Bulan Mei ini adalah benar-benar bulan yang sangat membahagiakan saya. Memang, di bulan ini saya melewatkan banyak film Indonesia seperti Maskot, Heart, Ekskul dan Lentera Merah.
Entah kenapa sejak terakhir menonton film Ruang garapan Teddy Soeriaatmadja, saya sepertinya sudah kehilangan semangat untuk menonton film Indonesia. Sepertinya saya sudah kehilangan energi untuk membahas lagi perfilman Indonesia.
Dari segi jumlah, tahun 2006 bagi film Indonesia memang sepertinya bukan tahun yang sama menggairahkan dengan film tahun 2005. Jumlah film di tahun 2006 ini menurun tajam dibandingkan tahun lalu.
Lalu bagaimana dengan segi kualitas? Dari segi tema, tahun 2006 ini film Indonesia memang mengalami banyak kemajuan. Sudah ada sedikit banyak film yang berani mengeluarkan tema-tema berbeda daripada tema di tahun 2005.
Hanya saja perbandingan jumlah tema dengan eksekusi yang matang membuat greget film di tahun anjing api ini jadi semakin berkurang. Jangan heran, kalau di tahun ini justru banyak film-film dengan judul miring akan menghiasi film Indonesia. Watch out Rantai Bumi is coming to town.
Dari alasan-alasan di atas, saya sendiri mempunyai alasan khusus mengapa film Indonesia agak sedikit mengalami penurunan tahun ini. Tahun 2005, film Indonesia agak sedikit berjaya karena pengaruh dari film Hollywood yang sedikit kurang mendapatkan respon yang bagus.
Minimnya film-film bagus dari Paman Sam, membuat banyak penonton mengalihkan perhatiannya kepada film-film Indonesia. And guess what di saat film Amerika meluncurkan film-film cupu kayak In To The Blue, Indonesia menggebrak dengan Realita Cinta dan Rock N Roll.
Lalu bagaimana di tahun 2006 ini, sepertinya perfilman kita agak sedikit perlu lama berkubang dulu. Bayangkan di bulan Mei ini saja tiga buah film Hollywood berkelas A langsung menggebrak M:i:III, The Da Vinci Code dan X Men The Last Stand.
Sementara itu film Indonesia yang juga diluncurkan di bulan ini yakni Ekskul, Heart dan Lentera Merah. Ketiga film ini langsung berdarah-darah begitu disandingkan oleh ketiga film tersebut.
Secara keseluruhan, masalah momen adalah hal yang patut untuk diperhitungkan oleh insan film Indonesia. Kita memang sangat bangga jika film kita bisa bersaing head to head dengan film-film asing.
Hanya saja akan lebih sangat membanggakan jika di tengah persaingan tersebut, film-film kita tidak harus ditinggalkan dan lebih memilih menonton film asing.
No comments:
Post a Comment