan aku..
Lepaskan rasa dahaga atas kebesaran Mu
Membawa diriku terbang dalam kesunyian ini.
Dalam hening ku sendiri
Mencoba lari dari rasa ini...
Tuhan kenapa ku selalu berlari dari mu
Lepas kan tanggung jawab ini
Mau tak mau pasti selalu..
Tuhan maafkan aku..
Subscribe to:
Posts (Atom)