Friday, December 17, 2004

Di Pagi Hari

Sudah tiga hari ini aku bisa mendisiplinkan diri untuk melakukan shalat subuh. Dan sehabis shalat biasanya aku langsung lari-lari pagi selama 30 menit. Lucunya, semakin hari kok semakin berkurang saja intensitasnya. Mungkin memang aku gak pernah terbiasa untuk itu. Aku terbiasa untuk menjalani hidup dengan santai, dan sulit untuk menghadapi hidup yang keras.

Hari pertama berlari mungkin adalah hari yang paling bagus. Sehabis, berlari aku menonton berita di televisi dan langsung membersihkan rumah. Setidak-tidaknya hari pertama berjalan seperti apa yang aku pikirkan. Esoknya, di hari kedua aku memang menambah jumlah putaran lari. Aku tetap menonton berita untuk menambah informasi, tapi setelah itu aku langsung tidur-tiduran. Aku lupa untuk membersihkan rumah dan mengepel lantai. Begitu terbangun, aku melihat Mamah sudah membersihkan rumah. Sedikit kecewa sih dengan tingkat disiplin yang gue punya.

Hari ini, jumlah lari berkurang. Sama seperti di hari pertama hanya dua putaran saja. Tapi masih bisa aku selingi dengan sekali-sekali melakukan tendangan-tendangan yang sempat aku pelajari di Tae Kwon Do. Namun, seperti biasa, aku ingin tidur di rumah. Tetap nonton televisi, tapi tetap tidur-tiduran. Untungnya, aku masih bisa bangun sebentar dan mencuci piring. Itu juga karena Bapak terus-terusan memanggil untuk membantunya memasukkan file di komputer.

Alhamdulillah, di hari ini aku sempat membaca buku, yang aku lupa siapa pengarangnya. Buku itu menceritakan tentang ibadah manusia dalam melunakkan hati. Tepatnya sih berperang melawan hati manusia yang punya segala macam praduga dan keinginan membabibuta.

Buku itu mengatakan bahwa segala amalan fisik yang dilakukan seribu kali tetap saja tidak berguna jika kita tidak bisa melunakkan hati kita terhadap Tuhan dan Manusia. Buku itu bahkan menjabarkan, bentuk-bentuk ketakaburan hati manusia terhadap Tuhan dan sesama manusia lainnya.

Berulangkali aku membaca ternyata ada bentuk-bentuk ketakaburan yang sesuai dengan hatiku. Sempat mengucap astaghfirullah, aku harus menyadari bahwa hati adalah gerbang pintu menuju Tuhan, maka ada baiknya aku menjaga itu semua dan memperbaikinya.

Oh iya, hari ini juga aku gagal untuk menjaga hawa nafsuku. Seperti biasa, aktivitas morning sickness kembali aku lakukan. Entah kenapa aku tiba-tiba saja teringat dengan Widia, anak IESP Unsoed Akt. 98. Mudah-mudahan aku bisa untuk mengendalikannya.



No comments: